Terkait ini Greenpeace dan Walhi cukup kaget karena statemen tersebut dikeluarkan oleh seorang Presiden. Pernyataan ini dianggap mencerminkan bahwa penyampaian tersebut tidak berdasar sains, pengetahuan, riset dan juga data yang valid. Akhirnya menjadi aneh dan lucu.
“Seharusnya Presiden menyampaikan itu berdasar sains, pengetahuan , riset dan juga data yang valid,” kata Manager Kampanye Hutan dan Perkebunan Walhi, Uli Arta Siagian seperti ditulis Greeners.co. Lalu pernyataan bukaan lahan sawit dalam skala besar tidak menyebabkan deforestasi karena sawit juga memiliki daun dianggap pernyataan yang aneh dan lucu.
Walhi menilai ekspansi perkebunan dalam skala besar justru berpotensi memperpanjang rantai konflik agraria dan kerusakan terhadap lingkungan. Tak hanya itu dampaknya akan sangat terasa karena tidak hanya bencana ekologis tetapi juga kekeringan, gagal panen hingga meningkatkan resiko zoonosis.
Juru Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia, Ikbal Damanik menyampaikan bahwa Sawit memang tumbuhan namun monokultur sedangkan hutan itu ada ribuan jenis kehidupan. Makanya tidak heran jika Indonesia disebut kaya akan keanekaragaman hayati paling besar di dunia. “Ini yang harus dijaga. Jika semua dijadikan lahan sawit maka ada banyak yang rusak. Di Hutan bukan ada jutaan mahlik hidup dan aka nada banyak kehidupan yang akan terganggu. Ini menjadi ancaman besar bagi lingkungan nantinya,” tutup Ikbal. (ade)
Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS https://www.myedisi.com/cenderawasihpos