Melihat Tempat Tinggal Terduga Teroris yang Diamankan Densus 88 di Merauke

Datasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri dan backup personel Polres Merauke mengamankan sejumlah teroris kelompok Jamaah Anshor Daulah (JAD) di Merauke akhir pekan kemarin. Bagaimana keseharian terduga teroris ini ?
Laporan: Yulius Sulo, Merauke
JUMAT (29/5) lalu, masyarakat Papua khususnya Merauke, dikagetkan dengan penangkapan sejumlah terduga teroris. Para terduga teroris ini diamankan dari sejumlah distrik yang ada di Kabupaten Merauke seperti Distrik Tanah Miring, Jagebob, Kurik dan Distrik Merauke.
Di Distrik Merauke, sejumlah terduga teroris diamankan di dua rumah sewa yang berada di Jalan Ternate, Gang Papua I, Kelurahan Seringgu, Distrik Merauke, Kabupaten Merauke.
Cenderawasih Pos, kemarin (2/6) mendatangi dua rumah sewa yang ditempati terduga teroris sebelum diamankan personel Densus 88. Rumah sewa pertama yaitu berada di Gang Papua 1.
Rumah sewa yang dicat biru dan terbuat dari papan ini memiliki 7 pintu atau 7 petak rumah sewa. Di salah satu petak rumah sewa ini ditinggali salah seorang terduga teroris. Terduga teroris tersebut tinggal bersama istri dan dua orang anaknya.
Tiba di rumah sewa tersebut, Cenderawasih Pos menanyakan pemilik rumah sewa. Namun menurut salah seorang penghuni rumah sewa bernama Muhammad Daud, pemilik rumah sewa sedang beraktivitas di luar rumah.
“Pemiliknya sedang keluar. Siang-siang baru balik karena beliau sedang jual sayur keliling gunakan sepeda motor,” ucap Muh Daud yang sedang duduk-duduk di gang rumah sewa saat ditemui Cenderawasih Pos.
Kepada Cenderawasih Pos, Daud mengakui bahwa rumah sewa yang mereka tempati termasuk yang didatangi anggota Densus 88, Jumat (28/5) sekira pukul 16.00 WIT. Namun sayangnya, ketika anggota Densus 88 datang, orang yang dicari sudah lebih dulu kabur. Termasuk istri dan dua anaknya.
Daud dan warga penghuni rumah sewa lainnya mengaku tidak mengenal terduga teroris yang diburu Densus 88. Pasalnya sejak mereka menempati rumah sewa tersebut, keluarga terduga teroris ini sangat tertutup. Jangan berbaur dengan tetangga, keluarga terduga teroris ini tak pernah menegur penghuni rumah sewa lainnya. ‘’Tidak pernah menyapa kita sekalipun. Kalau dating, dia diam dan langsung masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintu rumah sewanya,” ungkap Daud.
Saking tertutupnya, Daud dan penghuni rumah sewa lainnya tidak mengetahui nama terduga teroris tersebut. Warga hanya menyebutnya gondrong lantaran memiliki rambut gondrong. ‘’Kami sebutnya gondrong, karena dia memang rambutnya gondrong, berjenggot, selalu pakai baju gamis dan celana jingkrang,” tutur Daud.
Gondrong dan keluarganya menurut Daud menempati pintu 1 di rumah sewa tersebut. Setiap hari, Gondrong memiliki usaha burung merpati. Ia bahkan memiliki kandang burung merpati di belakang rumah sewa.
Setiap pagi sekira pukul 09.00 WIT atau agak siang, Gondrong menurut Daud sering keluar rumah. Saat keluar rumah, dia selalu menggunakan sepeda motor yang tidak sama. “Kami juga bingung, karena motornya itu sering diganti. Kadang motor besar, di lain waktu pakai motor kecil,” bebernya.
Saat hendak keluar ataupun pulang, Gondrong menurut Daud tidak pernah bertegur sapa dengan warga. Meskipun warga sedang berkumpul di gang rumah sewa, Gondrong hanya melintas dengan motornya tanpa menyapa warga. “Kalau datang itu, meski kita sedang kumpul di gang ini, dia tidak pernah menyapa sekalipun. Langsung lewat dengan motornya. Kami di sini melihat orangnya terlalu sok, karena tidak pernah menyapa dengan kita,” ucapnya.
Sikap yang sama juga diperlihatkan oleh istri Gondrong. Daud menyebutkan, istri Gondrong yang juga tidak diketahui namanya, hanya keluar rumah saat membeli sayur atau membuang sampah. Selebihnya, dia lebih banyak berada di dalam rumah. “Kami juga tidak tahu mukanya seperti apa karena dia pakai cadar,” tambahnya.
Gondrong dan keluarganya menurut Daud menempati rumah sewa pinti 1 sejak Januari 2021. Beberapa bulan yang lalu, ibu mertua Gondrong sempat tinggal bersama mereka, Namun sayangnya, beberapa bulan yang lalu meninggal dunia. “Tapi setelah penguburan, tidak ada lagi tahlilan hari ketiga atau ketujuh seperti umat Muslim pada umumnya,” jelasnya.
Daud mengaku baru mengetahui kalau tetangganya yang biasa dipanggil Gondrong merupakan terduga teroris saat didatangi anggota Densus 88. “Saat petugas datang, Gondrong bersama istri dan dua anaknya sudah tidak ada. Tapi kami melihat petugas membawa sejumlah barang bukti dari dalam kamar yang disewa itu,” pungkasnya.
Sementara itu, rumah sewa lainnya yang ditempati oleh terduga teroris lainnya berada di antara Gang Papua I dan Gang Papua II. Di rumah sewa ini, anggota Densus 88 Mabes Polri juga mengamankan terduga teroris.
Menurut Utami yang dipercaya untuk menangih uang sewa setiap bulannya mengaku cukup mengenal terduga teroris yang ditangkap Densus 88 Antiteror Mabes Polri.
Menurutnya, yang bersangkutan sudah menyewa atau menempati rumah sewa berbentuk kopel tersebut kurang lebih 3 tahun. “Dia menempati rumah sewa nomor 9. Orangnya sebenarnya cukup baik dan kalau ada kegiatan yang dilakukan tetangga, dia kadang datang. Kalau istrinya memang jarang keluar rumah,’’ jelas Utami.
Utami menjelaskan bahwa awalnya yang bersangkutan berusaha atau bekerja di kapal cumi. Namun beberapa bulan dia mendirikan perusahaan (CV). ‘’Makanya, dia baru-baru ini datangkan 5 orang karyawan dari daerah asalnya. Karyawannya itu tinggal di rumah sewa tersebut karena dia sendiri sudah pindah ke bagian belakang. Katanya ada rumah sewa lain di sana,” bebernya.
Utami dan warga sekitar mengaku kaget ketika petugas dari Densus 88 datang melakukan penggeledahan rumah yang disewa terduga teroris. “Jelas kita kaget,karena tak menyangka dia terlibat dalam jaringan terlarang tersebut,” tutupnya. ***