Thursday, April 18, 2024
30.7 C
Jayapura

Warga yang Eksodus dari Wamena, Korban Hoax

Befa Yigibalom ( FOTO : Denny/ Cepos )

WAMENA-Ketua Asosiasi Bupati Pegunungan Tengah Papua, Befa Yigibalom menilai banyaknya masyarakat yang eksodus keluar dari Kabupaten Jayawijaya sebagian merupakan korban berita hoax atau informasi yang tak bisa dipertanggungjawabkan.

Akibat hoax tersebut, warga baik non Papua maupun warga asli Papua, berbondong-bondong keluar dari Jayawijaya. Meskipun banyak dari mereka yang rumahnya masih baik dan tidak terbakar.

Befa menyebutkan hoax atau isu yang berkembang dan membuat masyarakat menjadi ketakutan di antaranya terkait penentuan nasib Papua oleh PBB pada tanggal 29-30 September. 

Hoax lainnya yang merebak yaitu aparat akan menembak seluruh warga. Hoax atau berita bohong seperti ini menurut Befa, yang membuat warga ketakutan sehingga memilih eksodus atau meninggalkan Jayawijaya. 

“Kamis mau sampaikan bahwa warga yang meninggalkan Wamena ini sebagian besar adalah korban berita bohong atau hoax. Karena termakan hoax, akhirnya eksodus besar-besaran. Saat ini yang ada di Wamena, mungkin hanya yang menjaga rumah aja,” ungkapnya kepada wartawan, Kamis (3/10). 

Warga yang menjadi korban berita bohong atau hoax menurut Befa, bukan hanya warga non Papua. Namun tidak sedikit masyarakat asli pegunungan tengah di Wamena yang jadi korban hoax. Mereka menurut Befa akhirnya mengungsi ke kampung atau ke kabupaten pemekaran Jayawijaya seperti, Lanny Jaya, Tolikara, Mamberamo Tengah, Yalimo, Yahukimo dan Nduga.

Baca Juga :  Harga Paket Umrah Rp 31 Juta, Lama Tinggal Sebelas Hari

“Saat ini berita hoax sangat luar biasa. Dimana warga non Papua juga termakan hoax yang membuat mereka merasa di Wamena ini mencekam. Antara lain hoax, tentang kelompok kriminal bersenjata akan masuk melakukan penyerangan di kota Wamena. Ini yang buat mereka panik dan meninggalkan Wamena,” sesalnya.

Befa yang saat ini menjabat sebagai Bupati Lanny Jaya menilai situasi dan kondisi kota Wamena, Kabupaten Jayawijaya sudah sangat aman. Untuk itu, ia berharap kedepan bisa membangun sinergitas semua masyarakat agar menjaga Wamena dan daerah pegunungan tengah yang lain ketika moment seperti ini terjadi.

“Mereka korban isu sehingga warga non Papua lebih memilih kembali ke daerahnya masing-masing. Saya lihat sebenarnya banyak yang masih bisa tinggal di Wamena, karena rumah mereka aman. Tapi sayangnya lebih memilih untuk meninggalkan kota ini,” tambahnya. 

WARGA EKSODUS: Ratusan warga yang hendak eksodus keluar Wamena saat menunggu penerbangan pesawat hercules di apron cargo Bandara Wamena, beberapa waktu yang lalu.  Denny/Cepos 

Meskipun demikian menurut Befa masih banyak warga non Papua yang bertahan dan mulai beraktivitas. Misalnya membuka kios, toko, bengkel, warung makan dan lain-lain. 

Kondisi ini diyakininya akan semakin membaik sehingga Wamena akan segera pulih dan bangkit i dalam waktu yang tidak terlalu lama. Wamena menurutnya harus pulih kembali karena daerah ini merupakan pintu masuk pegunungan tengah Papua.

“Saya tegaskan saat ini aparat sudah banyak sehingga tak mungkin lagi yang melakukan aksi kemarin itu kembali melakukan pengerusakan. itu sudah tidak benar dan kalau kembali, itu bukan manusia. Peristiwa 23 September sudah lewat dan kita akan menikmati 20-30 tahun yang aman di Wamena,”tegas Bupati Lanny Jaya 2 periode.

Baca Juga :  Gagal Maksimalkan Laga Kandang

Ditambahkan, bagi seluruh masyarakat yang ada di pegunungan tengah, tak bisa disangkal oleh siapa pun baik yang terpelajar dan tidak terpelajar bahwa Wamena merupakan rumah bersama.  

“Wamena ini perut bersama. kalau hari ini banyak warga asli Papua yang pulang ke kabupaten pemekaran tapi kalau tidak punya kebun di sana, apa yang nanti dia makan, pasti mati semua nanti,” tegasnya.

“Perlu diingat Wamena ini rumah kita orang pegunungan Papua, tidak bisa sendiri-sendiri. Kalau Wamena lumpuh maka kabupaten pemekaran yang lain juga lumpuh. Wamena habis makanan, maka Lanny Jaya, Mamteng, Tolikara dan Yalimo juga habis makanan,” sambungnya. 

Befa menambahkan alam di pegunungan ini tidak menyediakan sesuatu yang instan. Tinggal mengambil dan makan. Untk itu mulai hari ini semua warga yang hidup di Wamena, harus menjaga kota ini tentram dan damai karena kehidupan ada di sini. 

“Semua yang mempunyai kepentingan. Pemerintah daerah yang ada di wilayah Pegunungan, wajib mengamankan Wamena. Karena itu pintu masuk. Rumah kita dan urusan perut kita di daerah pegunungan tengah Papua,” tutupnya. (jo/nat)

Befa Yigibalom ( FOTO : Denny/ Cepos )

WAMENA-Ketua Asosiasi Bupati Pegunungan Tengah Papua, Befa Yigibalom menilai banyaknya masyarakat yang eksodus keluar dari Kabupaten Jayawijaya sebagian merupakan korban berita hoax atau informasi yang tak bisa dipertanggungjawabkan.

Akibat hoax tersebut, warga baik non Papua maupun warga asli Papua, berbondong-bondong keluar dari Jayawijaya. Meskipun banyak dari mereka yang rumahnya masih baik dan tidak terbakar.

Befa menyebutkan hoax atau isu yang berkembang dan membuat masyarakat menjadi ketakutan di antaranya terkait penentuan nasib Papua oleh PBB pada tanggal 29-30 September. 

Hoax lainnya yang merebak yaitu aparat akan menembak seluruh warga. Hoax atau berita bohong seperti ini menurut Befa, yang membuat warga ketakutan sehingga memilih eksodus atau meninggalkan Jayawijaya. 

“Kamis mau sampaikan bahwa warga yang meninggalkan Wamena ini sebagian besar adalah korban berita bohong atau hoax. Karena termakan hoax, akhirnya eksodus besar-besaran. Saat ini yang ada di Wamena, mungkin hanya yang menjaga rumah aja,” ungkapnya kepada wartawan, Kamis (3/10). 

Warga yang menjadi korban berita bohong atau hoax menurut Befa, bukan hanya warga non Papua. Namun tidak sedikit masyarakat asli pegunungan tengah di Wamena yang jadi korban hoax. Mereka menurut Befa akhirnya mengungsi ke kampung atau ke kabupaten pemekaran Jayawijaya seperti, Lanny Jaya, Tolikara, Mamberamo Tengah, Yalimo, Yahukimo dan Nduga.

Baca Juga :  Persipura Datangkan Mamadou

“Saat ini berita hoax sangat luar biasa. Dimana warga non Papua juga termakan hoax yang membuat mereka merasa di Wamena ini mencekam. Antara lain hoax, tentang kelompok kriminal bersenjata akan masuk melakukan penyerangan di kota Wamena. Ini yang buat mereka panik dan meninggalkan Wamena,” sesalnya.

Befa yang saat ini menjabat sebagai Bupati Lanny Jaya menilai situasi dan kondisi kota Wamena, Kabupaten Jayawijaya sudah sangat aman. Untuk itu, ia berharap kedepan bisa membangun sinergitas semua masyarakat agar menjaga Wamena dan daerah pegunungan tengah yang lain ketika moment seperti ini terjadi.

“Mereka korban isu sehingga warga non Papua lebih memilih kembali ke daerahnya masing-masing. Saya lihat sebenarnya banyak yang masih bisa tinggal di Wamena, karena rumah mereka aman. Tapi sayangnya lebih memilih untuk meninggalkan kota ini,” tambahnya. 

WARGA EKSODUS: Ratusan warga yang hendak eksodus keluar Wamena saat menunggu penerbangan pesawat hercules di apron cargo Bandara Wamena, beberapa waktu yang lalu.  Denny/Cepos 

Meskipun demikian menurut Befa masih banyak warga non Papua yang bertahan dan mulai beraktivitas. Misalnya membuka kios, toko, bengkel, warung makan dan lain-lain. 

Kondisi ini diyakininya akan semakin membaik sehingga Wamena akan segera pulih dan bangkit i dalam waktu yang tidak terlalu lama. Wamena menurutnya harus pulih kembali karena daerah ini merupakan pintu masuk pegunungan tengah Papua.

“Saya tegaskan saat ini aparat sudah banyak sehingga tak mungkin lagi yang melakukan aksi kemarin itu kembali melakukan pengerusakan. itu sudah tidak benar dan kalau kembali, itu bukan manusia. Peristiwa 23 September sudah lewat dan kita akan menikmati 20-30 tahun yang aman di Wamena,”tegas Bupati Lanny Jaya 2 periode.

Baca Juga :  Ones Pahabol Layak Jadi Wagub Papua

Ditambahkan, bagi seluruh masyarakat yang ada di pegunungan tengah, tak bisa disangkal oleh siapa pun baik yang terpelajar dan tidak terpelajar bahwa Wamena merupakan rumah bersama.  

“Wamena ini perut bersama. kalau hari ini banyak warga asli Papua yang pulang ke kabupaten pemekaran tapi kalau tidak punya kebun di sana, apa yang nanti dia makan, pasti mati semua nanti,” tegasnya.

“Perlu diingat Wamena ini rumah kita orang pegunungan Papua, tidak bisa sendiri-sendiri. Kalau Wamena lumpuh maka kabupaten pemekaran yang lain juga lumpuh. Wamena habis makanan, maka Lanny Jaya, Mamteng, Tolikara dan Yalimo juga habis makanan,” sambungnya. 

Befa menambahkan alam di pegunungan ini tidak menyediakan sesuatu yang instan. Tinggal mengambil dan makan. Untk itu mulai hari ini semua warga yang hidup di Wamena, harus menjaga kota ini tentram dan damai karena kehidupan ada di sini. 

“Semua yang mempunyai kepentingan. Pemerintah daerah yang ada di wilayah Pegunungan, wajib mengamankan Wamena. Karena itu pintu masuk. Rumah kita dan urusan perut kita di daerah pegunungan tengah Papua,” tutupnya. (jo/nat)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya