Saturday, April 27, 2024
28.7 C
Jayapura

Nelayan Indonesia Tergiur Gelembung dan Sirip Ikan di Laut PNG

MERAUKE – Penangkapan 13 nelayan Indonesia asal Kabupaten Merauke oleh otoritas PNG pada 22 Agustus lalu bahkan 1 Nahkoda kapal tewas tertembak saat mencoba diri bukan merupakan pertama kalinya. Namun kejadian yang berulang kali. Lalu apa yang menggiurkan sehingga para nelayan Indonesia melewati batas laut Indonesia dan memasuki wilayah PNG dan Australia?

Kepala Badan Pengelola Perbatasan Kabupaten Merauke Rekianus Samkakai, S.STP ditemui media di ruang kerjanya, Jumat (2/9) mengungkapkan bahwa para nelayan masuk ke wilayah laut negara lain, PNG atau Australia, bukan karena tidak tahu. Sebenarnya, mereka tahu sudah masuk wilayah negara lain, tapi tergiur untuk menangkap Kakap Cina dan Sirip Hiu dengan mempertaruhkan nyawa mereka. Karena gelembung kakap Cina harganya cukup mahal untuk kelas satu bisa ratusan ribu rupiah bahkan sampai jutaan.

Baca Juga :  Kader Partai Demikrat Diminta Kerja Keras

“Mereka ke sana berburu ikan Kakap China yang secara ekonomis memang harganya sangat mahal, sehingga para nelayan mengambil risiko baik itu nelayan yang menggunakan Kapal besar, kapal kecil maupun speed boat. Mereka mengetahui konsekuensi ketika melewati batas teritorial. Mereka paham resikonya nanti seperti apa. Cuma menggiurkan dan nekat mengambil resiko itu,” tandas mantan Kepala Distrik Semangga Merauke ini.

Kejadian ini, sambung dia bukan merupakan yang pertama kali kali. Namun yang disesalkan pemerintah Indonesia dan pemerintah Kabupaten Merauke adalah kejadian penembakan terhadap KMN Calvin 02 yang menyebabkan 1 nelayan meninggal dunia .

“Sementara warga mereka (PNG, red), tanpa dokumen keimigrasian masuk wilayah Indonesia. Kita terlalu banyak memberikan toleransi berdasarkan hubungan kekerabatan dan persaudaraan di perbatasan, baik batas laut di Naukenjerai lewat Torasi maupun batas darat. Warga kita yang masuk ke PNG tanpa dokumen dokumen perbatasan negara. hukum, sedangkan warga PNG yang masuk ke kita lebih banyak dengan persuasif dengan alasan tadi hubungan kekerabatan dan kekeluargaan,”jelasnya.

Baca Juga :  Minimalkan Resiko Kecelakaan,  BMKG Beri Sekolah Lapangan bagi  Nelayan 

Rekianus Samkakai juga mengimbau dan mengharapkan para nelayan baik kapal-kapal modern maupun tradisional untuk tidak melewati batas.

“Kami juga setiap tahunnya ada sosialisasi kepada para nelayan dan pelintas ini. Dan tahun ini di bulan akhir September atau awal bulan Oktober 2022 kami ada sosialisasi lagi bagi para pelintas batas ini. Kami harap nantinya yang hadir adalah para pemilik kapal dan Nahkoda, sehingga kami lakukan sosialisasi lintas batas yang benar-benar tepat sasaran,” pungkasnya.(ulo/tho)

MERAUKE – Penangkapan 13 nelayan Indonesia asal Kabupaten Merauke oleh otoritas PNG pada 22 Agustus lalu bahkan 1 Nahkoda kapal tewas tertembak saat mencoba diri bukan merupakan pertama kalinya. Namun kejadian yang berulang kali. Lalu apa yang menggiurkan sehingga para nelayan Indonesia melewati batas laut Indonesia dan memasuki wilayah PNG dan Australia?

Kepala Badan Pengelola Perbatasan Kabupaten Merauke Rekianus Samkakai, S.STP ditemui media di ruang kerjanya, Jumat (2/9) mengungkapkan bahwa para nelayan masuk ke wilayah laut negara lain, PNG atau Australia, bukan karena tidak tahu. Sebenarnya, mereka tahu sudah masuk wilayah negara lain, tapi tergiur untuk menangkap Kakap Cina dan Sirip Hiu dengan mempertaruhkan nyawa mereka. Karena gelembung kakap Cina harganya cukup mahal untuk kelas satu bisa ratusan ribu rupiah bahkan sampai jutaan.

Baca Juga :  Peduli Kasih, Bhakti Kesehatan dan Bagi Sembako

“Mereka ke sana berburu ikan Kakap China yang secara ekonomis memang harganya sangat mahal, sehingga para nelayan mengambil risiko baik itu nelayan yang menggunakan Kapal besar, kapal kecil maupun speed boat. Mereka mengetahui konsekuensi ketika melewati batas teritorial. Mereka paham resikonya nanti seperti apa. Cuma menggiurkan dan nekat mengambil resiko itu,” tandas mantan Kepala Distrik Semangga Merauke ini.

Kejadian ini, sambung dia bukan merupakan yang pertama kali kali. Namun yang disesalkan pemerintah Indonesia dan pemerintah Kabupaten Merauke adalah kejadian penembakan terhadap KMN Calvin 02 yang menyebabkan 1 nelayan meninggal dunia .

“Sementara warga mereka (PNG, red), tanpa dokumen keimigrasian masuk wilayah Indonesia. Kita terlalu banyak memberikan toleransi berdasarkan hubungan kekerabatan dan persaudaraan di perbatasan, baik batas laut di Naukenjerai lewat Torasi maupun batas darat. Warga kita yang masuk ke PNG tanpa dokumen dokumen perbatasan negara. hukum, sedangkan warga PNG yang masuk ke kita lebih banyak dengan persuasif dengan alasan tadi hubungan kekerabatan dan kekeluargaan,”jelasnya.

Baca Juga :  Mabuk, Truk Tabrak Pengendara Motor, Satu Tewas

Rekianus Samkakai juga mengimbau dan mengharapkan para nelayan baik kapal-kapal modern maupun tradisional untuk tidak melewati batas.

“Kami juga setiap tahunnya ada sosialisasi kepada para nelayan dan pelintas ini. Dan tahun ini di bulan akhir September atau awal bulan Oktober 2022 kami ada sosialisasi lagi bagi para pelintas batas ini. Kami harap nantinya yang hadir adalah para pemilik kapal dan Nahkoda, sehingga kami lakukan sosialisasi lintas batas yang benar-benar tepat sasaran,” pungkasnya.(ulo/tho)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya