Kisah H. Andi Rahmad Najib, Pasien Corona yang Dinyatakan Sembuh
Setelah menjalani perawatan di RSUD Merauke, H. Andi Rahmad yang selama ini disebut pasien 01, akhirnya dinyatakan sembuh dan diizinkan pulang. Bagaimana kisahnya ?
Laporan: Yulius Sulo, Merauke
Cenderawasih Pos bersama beberapa rekan wartawan di Kabupaten Merauke, memenuhi undangan H. Amdi Rahmad Najib, salah satu pasien Corona yang dinyatakan sembuh, Sabtu (4/4).
Tiba di rumahnya di Jalan Paulus Nafii, Kelurahan Maro, Merauke, sekira pukul 13.30 WIT, Cenderawasih Pos bersama rekan wartawan lain, langsung mencuci tangan sebelum masuk ke halaman samping rumah.
Di samping rumah, terlihat tuan rumah Andi Rahmat Najib sudah menunggu kedatangan para wartawan. “Pertama-tama saya bersyukur kepada Allah SWT karena kehendak-Nya maka saya disembuhkan. Diberi penyakit dan dijinakkan. Saya juga berterima kasih kepada orang tua dan mertua saya serta orang-orang spesial yang ada di luar sana. Istri dan anak saya serta komunitas saya, masyarakat tanpa riba serta masyarakat semuanya,” ucap Andi Rahmat mengawali perbincangan dengan awak media.
Andi Rahmat kemudian menjelaskan kronologi dari perjalanannya dari Bogor, Jawa Barat hingga dirinya harus dirawat di rumah sakit dan dinyatakan sebagai pasien Corona.
Andi Rahmat mengatakan, saat tiba di Merauke dan akan melanjutkan perjalanan ke Kepi, Kabupaten Mappi, dirinya saat itu sudah mulai merasakan tidak enak badan.
Sore harinya saat sampai di Kepi, Andi Rahmat melakukan karantina mandiri. Namun karena sakit yang dirasakan tak kunjung membaik, dirinya memutuskan memeriksa kesehatan di RSUD yang ada di Kepi.
“Saya melakukan pemeriksaan darah dan dikatakan tipus. Tapi selama 2 hari tidak ada perubahan,” bebernya. Karena tidak ada perubahan, maka iapun minta untuk segera dirujuk ke Merauke.
Sampai di Merauke, dirinya melakukan pemeriksaan ke IGD RSUD Merauke namun setelah diperiksa sepertinya tidak ada apa-apa. “Kemudian saya disuruh pulang dan malamnya saya ke dokter spesialis penyakit dalam. Di sana, saya diberikan obat. Tapi saya lihat selama dua hari, panasnya naik turun. Saya bilang ke dokter, bagaimana kalau saya diopname saja dulu. Kemudian saya dibawa ke rumah sakit sekira pukul 09.00-10.000 tapi belum dilayani dan pukul 12.00 malam baru saya dapat kamar,” bebernya. Setelah dua hari dirawat kemudian diperiksa dan dirontgen.
“Malam pada tanggal 13 Maret, saya lihat teman saya di Bogor meninggal di Solo. Kemudian saya minta ke teman untuk sampaikan ke dokter yang tangani saya dari awal kalau saya mau bicara tapi tidak boleh ada orang,” tuturnya.
Keesokan harinya, Andi berbicara dengan dokter dan menyampaikan bahwa ada temannya yang ikut kegiatan di Bogor meninggal dan hal ini sempat heboh di kalangan komunitasnya.
Untuk itu, dirinya meminta agar dilakukan pemeriksaan yang lebih mendalam hingga akhirnya Andi ditangani secara serius.
Andi Rahmat mengaku jika sejak awal sampai dirinya keluar dari rumah sakit karena dinyatakan sembuh, sangat diperhatikan oleh tenaga medis dan perawat. “Dari awal saya sangat diperhatikan. Saya salut dengan tim medis dan perawat yang ada di sini karena sangat memperhatikan saya. Karena baik dari segi medis maupun psikis sangat memperhatikan saya. Itu yang membuat saya merasa lebih tenang. Tapi waktu itu, saya sudah katakan kepada dokter bahwa apapun hasilnya nanti saya sudah siap. Karena saya sudah tahu bahwa mungkin ini sudah kehendak Allah. Mungkin karena itu saya kuat di dalam,” bebernya.
Andi Rahmat juga mengaku bahwa bullyan terhadap dirinya dan keluarganya tidak kalah dahsyat diterima. Namun ia mengaku tidak terlalu ambil pusing. Sebab, jika bully tersebut diambil hati maka akan membuat diri cepat drop. “Kuncinya di sini dari sisi psikis. Kalau psikis kita kuat maka kita bisa bertahan. Tapi, kalau psikis kita tidak tahan maka kita akan drop. Karena saya lihat omongan dan bully yang ada di luar itu cukup sadis. Tapi, saya kuatkan keluarga baik yang ada di Merauke maupun yang ada di Kepi untuk tidak terlalu ambil pusing. Karena kalau itu diambil hati, kita akan drop dan itu bahaya,” ujarnya.
Andi Rahmat kembali menengaskan bahwa petugas kesehatan yang ada di Merauke sangat andalan dan selama berada di rumah sakit dirinya sangat diperhatikan. “Setiap hari, saya tiga kali diberi makan dan buah, ditawarkan jamu. Dari segi psikis, kita sudah nyaman. Saya juga dibelikan spencer khusus sehingga saya bisa minum air hangat setiap saat,” jelasnya.
Sedangkan obat yang diberikan, selain obat anti virus yang diminumnya sekitar 7 hari, juga ada obat batuk. Dirinya juga diberikan paracetamol namun Andi Rahmat mengaku paracetamol yang hanya diminum saat demam. “Tapi, 15 hari belakangan saya tidak minum paracetamol lagi karena tidak demam,” tandasnya.
Dalam perawatan, Andi juga mengaku mendapat vitamin dan obat lainnya.
Soal virus Corona atau Covid-19 yang menyerangnya, Andi mengaku kemungkinan dirinya bukan terjangkit saat mengikuti pertemuan di Bogor. Tetapi kemungkinan saat berada di Bandara Juanda, Surabaya atau Sultan Hasanuddin, Makassar saat balik ke Papua.
Sebab, dirinya saat pulang dari Jakarta, dirinya singgah dan bermalam di rumah adiknya di Surabaya. “Kami berjabat tangan dan sempat berpelukan. Tapi alhamdullillah, adik saya negatif. Jadi kemungkinan virus ini kena saya saat di Bandara Juanda Surabaya atau Sultan Hasanuddin Makassar ketika balik ke Merauke,” tutupnya. ***