JAYAPURA-Meski hingga saat ini belum beroperasi, namun keberadaan Rumah Sakit Vertikal yang dibangun di daerah resapan di Pemukiman Konya, belakang Kampus Uncen Abepura ini tetap menimbulkan kekhawatiran sendiri. Terutama dampak limbah medis dari rumah sakit yang mengandung Bahan Berbahaya Beracun (B3).
Salah satu dosen Geografi FKIP Uncen, Yehuda Hamokwarong yang juga pengamat lingkungan, mengungkapkan bahwa keberadaan RS Vertikal Papua di Kota Jayapura sesungguhnya tidak menjadi penyebab banjir di kawasan itu, termasuk kawasan pemukiman di lembah atau basin konya itu.
Karena daerah itu memang telah menjadi daerah resapan air dari daerah lereng dan perbukitan di sekitarnya. Ada atau tidaknya kawasan pemukiman termasuk RS Vertikal, bukan penyebab, hanya saja akan memperluas daerah genangan.
Meski begitu kata dia, yang perlu diantisipasi adalah mengenai pengelolaan limbah limbah medis di RS Vertikal itu. Terutama pada saat banjir atau air tergenang. Apalagi keberadaan RS itu juga belum benar-benar aman atau bebas dari banjir.
“Dampak serius yang perlu diantisipasi yaitu luberan limbah cair pada saat terjadi genangan dalam waktu cukup lama, misalnya beberapa minggu atau bulan, masalahnya nanti disitu,” ungkapnya Sabtu (4/4).
Menurutnya, lingkungan Konya secara geologi membentuk basin atau lembah dimana sewaktu hujan dengan intensitas tinggi mencapai 150 mm/hari pada musim penghujan selalu menjadi tempat reservoir atau penampung genangan air.
Ketinggian air genangan dapat mencapai 3 meter dengan luasan hampir 10 hektar tergenang. Waktu genangan pernah mencapai 3 bulan lamanya. Artinya tanpa RS vertikal, Konya itu lokasi banjir sejak awal. Karena itu, dampak limbah cair dari RS itu pada saat banjir itu yang perlu diwaspadai.