Saturday, April 20, 2024
26.7 C
Jayapura

Tidak Ada Pengibaran Bintang Kejora di Abepura

AMANKAN: Kapolsek Abepura, AKP Clief Gerald Philipus Duwith, SE., saat mengamankan salah seorang salah seorang pemuda usai ibadah di Gereja Katolik Gembala Baik, Abepura, Minggu (1/12).  Polsek Abepura for Cepos  

badah dan Bawa Atribut BK, 4 Pemuda Diamankan

JAYAPURA-Kapolsek Abepura, AKP. Clief Gerald Philipus Duwith, SE menegaskan bahwa tidak ada pengibaran Bendera Bintang Kejora (BK) di Abepura, Minggu (1/12) kemarin.

“Pengibaran tidak ada. Yang ada 4 orang masyarakat yang membawa atribut BK yang diikat pada sebatang tongkat lalu ditaruh di belakang punggung mereka saat ibadah di Gereja Katolik Gembala Baik Abepura,” ungkap Duwith saat dikonfirmasi Cenderawasih Pos melalui seluler, Minggu (1/12).

Dikatakan, sekira pukul 08.50 WIT, empat pemuda berinisial MA (20 tahun), OK (24 tahun), HB (24 tahun) dan DD (26 tahun) membawa atribut Bintang Kejora ke dalam Gereja Katolik Gembala Baik. Keempat pemuda tersebut, mengikuti ibadah misa ke-II Minggu Pagi yang dipimpin Pastor Emanuel  James Kosay.

“Jadi menurut pengakuan keempat pemuda ini, mereka tiba di gereja dari pukul 06.00 WIT menggunakan taksi jurusan Abepura-Waena. Mereka langsung menempati halaman gereja di sebelah kamar mandi. Di situ mereka mulai mewarnai wajah mereka sebelum masuk ke dalam greja,”jelas Duwith.

Tepat pukul 11.15 WIT, saat ibadah misa ke-II selesai, Kapolsek Abepura, AKP. Clief Gerald Philipus Duwith, SE didampingi anggotanya melakukan pengamanan dengan cara persuasif terhadap keempat pemuda tersebut. Keempat pemuda itu kemudian diamankan di Mapolsek Abepura untuk dimintai keterangan.

“Awalnya kami mendapat laporan umat yang resah atas keberdaan keempat pemuda terebut di dalam gereja yang mengenakan atribut BK. Setelah mendapatkan informasi tersebut akhirnya kami tunggu sampai ibadah selesai dan kami amankan. Jadi kami tidak mengamanakan saat ibadah berlangsung dan pengamanannya dengan cara baik-baik juga,”paparnya.

Lanjut Duwith, saat diamankan dan dimintai ketrangan di Mapolsek Abepura, sejumlah barang bukti  juga turut diamankan.

“Adapun barang bukti yang diamankan, dua lembar kain bercorak bendera Bintang Kejora berukuran panjang 57 cm  dan lebar 30 cm. Lembar kain lainnya berukuran panjang 123 cm  dan lebar 55 cm,”tuturnya.

Duwith juga menambahkan, hasil klarifikasi dari Pengurus Gereja Katolik Gembala Baik Abepura bahwa pengurus gereja tidak pernah mengajarkan hal-hal yang berbau politik maupun SARA. Tetapi mereka hanya mengajarkan hal-hal yang berbau agama Katolik.

“Karena keempat pemuda tersebut juga masuk saat ibadah sudah berlangsung dan mereka langsung duduk di kursi belakang, maka tak terlihat oleh pengurus gereja,” tambahnya.

Setelah diamankan pukul 13.35 WIT, anggota Reskrim Polsek Abepura dibackup anggota Reskrim Polresta Jayapura Kota dan Jatanras Polda Papua tiba di rumah kos pelaku guna melakukan pemeriksaan. Namun tidak terdapat barang-barang yang patut diamankan.

“Keempat pemuda tersebut dibawa ke Polresta Jayapura Kota guna pemeriksaan lebih lanjut. Perlu kami sampaikan bahwa wilayah Abepura pasca 1 Desenber sangat kondusif tidak ada hal-hal yang menonjol,”tutupnya.

Baca Juga :  KKB Mengamuk di Distrik Serambakon, Klaim Kuasai Kampung Yapimakod

Secara terpisah, Kapolresta Jayapura Kota, AKBP. Gustav R Urbinas mengatakan, keempat orang yang diketahui berstatus pelajar dan mahasiswa itu sedang diintrogasi jajarannya terkait dengan perbuatan mereka.

“Keempatnya masih dalam tahap introgasi 1 kali 24 jam ke depan. Mereka diamankan untuk dimintai keterangan dalam penyelidikan,” kata Gustav kepada Cenderawasih Pos, Minggu (1/12).

Keempat orang tersebut kata Gustav dibawa ke Polsek Abepura untuk dimintai keterangan setelah selesai ibadah. Dimana posisi mereka saat itu berada di belakang saat ibadah berlangsung sambil memegang kain bercorak bendera Bintang Kejora.

Terkait dengan itu lanjut Kapolres, pihak sedang melakukan klarifikasi dengan pihak gereja dalam hal ini pastor dan pengurus Paroki terkait dengan keberadaan 4 orang tersebut apakah pihak gereja tau atau tidak.

Pihak gereja lanjut Kapolres telah memberikan klarifikasi terhadap  keempat orang tersebut. Dimana keempat orang tersebut diluar pengetahuan mereka.

“Sekilas wawancara saya dengan Pastor dan pengurus gereja, mereka menyebut empat orang tersebut bukan jemaat di Gereja Katolik Gembala Baik Abepura. Pihak gereja tidak tahu asal muasal mereka dari mana,” kata Kapolres sebagaimana penyampaian dari pihak gereja.

Situasi kota Jayapura kata Gustav hingga saat ini kondusif, di beberapa gereja yang ada di wilayah hukumnya tetap melaksanakan ibadah sebagaimana biasanya.  Ia mengimbau masyarakat tetap menjaga kondisi Kota Jayapura yang aman damai dan tentram.

Secara terpisah, Pastor Santon  Tekege mengatakan kain bercorak bendera Bintang Kejora yang bawa masuk di Gereja Katolik merupakan baru pertama kali terjadi di dalam Gereja Katolik. Di masa-masa lalu tidak pernah terjadi seperti ini.

“Bagi orang asli Papua, bendera BK merupakan lambang dan simbol perjuangan pembebasannya,” kata Pastor Santon sebagaimana rilis yang diterima Cenderawasih Pos, Minggu (1/1).

Itu artinya bahwa orang Papua ingin mengenang kembali memorian masa lalu terkait status politik West Papua. Terkait dengan status politik West Papua yang belum jelas ini, aparat keamanan diharapkan jangan mengedepankan hukum.

Sebab, jika aparat berlakukan pendekatan hukum, pastilah banyak masyarakat entah aparat TNI dan Polri akan menjadi korban.

“Kapan saja terjadi letusan senjata seperti yang dialami masyarakat sipil di kabupaten Nduga, Puncak, wamena dan deiyai. Banyak masyarakat dipihak aparat keamanan maupun masyarakat asli Papua sama-sama gugur. Mereka mati untuk pertahankan Papua merdeka dan NKRI harga mati,” terangnya.

Daripada pertahankan pendapat masing-masing dan dapat saling mengorbankan satu sama lain, ia mengusulkan mestinya diadakan dialog Internasional antara Indonesia dan ULMWP yang dimediasi oleh PBB atau negara independen atau lembaga internasional.

Baca Juga :  Isu Blok Wabu dan Hilangnya Warga Intan Jaya

Sementara itu, sebelum meninggalkan Papua dalam kunjungan kerjanya selama sepekan, Kapolri Jenderal Polisi Idham Azis memberikan arahan kepada personil Polda Papua dan BKO Brimob Nusantara di Aula Rastra Samara Polda Papua, Minggu (1/1).

Mantan Kapolda Metro Jaya ini menyampaikan, kedatangan dirinya sebagai kakak, senior dan komandan. Ia menyampaikan terima kasih dan apresiasi kegiatan Kapolda dalam mengelola Kamtibmas dengan baik.

“Kita komandan bukan siapa-siapa tanpa anggota. Dekatlah dengan anak buahmu.  Jadikan sebagai teman sahabat dan rekan sehingga mengetahui permasalahan anak buah,” ucap Idham dalam arahannya.

Ia juga mengingatkan kepada anggota untuk bekerja dengan baik, jangan kasak-kusuk dibelakang. Dalam pengisian jabatan ada mekanismenya, agar tegak lurus dengan organisasi. Dekatlah dengan masyarakat, bangun soliditas secara personal dengan rekan-rekan TNI, hilangkan ego sektoral.

“Kepada personel tetap menjaga kehormatan kesatuan ini, dengan mengeliminir sekecilpun pelanggaran-pelanggaran. Para perwira bisa betul mempedomani ini sebagai contoh anggotanya, satu keteladanan lebih baik dari seribu kata-kata. Saya berjanji bagi personel yang bekerja dengan baik di Papua akan saya berikan reward,” ucapnya.

Sementara Kapolda Papua Irjen Pol Paulus Waterpauw menyebut situasi Kamtibmas di wilayah hukum Polda Papua dan jajaran aman dan kondusif. Hal ini berkat kerja sama semua stakeholder serta semua lapisan masyarakat yang ada di Tanah Papua.

Dikatakan, 1 Desember merupakan agenda rutin tahunan yang selalu diwaspadai dan saat ini pimpinan TNI mapun Polri berada di Tanah Papua untuk memonitor langsung situasi dan memberikan suport kepada kita semua yang ada di tanah Papua untuk tetap menjaga stabilitas keamanan. Ini membuktikan perhatian pemerintah kepada Papua.

“Disisi lain para kelompok yang mengangkat masalah yang dapat mengganggu Kamtibmas di Papua, kami juga telah melakukan upaya-upaya komunikasi yang baik kepada mereka sehingga mereka dapat mengerti dan tidak melakukan hal-hal yang melanggar hukum,” ucap Kapolda, Minggu (1/1)

Menurutnya, semua upaya telah dilakukan oleh Polda Papua dan Polres jajaran dengan melakukan patroli dan razia serta menyambangi warga baik yang ada di Kota maupun Kampung-kampung. Ini dilakukan untuk menciptakan situasi kamtibmas yang aman dan kondusif.

Diharapkan kepada seluruh lapisan masyarakat yang ada di Tanah Papua untuk terus bersama-bersama dengan aparat TNI-Polri menjaga stabilitas keamanan di masing-masing wilayah. Peran serta semua elemen sangat dibutuhkan dalam menjaga tanah Papua ini tetap aman dan kondusif.

Dalam pertemuan yang dilakukan di Mapolda Papua itu, Kapolda Papua Irjen Pol Paulus Waterpauw menyampaikan situasi dan kondisi pasca aksi anarkis beberapa waktu yang lalu yang cukup signifikan yakni tercatat sebanyak 5 kali.

Selain itu dibahas juga terkait 5 Polres yang akan dibangun, Polda Papua akan menyurat permohonan untuk barang-barang inventaris yang berkaitan dengan perlengkapan anggota nantinya. Rencana Pembangunan Mako Polda baru yang awalnya akan dibangun di Kampung Asai Kecil dan Koya Koso.

Hasil pendalaman mengenai tempat pendanaan dan lain- lain termasuk juga ada posisi yang cukup strategis yaitu adanya rencana pembangunan Istana Presiden di koya Koso sehingga hasil keputusan lebih banyak yang setuju apabila Polda di bangun di daerah Koya Koso. (kim/fia/nat)

AMANKAN: Kapolsek Abepura, AKP Clief Gerald Philipus Duwith, SE., saat mengamankan salah seorang salah seorang pemuda usai ibadah di Gereja Katolik Gembala Baik, Abepura, Minggu (1/12).  Polsek Abepura for Cepos  

badah dan Bawa Atribut BK, 4 Pemuda Diamankan

JAYAPURA-Kapolsek Abepura, AKP. Clief Gerald Philipus Duwith, SE menegaskan bahwa tidak ada pengibaran Bendera Bintang Kejora (BK) di Abepura, Minggu (1/12) kemarin.

“Pengibaran tidak ada. Yang ada 4 orang masyarakat yang membawa atribut BK yang diikat pada sebatang tongkat lalu ditaruh di belakang punggung mereka saat ibadah di Gereja Katolik Gembala Baik Abepura,” ungkap Duwith saat dikonfirmasi Cenderawasih Pos melalui seluler, Minggu (1/12).

Dikatakan, sekira pukul 08.50 WIT, empat pemuda berinisial MA (20 tahun), OK (24 tahun), HB (24 tahun) dan DD (26 tahun) membawa atribut Bintang Kejora ke dalam Gereja Katolik Gembala Baik. Keempat pemuda tersebut, mengikuti ibadah misa ke-II Minggu Pagi yang dipimpin Pastor Emanuel  James Kosay.

“Jadi menurut pengakuan keempat pemuda ini, mereka tiba di gereja dari pukul 06.00 WIT menggunakan taksi jurusan Abepura-Waena. Mereka langsung menempati halaman gereja di sebelah kamar mandi. Di situ mereka mulai mewarnai wajah mereka sebelum masuk ke dalam greja,”jelas Duwith.

Tepat pukul 11.15 WIT, saat ibadah misa ke-II selesai, Kapolsek Abepura, AKP. Clief Gerald Philipus Duwith, SE didampingi anggotanya melakukan pengamanan dengan cara persuasif terhadap keempat pemuda tersebut. Keempat pemuda itu kemudian diamankan di Mapolsek Abepura untuk dimintai keterangan.

“Awalnya kami mendapat laporan umat yang resah atas keberdaan keempat pemuda terebut di dalam gereja yang mengenakan atribut BK. Setelah mendapatkan informasi tersebut akhirnya kami tunggu sampai ibadah selesai dan kami amankan. Jadi kami tidak mengamanakan saat ibadah berlangsung dan pengamanannya dengan cara baik-baik juga,”paparnya.

Lanjut Duwith, saat diamankan dan dimintai ketrangan di Mapolsek Abepura, sejumlah barang bukti  juga turut diamankan.

“Adapun barang bukti yang diamankan, dua lembar kain bercorak bendera Bintang Kejora berukuran panjang 57 cm  dan lebar 30 cm. Lembar kain lainnya berukuran panjang 123 cm  dan lebar 55 cm,”tuturnya.

Duwith juga menambahkan, hasil klarifikasi dari Pengurus Gereja Katolik Gembala Baik Abepura bahwa pengurus gereja tidak pernah mengajarkan hal-hal yang berbau politik maupun SARA. Tetapi mereka hanya mengajarkan hal-hal yang berbau agama Katolik.

“Karena keempat pemuda tersebut juga masuk saat ibadah sudah berlangsung dan mereka langsung duduk di kursi belakang, maka tak terlihat oleh pengurus gereja,” tambahnya.

Setelah diamankan pukul 13.35 WIT, anggota Reskrim Polsek Abepura dibackup anggota Reskrim Polresta Jayapura Kota dan Jatanras Polda Papua tiba di rumah kos pelaku guna melakukan pemeriksaan. Namun tidak terdapat barang-barang yang patut diamankan.

“Keempat pemuda tersebut dibawa ke Polresta Jayapura Kota guna pemeriksaan lebih lanjut. Perlu kami sampaikan bahwa wilayah Abepura pasca 1 Desenber sangat kondusif tidak ada hal-hal yang menonjol,”tutupnya.

Baca Juga :  Istri Tolak Tandatangan Persetujuan Tindakan Medis Terhadap Lukas Enembe

Secara terpisah, Kapolresta Jayapura Kota, AKBP. Gustav R Urbinas mengatakan, keempat orang yang diketahui berstatus pelajar dan mahasiswa itu sedang diintrogasi jajarannya terkait dengan perbuatan mereka.

“Keempatnya masih dalam tahap introgasi 1 kali 24 jam ke depan. Mereka diamankan untuk dimintai keterangan dalam penyelidikan,” kata Gustav kepada Cenderawasih Pos, Minggu (1/12).

Keempat orang tersebut kata Gustav dibawa ke Polsek Abepura untuk dimintai keterangan setelah selesai ibadah. Dimana posisi mereka saat itu berada di belakang saat ibadah berlangsung sambil memegang kain bercorak bendera Bintang Kejora.

Terkait dengan itu lanjut Kapolres, pihak sedang melakukan klarifikasi dengan pihak gereja dalam hal ini pastor dan pengurus Paroki terkait dengan keberadaan 4 orang tersebut apakah pihak gereja tau atau tidak.

Pihak gereja lanjut Kapolres telah memberikan klarifikasi terhadap  keempat orang tersebut. Dimana keempat orang tersebut diluar pengetahuan mereka.

“Sekilas wawancara saya dengan Pastor dan pengurus gereja, mereka menyebut empat orang tersebut bukan jemaat di Gereja Katolik Gembala Baik Abepura. Pihak gereja tidak tahu asal muasal mereka dari mana,” kata Kapolres sebagaimana penyampaian dari pihak gereja.

Situasi kota Jayapura kata Gustav hingga saat ini kondusif, di beberapa gereja yang ada di wilayah hukumnya tetap melaksanakan ibadah sebagaimana biasanya.  Ia mengimbau masyarakat tetap menjaga kondisi Kota Jayapura yang aman damai dan tentram.

Secara terpisah, Pastor Santon  Tekege mengatakan kain bercorak bendera Bintang Kejora yang bawa masuk di Gereja Katolik merupakan baru pertama kali terjadi di dalam Gereja Katolik. Di masa-masa lalu tidak pernah terjadi seperti ini.

“Bagi orang asli Papua, bendera BK merupakan lambang dan simbol perjuangan pembebasannya,” kata Pastor Santon sebagaimana rilis yang diterima Cenderawasih Pos, Minggu (1/1).

Itu artinya bahwa orang Papua ingin mengenang kembali memorian masa lalu terkait status politik West Papua. Terkait dengan status politik West Papua yang belum jelas ini, aparat keamanan diharapkan jangan mengedepankan hukum.

Sebab, jika aparat berlakukan pendekatan hukum, pastilah banyak masyarakat entah aparat TNI dan Polri akan menjadi korban.

“Kapan saja terjadi letusan senjata seperti yang dialami masyarakat sipil di kabupaten Nduga, Puncak, wamena dan deiyai. Banyak masyarakat dipihak aparat keamanan maupun masyarakat asli Papua sama-sama gugur. Mereka mati untuk pertahankan Papua merdeka dan NKRI harga mati,” terangnya.

Daripada pertahankan pendapat masing-masing dan dapat saling mengorbankan satu sama lain, ia mengusulkan mestinya diadakan dialog Internasional antara Indonesia dan ULMWP yang dimediasi oleh PBB atau negara independen atau lembaga internasional.

Baca Juga :  83 Atlet PON XX Positif Covid-19

Sementara itu, sebelum meninggalkan Papua dalam kunjungan kerjanya selama sepekan, Kapolri Jenderal Polisi Idham Azis memberikan arahan kepada personil Polda Papua dan BKO Brimob Nusantara di Aula Rastra Samara Polda Papua, Minggu (1/1).

Mantan Kapolda Metro Jaya ini menyampaikan, kedatangan dirinya sebagai kakak, senior dan komandan. Ia menyampaikan terima kasih dan apresiasi kegiatan Kapolda dalam mengelola Kamtibmas dengan baik.

“Kita komandan bukan siapa-siapa tanpa anggota. Dekatlah dengan anak buahmu.  Jadikan sebagai teman sahabat dan rekan sehingga mengetahui permasalahan anak buah,” ucap Idham dalam arahannya.

Ia juga mengingatkan kepada anggota untuk bekerja dengan baik, jangan kasak-kusuk dibelakang. Dalam pengisian jabatan ada mekanismenya, agar tegak lurus dengan organisasi. Dekatlah dengan masyarakat, bangun soliditas secara personal dengan rekan-rekan TNI, hilangkan ego sektoral.

“Kepada personel tetap menjaga kehormatan kesatuan ini, dengan mengeliminir sekecilpun pelanggaran-pelanggaran. Para perwira bisa betul mempedomani ini sebagai contoh anggotanya, satu keteladanan lebih baik dari seribu kata-kata. Saya berjanji bagi personel yang bekerja dengan baik di Papua akan saya berikan reward,” ucapnya.

Sementara Kapolda Papua Irjen Pol Paulus Waterpauw menyebut situasi Kamtibmas di wilayah hukum Polda Papua dan jajaran aman dan kondusif. Hal ini berkat kerja sama semua stakeholder serta semua lapisan masyarakat yang ada di Tanah Papua.

Dikatakan, 1 Desember merupakan agenda rutin tahunan yang selalu diwaspadai dan saat ini pimpinan TNI mapun Polri berada di Tanah Papua untuk memonitor langsung situasi dan memberikan suport kepada kita semua yang ada di tanah Papua untuk tetap menjaga stabilitas keamanan. Ini membuktikan perhatian pemerintah kepada Papua.

“Disisi lain para kelompok yang mengangkat masalah yang dapat mengganggu Kamtibmas di Papua, kami juga telah melakukan upaya-upaya komunikasi yang baik kepada mereka sehingga mereka dapat mengerti dan tidak melakukan hal-hal yang melanggar hukum,” ucap Kapolda, Minggu (1/1)

Menurutnya, semua upaya telah dilakukan oleh Polda Papua dan Polres jajaran dengan melakukan patroli dan razia serta menyambangi warga baik yang ada di Kota maupun Kampung-kampung. Ini dilakukan untuk menciptakan situasi kamtibmas yang aman dan kondusif.

Diharapkan kepada seluruh lapisan masyarakat yang ada di Tanah Papua untuk terus bersama-bersama dengan aparat TNI-Polri menjaga stabilitas keamanan di masing-masing wilayah. Peran serta semua elemen sangat dibutuhkan dalam menjaga tanah Papua ini tetap aman dan kondusif.

Dalam pertemuan yang dilakukan di Mapolda Papua itu, Kapolda Papua Irjen Pol Paulus Waterpauw menyampaikan situasi dan kondisi pasca aksi anarkis beberapa waktu yang lalu yang cukup signifikan yakni tercatat sebanyak 5 kali.

Selain itu dibahas juga terkait 5 Polres yang akan dibangun, Polda Papua akan menyurat permohonan untuk barang-barang inventaris yang berkaitan dengan perlengkapan anggota nantinya. Rencana Pembangunan Mako Polda baru yang awalnya akan dibangun di Kampung Asai Kecil dan Koya Koso.

Hasil pendalaman mengenai tempat pendanaan dan lain- lain termasuk juga ada posisi yang cukup strategis yaitu adanya rencana pembangunan Istana Presiden di koya Koso sehingga hasil keputusan lebih banyak yang setuju apabila Polda di bangun di daerah Koya Koso. (kim/fia/nat)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya