Sementara untuk poin ketiga, Kata Velix, pemerintah akan mencari proses menuju perdamaian dengan melakukan pertemuan bersama dari kedua kelompok yang bertikai yakni masyarakat Nduga dan Lanny bersama pemerintah, MRP, tokoh gereja, pegiat HAM, para tokoh dan sejumlah elemen masyarakat lainya.
“Itu rencananya akan di laksanakan besok hari Jumat supaya kita bisa menemukan langkah -langkah penyelesaian secara adat, Budaya dan jika pun ada penyelesaian secara hukum mungkin bisa lebih terukur saja,” kata Wanggai.
Dan poin keempat adalah Pemprov akan membangun pondasi perdamaian untuk jangka panjang atau buat resolusi konfilik untuk jangka panjang, sehingga Wamena sebagai rumah dan bagian dari ibu kota dari 8 Kabupaten ini bisa jaga dan rawat bersama,
“Jadi saya pikir empat langkah yang kita putuskan dalam pertemuan ini, dalam waktu 1-2 hari kedepan persoalan ini sudah bisa di selesaikan dengan baik dan secara terukur dengan penuh damai, semua proses pembangunan di daerah ini dapat berjalan dengan baik,” bebernya.
Disini Pemkab Lanny Jaya dan Nduga juga menyampaikan permintaan maaf ke Pemkab Jayawijaya atas konflik atara kedua kelompok masyarakat ini yang membuat aktifitas perekonomian, pendidikan dan kesehatan terhambat. Pj.Bupati Lanny Jaya Alpius Yigibalom, SH.MSi mengapresiasi dan berterima kasih kepada PJ Gubenur Papua Pegunungan yang telah memfasilitasi dua pemerintah Kabupaten untuk melakukan pertemuan guna untuk mengambil langkah gerak cepat untuk mengatasi konflik antarwarga Nduga dan Lanny Jaya yang ada di Wamena.
“Saya juga menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh lapisan masyarakat yang ada di Wamena lebih khusus Masyarakat yang ada di distrik Napua serta seluruh pemerintahan yang ada wilayah Papua Pegunungan khususnya Pemkab Jayawijaya, karena masyarakat Lanny telah melakukan hal seperti ini sudah lebih dari dua kali,” ungkapnya jumat (4/10) kemarin.
Ia berharap kejadian seperti ini semoga yang terakhir kalinya sebab dengan kejadian seperti ini mengakibatkan aktivitasnya perekonomian masyarakat macet total serta anak-anak sekolah juga tidak bisa ke sekolah, dan puskesmas tak bisa diaktifkan, hal ini dikarenakan budaya perang yang dulu sudah sangat berbeda dengan budaya perang yang sekarang.
“Budaya perang dulu dengan yang sekarang itu sangat melenceng jauh, duluh orang perang itu ada batas-batas dan aturannya yakni honai sebagai tempat sakral tidak di bakar, orang tua (lansia) dan anak -anak perempuan juga tidak bunuh, tapi perang sekarang ini semuanya di bunuh dan dan bakar jadi sudah melenceng jauh,”tegas Alpius Yigibalom.
PJ Bupati Lanny Jaya juga berpesan agar anak-anak mudah yang ada sekarang ini untuk lebih belajar budaya perang itu dengan baik dan benar, sebab disitu ada nilai -nilai atau ada aturan perangnya yang harus dipatuhi dan tak boleh dilanggar.
Sementara itu PJ. Bupati Nduga Elai Giban, SE, MM mengatakan, konflik antar warga ini merupakan masalah keluarga sehingga masyarakat Nduga kemarin sudah mengambil sikap bahwa tidak akan ada lagi penyerangan terhadap masyarakat Lanny Jaya.
“Kita saat konfilik itu hadir langsung di lapangan dan berhasil mediasi bersama sejumlah tokoh, pemerintah provinsi Papua Pegunungan dalam hal ini gubernur Velix Wanggai bersama seluruh stakeholder yang ada di lingkungan pemerintahan Provinsi Papua Pegunungan,” katanya.
Ia juga berharap agar kedepannya tidak lagi terjadi hal seperti ini untuk itu pemerintah akan membuat aturan jika terjadi lagi hal yang maka langsung di tegakan secara hukum positif, supaya orang tidak lagi membuat tindakan di luar hukum atau aturan yang berlaku.
“Ini yang coba kita tegakkan di delapan Kabupaten yang ada di wilayah Papua Pegunungan dengan demikian supaya kita bisa bangun di daerah kita ini dengan penuh damai, aman dan nyaman, agar semua proses pembangunan dapat berjalan dengan baik,” tutupnya (jo/ade)
Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOSÂ https://www.myedisi.com/cenderawasihpos