Sunday, November 24, 2024
25.7 C
Jayapura

Lumbung Pangan Siap Dibangun

JAKARTA – Kasus kelaparan imbas kekeringan dan gagal panen di Distrik Agandugume dan Lambewi, Kabupaten Puncak, Papua Tengah jadi perhatian khusus pemerintah. Sejumlah intervensi disiapkan untuk mengantisipasi kejadian kembali terulang.

Bantuan logistik sudah dikirim secara periodik. Setelah bantuan 25 ton dari Kementerian Sosial (Kemensos), TNI, dan PT Freeport Indonesia yang rampung disalurkan pada Senin (31/7), pemerintah kembali mengirim bantuan ke Distrik Agandugume dan Lambewi, dan Oneri, Kabupaten Puncak, Papua Tengah, kemarin (3/8). Sama seperti sebelumnya, penyaluran hanya bisa sampai ke Sinak.

Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini mengaku, proses penyaluran memang tidak mudah. Karena, pengiriman bantuan logistik pertama dilakukan pada Minggu (25/7). Saat itu pihaknya kesulitan mencari pesawat karena di hari Minggu di Papua biasanya tak boleh ada aktivitas masyarakat. Selain itu, pesawat milik gereja pun tengah digunakan untuk kebutuhan ibadah.

Akhirnya ia pun minta tolong ke Panglima TNI Yudo Margono untuk bisa membantu penyaluran ke distrik-distrik terdampak. Karena, tak mudah membawa bantuan lebih dari 10 ton ke Timika untuk kemudian disalurkan ke distrik-distrik terdampak.

Namun, situasi tidak memungkinkan sehingga bantuan hanya bisa dibawa hingga Sinak. Apalagi, kondisi cuaca cepat sekali berubah. Sehingga, penyaluran ke Sinak pun tidak bisa dilakukan berulang kali. Walhasil, bantuan dikirim dalam beberapa tahap.

Risma sempat ragu lantaran warga harus berjalan dua hari satu malam dari ketiga distrik tersebut ke Sinak. Tapi, pihak setempat memastikan jika warga sudah berangkat dari kediaman masing-masing.

Baca Juga :  Pergaulan Bebas, Picu Peningkatan Kasus HIV-AIDS di Papua

”Alhamdulillah hari Rabu (28/7) bisa terbang dengan lima pesawat. Dilanjutkan Kamis, Jumat, Sabtu dan baru selesai Senin (31/7),” paparnya dalam temu media update bantuan kekeringan Papua Tengah , di Jakarta, kemarin (3/8).

Risma mengaku, bantuan tersebut paling hanya bisa mengcover untuk satu bulan ke depan. Karenanya, dia khawatir, Agustus ini masih fenomena embun beku masih akan terjadi. Sementara, tanaman tidak akan bisa tumbuh ketika cuaca ekstrem yang mencapai minus. ”Satu bulan lagi kita harus stok lagi. Tapi memang permasalahannya terkait anggaran,” jelasnya.

Dia pun sudah melaporkan hal ini ke Presiden Joko Widodo, yang direspon dengan menginstruksikan Menteri Keuangan Sri Mulyani untuk memberi perhatian mengenai hal ini. Risma berharap, anggaran Kemensos bisa kembali lagi seperti dua tahun lalu mengingat masih ada akhir tahun yang biasanya kerap terjadi bencana.

Apalagi, pihaknya pun sudah mendeteksi adanya risiko cuaca ekstrem yang menyebabkan gagal panen dan kelaparan di wilayah lain. Salah satunya, wilayah Kabupaten Lani Jaya. Saat ini, pihaknya sudah menghubungi pemuka agama di sana untuk bisa dicarikan contact person di setiap distrik di Lani Jaya yang terancam mengalami kekeringan ini. ”Ini sedang saya diskusikan, mudah-mudahan ada bantuan yang bisa kita prepare untuk dikirim ke sana,” paparnya.

Baca Juga :  Dua Distrik di Kab. Puncak Dilanda Kelaparan

Langkah ini, kata dia, harus dilakukan agar warga di sana tidak mengalami hal sama seperti warga di tiga distrik Kabupaten Puncak. Menurutnya, para warga di Kabupaten Puncak ini sudah pergi kemana-mana untuk meminta bantuan. Seperti saudara-saudara jauhnya namun tak dapat.

Tangis Risma pun sempat pecah saat menceritakan penderitaan dan perjuangan warga dalam menghadapi bencana kelaparan yang menimpa mereka. Sesaat, dia terdiam lama sambil menundukkan kepalanya.  Karenanya, dia berjanji, akan membantu warga untuk tidak mengalami hal yang sama tahun depan. Dan memastikan, mereka bisa mendapat permakanan selama sisa musim dingin.

Salah satu solusi yang jadi pertimbangan adalah pembangunan lumbung pangan. Namun, kata dia, yang jadi persoalan adalah kondisi cuaca di sana yang memang berbeda. Sehingga, ada kekhawatiran, ketika menyimpan beras terlalu lama justru akan rusak. ”Ini yang kita pakai nyimpan buffer stock itu gudang gereja, itu nanti akan kita lihat dulu rusak atau tidak sampai musim dingin selesai,” tuturnya.

Kendati demikian, pihaknya akan tetap mencoba dengan bantuan penanaman umbi-umbian di musim panas yang dimulai November 2023 nanti. Diharapkan, umbi bisa lebih tahan lama untuk disimpan di sana. ”Jadi mereka menanam, nanti panen kita beli dan simpan di lumbung kita,” katanya. (mia/syn/wan)

JAKARTA – Kasus kelaparan imbas kekeringan dan gagal panen di Distrik Agandugume dan Lambewi, Kabupaten Puncak, Papua Tengah jadi perhatian khusus pemerintah. Sejumlah intervensi disiapkan untuk mengantisipasi kejadian kembali terulang.

Bantuan logistik sudah dikirim secara periodik. Setelah bantuan 25 ton dari Kementerian Sosial (Kemensos), TNI, dan PT Freeport Indonesia yang rampung disalurkan pada Senin (31/7), pemerintah kembali mengirim bantuan ke Distrik Agandugume dan Lambewi, dan Oneri, Kabupaten Puncak, Papua Tengah, kemarin (3/8). Sama seperti sebelumnya, penyaluran hanya bisa sampai ke Sinak.

Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini mengaku, proses penyaluran memang tidak mudah. Karena, pengiriman bantuan logistik pertama dilakukan pada Minggu (25/7). Saat itu pihaknya kesulitan mencari pesawat karena di hari Minggu di Papua biasanya tak boleh ada aktivitas masyarakat. Selain itu, pesawat milik gereja pun tengah digunakan untuk kebutuhan ibadah.

Akhirnya ia pun minta tolong ke Panglima TNI Yudo Margono untuk bisa membantu penyaluran ke distrik-distrik terdampak. Karena, tak mudah membawa bantuan lebih dari 10 ton ke Timika untuk kemudian disalurkan ke distrik-distrik terdampak.

Namun, situasi tidak memungkinkan sehingga bantuan hanya bisa dibawa hingga Sinak. Apalagi, kondisi cuaca cepat sekali berubah. Sehingga, penyaluran ke Sinak pun tidak bisa dilakukan berulang kali. Walhasil, bantuan dikirim dalam beberapa tahap.

Risma sempat ragu lantaran warga harus berjalan dua hari satu malam dari ketiga distrik tersebut ke Sinak. Tapi, pihak setempat memastikan jika warga sudah berangkat dari kediaman masing-masing.

Baca Juga :  Pembakaran Rumah Kembali Terjadi di Yalimo

”Alhamdulillah hari Rabu (28/7) bisa terbang dengan lima pesawat. Dilanjutkan Kamis, Jumat, Sabtu dan baru selesai Senin (31/7),” paparnya dalam temu media update bantuan kekeringan Papua Tengah , di Jakarta, kemarin (3/8).

Risma mengaku, bantuan tersebut paling hanya bisa mengcover untuk satu bulan ke depan. Karenanya, dia khawatir, Agustus ini masih fenomena embun beku masih akan terjadi. Sementara, tanaman tidak akan bisa tumbuh ketika cuaca ekstrem yang mencapai minus. ”Satu bulan lagi kita harus stok lagi. Tapi memang permasalahannya terkait anggaran,” jelasnya.

Dia pun sudah melaporkan hal ini ke Presiden Joko Widodo, yang direspon dengan menginstruksikan Menteri Keuangan Sri Mulyani untuk memberi perhatian mengenai hal ini. Risma berharap, anggaran Kemensos bisa kembali lagi seperti dua tahun lalu mengingat masih ada akhir tahun yang biasanya kerap terjadi bencana.

Apalagi, pihaknya pun sudah mendeteksi adanya risiko cuaca ekstrem yang menyebabkan gagal panen dan kelaparan di wilayah lain. Salah satunya, wilayah Kabupaten Lani Jaya. Saat ini, pihaknya sudah menghubungi pemuka agama di sana untuk bisa dicarikan contact person di setiap distrik di Lani Jaya yang terancam mengalami kekeringan ini. ”Ini sedang saya diskusikan, mudah-mudahan ada bantuan yang bisa kita prepare untuk dikirim ke sana,” paparnya.

Baca Juga :  Viral Video Penganiayaan Siswi SMA

Langkah ini, kata dia, harus dilakukan agar warga di sana tidak mengalami hal sama seperti warga di tiga distrik Kabupaten Puncak. Menurutnya, para warga di Kabupaten Puncak ini sudah pergi kemana-mana untuk meminta bantuan. Seperti saudara-saudara jauhnya namun tak dapat.

Tangis Risma pun sempat pecah saat menceritakan penderitaan dan perjuangan warga dalam menghadapi bencana kelaparan yang menimpa mereka. Sesaat, dia terdiam lama sambil menundukkan kepalanya.  Karenanya, dia berjanji, akan membantu warga untuk tidak mengalami hal yang sama tahun depan. Dan memastikan, mereka bisa mendapat permakanan selama sisa musim dingin.

Salah satu solusi yang jadi pertimbangan adalah pembangunan lumbung pangan. Namun, kata dia, yang jadi persoalan adalah kondisi cuaca di sana yang memang berbeda. Sehingga, ada kekhawatiran, ketika menyimpan beras terlalu lama justru akan rusak. ”Ini yang kita pakai nyimpan buffer stock itu gudang gereja, itu nanti akan kita lihat dulu rusak atau tidak sampai musim dingin selesai,” tuturnya.

Kendati demikian, pihaknya akan tetap mencoba dengan bantuan penanaman umbi-umbian di musim panas yang dimulai November 2023 nanti. Diharapkan, umbi bisa lebih tahan lama untuk disimpan di sana. ”Jadi mereka menanam, nanti panen kita beli dan simpan di lumbung kita,” katanya. (mia/syn/wan)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya