JAYAPURA-Nama lain selain Theys yang masih tersisa saat ini adalah Thaha Alhamid. Thaha sendiri mengaku ikut kehilangan sosok yang biasa dipanggil Thom ini.
Tim juga pernah ke Amerika Serikat untuk meloby kongres AS dan PBB agar sejarah Papua bisa diluruskan dan diadakan referendum untuk menentukan nasib sendiri. Menurut Thaha Alhamid, almarhum merupakan salah satu pejuang pemimpin Papua yang anti kekerasan dan kepergian beliau meninggalkan duka yang dalam bagi orang Papua. ‘’Tapi yang perlu diingat adalah beliau anti kekerasan, beliau sangat menolak cara berjuang dengan cara kekerasan,’’ kata Thaha saat ditemui di kediaman Ondoafi Warke di Tanah Hitam, Rabu (31/5).
Meski tidak sejalan dengan NKRI namun Thom Beanal sangat menentang perlawanan yang menggunakan kekerasan. ‘’Tidak penting soal ideologi yang diyakini sebab perjuangannya damai,’’ bebernya. Thaha juga melihat bahwa setelah Thom mangkat, tak ada lagi sosok yang sama yang tetap menghormati sesama. Tugas dan tanggungjawab Thom Beanal menurut Thaha sudah selesai dan kini dilanjutkan oleh pejuang muda lainnya.
‘’Kalau mau dibilang siapa saja yang mirip seperti beliau, saya bisa katakan setelah Pak Theys meninggal dan kini Thom Beanal saya pikir belum ada yang bisa seperti beliau. Tapi perjuangan beliau sudah selesai, tugasnya sudah rampung tinggal dilanjutkan,’’ cerita Thaha. Perjuangan almarhum Thom Beanal lanjut Thaha tak mau dilakukan dengan cara berdarah – darah. Ia lebih memilih cara berdialog dan demokratis.
“Dari perjuangan beliau salah satunya nama Papua sudah disahkan kemudian Otsus juga sudah bergulir hingga kini dan meski tujuan utama belum terwujud namun banyak hal yang beliau ajarkan,” tambahnya. “Kijne mengatakan yang dimimpi mungkin tak jadi biarpun tak jadi tapi akan abadi jadi saya pikir perjuangan pak Thom akan tetap dilanjutkan,” tutup Thaha. (ryu/ade/wen)