Saturday, April 20, 2024
26.7 C
Jayapura

Minta Presiden Segera Bebaskan Tapol Papua

PERNYATAAN SIKAP: Pimpinan BEM di Sembilan fakultas yang ada di Universitas Cenderawasih ketika membacakan pernyataan sikap yang disaksikan perwakilan pimpinan lembaga Universitas Cenderawasih dan ratusan mahasiswa di depan Gapura Kampus Uncen Waena, Kelurahan Yabansai, Distrik Heram, Senin (2/3). ( FOTO: Yewen/Cepos)

JAYAPURA-Ratusan mahasiswa dari sembilan fakultas yang ada di Universitas Cenderawasih melakukan aksi demo damai di Gapura Universitas Cenderawasih, Waena Kelurahan Yabansai Distrik Heram Kota Jayapura, Senin (2/3).

Demonstrasi damai ini dimotori oleh berbagai pimpinan mahasiswa dari sembilan fakultas yang ada di Uncen. Aksi demonstrasi damai ini sebagai wujud dukungan dari para mahasiswa terhadap para tahanan politik (tapol) yang saat ini ditahan dan telah menjalani sidang di Pengadilan Negeri Balikpapan Kalimantan Timur (Kaltim) maupun yang telah menjalani persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

Dalam pernyataan sikap, ratusan mahasiswa melalui Koordinator Lapangan, Wone Wenda meminta kepada Presiden Republik Indonesia (RI) untuk dapat membebaskan para Tapol Papua yang saat ini ditahan dan telah menjalani persidangan di Pengadilan Negeri Balikpapan maupun di Pengadilan Negeri Jakarta.

“Kami minta kepada Presiden RI, untuk dapat membebaskan para tahanan politik  yang ditahan dan disidangkan di Pengadilan Negeri Balikpapan dan Pengadilan Negeri Jakarta,” ucap Wone Wenda dalam orasinya di depan Gapura Kampus Uncen Waena.

Tidak hanya itu, Wenda meminta kepada Presiden untuk dapat menindaklanjuti korban tahanan politik dan korban rasisme sebanyak 57 orang di seluruh Indonesia yang telah diserahkan oleh Veronika Koman  kepada Presiden RI di Australia dan diserahkan oleh Pengurus BEM Universitas  Indonesia kepada Menkopolhukam RI, saat kunjungannya ke Universitas Indonesia belum lama ini di Kampus UI Depok Jawa Barat.

Baca Juga :  Aliran Sesat di Supiori Dibubarkan

“Kepada gubernur, DPRP dan MRP segera mengambil langkah untuk membebaskan mahasiswa maupun Tapol Papua di seluruh Indonesia yang di tahan karena isu rasisme,” ucapnya.

Wenda meminta kepada negara dalam hal ini pihak penegak hukum agar dapat membebaskan tanpa syarat tujuh tahanan politik  yang saat ini menjalani sidang di Pengadilan Negeri Balikpapan. Para mahasiswa menilai tujuh Tapol ini merupakan korban dari rasisme.“Segera bebaskan Surya Anta Ginting bersama kawan-kawan yang sedang menjalani sidang di Jakarta,” tegasnya.

Wenda mengatakan, para penegak hukum maupun Jaksa Penuntut Umum (JPU) harus memegang teguh pada prinsip-prinsip hukum yang ada. Terutama asas equality before the law atau persamaan hak dimuka umum sebagai warga negara yang sama.

“Apabila poin-poin kami di atas tidak diindahkan, maka kami mahasiswa pemuda bersama rakyat Papua siap melakukan gerakan pembatalan Pekan Olahraga Nasional (PON) ke XX tahun 2020 di tanah Papua,” tegasnya.

Sementara itu, Pembantu Rektor III Bagian Kemahasiswaan Universitas Cenderawasih Jayapura, Jonathan Waroromi mengatakan, aksi demonstrasi damai yang dilakukan oleh ratusan mahasiswa ini sangat baik sekali. Karena ini bagian dari bagaimana menghidupkan demokrasi atau mimbar di kampus.

“Mahasiswa merupakan salah satu kontrol terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga pada hari ini (kemarin-red) ketika kita melihat adanya ketidakadilan, maka kita harus bersuara dengan cara yang sopan, santun, dan elegan seperti hari ini (kemarin-red),” katanya.

Baca Juga :  Kapolda: Tak Semua Warga Oksibil Mengungsi

Waroromi mengatakan, hidup ini memang tidak ada yang pernah sempurna dan tidak pernah ada keadilan. Keadilan bukan punya orang hukum saja, karena mereka juga mempelajari dan semua teori yang mereka gunakan adalah teori pendekatan.

“Tapi sesungguhnya keadilan yang sejati ada di tangan Tuhan. Hari ini (kemarin-red) kita bersuara kepada Tuhan Allah orang Papua. Kita minta Tuhan sendiri yang mengambil alih dan berdiri di tengah, sehingga hari ini (kemarin-red) hanya bagian kecil yang kita mau lakukan, tetapi bagian besar kita serahkan kepada Tuhan,” ujarnya.

Waroromi meminta kepada seluruh pengurus BEM di Sembilan fakultas dan UKM KMK dan UKM PMK untuk melakukan doa puasa kepada para tahanan politik  yang akan menjalani sidang di beberapa tempat di Indonesia.

“Ini usaha kita, rasa solidaritas dan empati kita, tetapi ada bagian yang tidak kelihatan, yaitu doa orang benar itu besar kuasa-Nya,” tambahnya. 

Waroromi memberikan apresiasi terhadap aksi demonstrasi yang berjalan baik. Sebab ini merupakan contoh yang harus diikuti dalam memberikan pesan melalui aksi yang berjalan aman dan damai di Kampus Universitas Cenderawasih. 

“Bapak mengucapkan terima kasih atas nama lembaga dan hari ini (kemarin-red) kita melihat sesuatu pembelajaran yang baik, karena kordinator lapangan (korlap) bersama teman-teman menunjukkan hal yang positif. Sekali lagi bapak mengucapkan terima kasih, semoga demokrasi tetap kita junjung tinggi dan berjuang,” ucapnya. (bet/oel/nat)

PERNYATAAN SIKAP: Pimpinan BEM di Sembilan fakultas yang ada di Universitas Cenderawasih ketika membacakan pernyataan sikap yang disaksikan perwakilan pimpinan lembaga Universitas Cenderawasih dan ratusan mahasiswa di depan Gapura Kampus Uncen Waena, Kelurahan Yabansai, Distrik Heram, Senin (2/3). ( FOTO: Yewen/Cepos)

JAYAPURA-Ratusan mahasiswa dari sembilan fakultas yang ada di Universitas Cenderawasih melakukan aksi demo damai di Gapura Universitas Cenderawasih, Waena Kelurahan Yabansai Distrik Heram Kota Jayapura, Senin (2/3).

Demonstrasi damai ini dimotori oleh berbagai pimpinan mahasiswa dari sembilan fakultas yang ada di Uncen. Aksi demonstrasi damai ini sebagai wujud dukungan dari para mahasiswa terhadap para tahanan politik (tapol) yang saat ini ditahan dan telah menjalani sidang di Pengadilan Negeri Balikpapan Kalimantan Timur (Kaltim) maupun yang telah menjalani persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

Dalam pernyataan sikap, ratusan mahasiswa melalui Koordinator Lapangan, Wone Wenda meminta kepada Presiden Republik Indonesia (RI) untuk dapat membebaskan para Tapol Papua yang saat ini ditahan dan telah menjalani persidangan di Pengadilan Negeri Balikpapan maupun di Pengadilan Negeri Jakarta.

“Kami minta kepada Presiden RI, untuk dapat membebaskan para tahanan politik  yang ditahan dan disidangkan di Pengadilan Negeri Balikpapan dan Pengadilan Negeri Jakarta,” ucap Wone Wenda dalam orasinya di depan Gapura Kampus Uncen Waena.

Tidak hanya itu, Wenda meminta kepada Presiden untuk dapat menindaklanjuti korban tahanan politik dan korban rasisme sebanyak 57 orang di seluruh Indonesia yang telah diserahkan oleh Veronika Koman  kepada Presiden RI di Australia dan diserahkan oleh Pengurus BEM Universitas  Indonesia kepada Menkopolhukam RI, saat kunjungannya ke Universitas Indonesia belum lama ini di Kampus UI Depok Jawa Barat.

Baca Juga :  Evakuasi Jenazah Gabriella ke Jayapura kembali Tertunda

“Kepada gubernur, DPRP dan MRP segera mengambil langkah untuk membebaskan mahasiswa maupun Tapol Papua di seluruh Indonesia yang di tahan karena isu rasisme,” ucapnya.

Wenda meminta kepada negara dalam hal ini pihak penegak hukum agar dapat membebaskan tanpa syarat tujuh tahanan politik  yang saat ini menjalani sidang di Pengadilan Negeri Balikpapan. Para mahasiswa menilai tujuh Tapol ini merupakan korban dari rasisme.“Segera bebaskan Surya Anta Ginting bersama kawan-kawan yang sedang menjalani sidang di Jakarta,” tegasnya.

Wenda mengatakan, para penegak hukum maupun Jaksa Penuntut Umum (JPU) harus memegang teguh pada prinsip-prinsip hukum yang ada. Terutama asas equality before the law atau persamaan hak dimuka umum sebagai warga negara yang sama.

“Apabila poin-poin kami di atas tidak diindahkan, maka kami mahasiswa pemuda bersama rakyat Papua siap melakukan gerakan pembatalan Pekan Olahraga Nasional (PON) ke XX tahun 2020 di tanah Papua,” tegasnya.

Sementara itu, Pembantu Rektor III Bagian Kemahasiswaan Universitas Cenderawasih Jayapura, Jonathan Waroromi mengatakan, aksi demonstrasi damai yang dilakukan oleh ratusan mahasiswa ini sangat baik sekali. Karena ini bagian dari bagaimana menghidupkan demokrasi atau mimbar di kampus.

“Mahasiswa merupakan salah satu kontrol terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga pada hari ini (kemarin-red) ketika kita melihat adanya ketidakadilan, maka kita harus bersuara dengan cara yang sopan, santun, dan elegan seperti hari ini (kemarin-red),” katanya.

Baca Juga :  Polisi Bongkar Sindikat Penadah Motor Curian Dibarter Ganja

Waroromi mengatakan, hidup ini memang tidak ada yang pernah sempurna dan tidak pernah ada keadilan. Keadilan bukan punya orang hukum saja, karena mereka juga mempelajari dan semua teori yang mereka gunakan adalah teori pendekatan.

“Tapi sesungguhnya keadilan yang sejati ada di tangan Tuhan. Hari ini (kemarin-red) kita bersuara kepada Tuhan Allah orang Papua. Kita minta Tuhan sendiri yang mengambil alih dan berdiri di tengah, sehingga hari ini (kemarin-red) hanya bagian kecil yang kita mau lakukan, tetapi bagian besar kita serahkan kepada Tuhan,” ujarnya.

Waroromi meminta kepada seluruh pengurus BEM di Sembilan fakultas dan UKM KMK dan UKM PMK untuk melakukan doa puasa kepada para tahanan politik  yang akan menjalani sidang di beberapa tempat di Indonesia.

“Ini usaha kita, rasa solidaritas dan empati kita, tetapi ada bagian yang tidak kelihatan, yaitu doa orang benar itu besar kuasa-Nya,” tambahnya. 

Waroromi memberikan apresiasi terhadap aksi demonstrasi yang berjalan baik. Sebab ini merupakan contoh yang harus diikuti dalam memberikan pesan melalui aksi yang berjalan aman dan damai di Kampus Universitas Cenderawasih. 

“Bapak mengucapkan terima kasih atas nama lembaga dan hari ini (kemarin-red) kita melihat sesuatu pembelajaran yang baik, karena kordinator lapangan (korlap) bersama teman-teman menunjukkan hal yang positif. Sekali lagi bapak mengucapkan terima kasih, semoga demokrasi tetap kita junjung tinggi dan berjuang,” ucapnya. (bet/oel/nat)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya