Saturday, April 27, 2024
33.7 C
Jayapura

Disembunyikan Dalam Rumah, 2 OAP Pantau Situasi Massa

Kisah 34 Warga Non Papua yang Diselamatkan 2 OAP Saat Kerusuhan Wamena

PENGUNGSI: Sejumlah warga yang mengungsi dari Wamena yang ditampung di gedung Tongkonan, Kotaraja Distrik Abepura, Senin (30/9).  (FOTO : Takim/Cepos)

Di tengah aksi anarkis yang terjadi di Wamena, banyak kisah haru dialami warga yang berhasil selamat. Salah satunya kisah 2 Orang Asli Papua (OAP) yang menyelamatkan 34 warga non Papua dari aksi anarkis. Bagaimana kisahnya ?   

Laporan: Mustakim Ali, Jayapura

KURANG lebih 600-an warga Wamena, Kabupaten Jayawijaya asal Toraja saat ini ditampung di gedung Tongkonan, Kotaraja, Distrik Abepura. 

Mereka yang ditampung di Tongkonan, Senin (30/9) merupakan warga Wamena yang terpaksa eksodus dari ibukota Kabupaten Jayawijaya pasca aksi anarkis yang terjadi, Senin (23/9) lalu. 

Rasa takut dan trauma membuat ratusan warga ini keluar dari Wamena. Bagaimana tidak, mereka menyaksikan dan mengalami sendiri bagaimana massa melakukan aksi anarkis. Mereka bersyukur bisa lolos dari aksi anarkis yang mengakibatkan 30-an warga meninggal dunia dan puluhan luka-luka. 

Yulius Manggallo

Di antara warga yang berhasil selamat saat terjadi aksi anarkis, salah satunya bernama Yulius Manggallo. Meskipun sempat terjebak dalam api yang membakar rumah kontrakan tempatnya tinggal di di kampung Hom-hom, Wamena, Yulius bersama istrinya yang mengandung 7 bulan berhasil selamat.

Bukan hanya Yulius dan istrinya, 32 warga lainnya yang merupakan tetangga di rumah kontrakannya juga berhasil luput dari maut berkat pertolongan 2 OAP yang mereka tidak kenal sebelumnya. 

“Ada dua OAP yaitu seorang bapak dengan anaknya datang menolong kami. Keduanya bagaikan malaikat penyelamat bagi kami yang sat itu dalam ketakutan karena nyawa kami terancam,” ungkap Yulius saat ditemui Cenderawasih Pos di Tongkonan, kemarin.

Senin (23/9) sekira pukul 07.30 WIT, aksi demo menurut Yulius dimulai. Namun satu jam kemudian, aksi tersebut berubah menjadi brutal dan anarkis. 

Baca Juga :  Timsus Pembentukan DOB Papua Tabi Terbentuk

Massa menurutnya mulai melakukan pengrusakan dan pembakaran. “Mereka bertindak brutal dengan melempar bensin dan membakar rumah-rumah. Termasuk deretan rumah kontrakan yang kami tempati,” kata Yulius. 

Saat massa mulai brutal membakar rumah-rumah dan bergerak ke arah rumah kontrakannya, tetangga Yulius mulai dilanda kepanikan. Mereka mulai berlarian dilanda kepanikan.

Ditengah kepanikan, Yulius mencoba menenangkan tetangganya yang berjumlah 32 orang dan mengumpulkan mereka dalam rumah kontrakannya. 

“Penghuni rumah kontrakan lainnya mulai panik dan mereka berlarian. Khawatir diketahui massa, saya kumpulkan mereka di rumah. Di dalam rumah kami sebrjumlah 34 orang perlindung,” ungkap Yulius yang sehari-hari bekerja sebagai sopir truk di Wamena. 

Kurang lebih satu jam kemudian, rumah tempat mereka berlindung mulai terbakar. Api bahkan sudah menghanguskan sebagian atap rumah dan merembes ke plafon. 

Melihat kondisi itu, Yulius kemudian berpikir cepat untuk menyelamatkan istri dan tetangganya. Ia kemudian menjebol bagian belakang rumah.

“Kami bingung saat itu. Karena mau bertaham rumah terbakar. Sementara kalau kami keluar ada massa yang sedang brutal. Akhirnya kami putuskan keluar lewat belakang rumah,” bebernya. 

Setelah Yulius bersama istri dan 32 orang lainnya berhasil kabur melalui belakang rumah, mereka bertemua dengan dua OAP yaitu seorang bapak bersama anaknya.

Bapak tersebut menurut Yulius langsung mengarahkan mereka untuk masuk dan bersembunyi di rumahnya yang berjarak kurang lebih 50 meter dari dari rumah kontrakannya. 

Saat bersembunyi di dalam rumah, Yulius mengatakan, bapak tersebut langsung meminta anaknya untuk memantau situasi. Ia bahkan meminta anaknya untuk melihat jalan agar mereka bisa selamat ke tempat yang lebih aman. 

Baca Juga :  Tiga Pemasok Amunisi ke KKB Diserahkan ke Kejaksaan

“Kurang lebih satu jam kami di Pace punya rumah, anaknya datang dan memberi kabar bahwa massa sudah bergeser. Kami kemudian diarahkan untuk lewat belakang rumah,” kata Yulius. 

Adapun belakang rumah tempat mereka bersembunyi terdapat kali yang di seberangnya merupakan Polsek Hom-hom. Mereka kemudian menyeberang kali, di seberang kali telah mennggu anggota Brimob yang menjemput lalu mengevakuasi Yulius bersama istri serta 32 orang lainnya. 

“Selama bersembunyi di dalam rumah bapak dan anak orang asli Papua yang dengan penuh kasih menolong kami, saya selu memikirkan kondisi istri saya yang hamil 7 bulan. Saat itu, kami sudah pasrah dan berserah kepada Tuhan. Dalam kondisi tersebut, Tuhan mengirim penolong bagi kami dan sehingga kami bisa selamat dievakuasi ke Jayapura,” kenangnya. 

Disinggung tentang rencananya ke depan, Yulius mengaku akan memulangkan istrinya ke kampung halamannya di Toraja. Sebab saat ini sang istri yang berada di rumah keluarganya di Jayapura, masih trauma.

“Nanti saya akan pulangkan sementara ke Toraja karena masih trauma. Sedangkan saya untuk sementara di Jayapura. Kalau kondisi di Wamena sudah aman, mungkin saya kembali ke atas,” tambahnya.

Terkait dengan apa yang dialami dalam kerusuhan di Wamena, Yulius melihat bahwa kerusuhan yang terjadi, hanya ulah sekelompok orang. Sebab masih sangat banyak OAP di Wamena yang memiliki hati mulia dan tulus serta mempunyai kasih untuk membantu dan menyelamatkan orang lain tanpa melihat suku, agama dan ras.*** 

Kisah 34 Warga Non Papua yang Diselamatkan 2 OAP Saat Kerusuhan Wamena

PENGUNGSI: Sejumlah warga yang mengungsi dari Wamena yang ditampung di gedung Tongkonan, Kotaraja Distrik Abepura, Senin (30/9).  (FOTO : Takim/Cepos)

Di tengah aksi anarkis yang terjadi di Wamena, banyak kisah haru dialami warga yang berhasil selamat. Salah satunya kisah 2 Orang Asli Papua (OAP) yang menyelamatkan 34 warga non Papua dari aksi anarkis. Bagaimana kisahnya ?   

Laporan: Mustakim Ali, Jayapura

KURANG lebih 600-an warga Wamena, Kabupaten Jayawijaya asal Toraja saat ini ditampung di gedung Tongkonan, Kotaraja, Distrik Abepura. 

Mereka yang ditampung di Tongkonan, Senin (30/9) merupakan warga Wamena yang terpaksa eksodus dari ibukota Kabupaten Jayawijaya pasca aksi anarkis yang terjadi, Senin (23/9) lalu. 

Rasa takut dan trauma membuat ratusan warga ini keluar dari Wamena. Bagaimana tidak, mereka menyaksikan dan mengalami sendiri bagaimana massa melakukan aksi anarkis. Mereka bersyukur bisa lolos dari aksi anarkis yang mengakibatkan 30-an warga meninggal dunia dan puluhan luka-luka. 

Yulius Manggallo

Di antara warga yang berhasil selamat saat terjadi aksi anarkis, salah satunya bernama Yulius Manggallo. Meskipun sempat terjebak dalam api yang membakar rumah kontrakan tempatnya tinggal di di kampung Hom-hom, Wamena, Yulius bersama istrinya yang mengandung 7 bulan berhasil selamat.

Bukan hanya Yulius dan istrinya, 32 warga lainnya yang merupakan tetangga di rumah kontrakannya juga berhasil luput dari maut berkat pertolongan 2 OAP yang mereka tidak kenal sebelumnya. 

“Ada dua OAP yaitu seorang bapak dengan anaknya datang menolong kami. Keduanya bagaikan malaikat penyelamat bagi kami yang sat itu dalam ketakutan karena nyawa kami terancam,” ungkap Yulius saat ditemui Cenderawasih Pos di Tongkonan, kemarin.

Senin (23/9) sekira pukul 07.30 WIT, aksi demo menurut Yulius dimulai. Namun satu jam kemudian, aksi tersebut berubah menjadi brutal dan anarkis. 

Baca Juga :  Tiga Pemasok Amunisi ke KKB Diserahkan ke Kejaksaan

Massa menurutnya mulai melakukan pengrusakan dan pembakaran. “Mereka bertindak brutal dengan melempar bensin dan membakar rumah-rumah. Termasuk deretan rumah kontrakan yang kami tempati,” kata Yulius. 

Saat massa mulai brutal membakar rumah-rumah dan bergerak ke arah rumah kontrakannya, tetangga Yulius mulai dilanda kepanikan. Mereka mulai berlarian dilanda kepanikan.

Ditengah kepanikan, Yulius mencoba menenangkan tetangganya yang berjumlah 32 orang dan mengumpulkan mereka dalam rumah kontrakannya. 

“Penghuni rumah kontrakan lainnya mulai panik dan mereka berlarian. Khawatir diketahui massa, saya kumpulkan mereka di rumah. Di dalam rumah kami sebrjumlah 34 orang perlindung,” ungkap Yulius yang sehari-hari bekerja sebagai sopir truk di Wamena. 

Kurang lebih satu jam kemudian, rumah tempat mereka berlindung mulai terbakar. Api bahkan sudah menghanguskan sebagian atap rumah dan merembes ke plafon. 

Melihat kondisi itu, Yulius kemudian berpikir cepat untuk menyelamatkan istri dan tetangganya. Ia kemudian menjebol bagian belakang rumah.

“Kami bingung saat itu. Karena mau bertaham rumah terbakar. Sementara kalau kami keluar ada massa yang sedang brutal. Akhirnya kami putuskan keluar lewat belakang rumah,” bebernya. 

Setelah Yulius bersama istri dan 32 orang lainnya berhasil kabur melalui belakang rumah, mereka bertemua dengan dua OAP yaitu seorang bapak bersama anaknya.

Bapak tersebut menurut Yulius langsung mengarahkan mereka untuk masuk dan bersembunyi di rumahnya yang berjarak kurang lebih 50 meter dari dari rumah kontrakannya. 

Saat bersembunyi di dalam rumah, Yulius mengatakan, bapak tersebut langsung meminta anaknya untuk memantau situasi. Ia bahkan meminta anaknya untuk melihat jalan agar mereka bisa selamat ke tempat yang lebih aman. 

Baca Juga :  Gubenur Papua Tolak DOB

“Kurang lebih satu jam kami di Pace punya rumah, anaknya datang dan memberi kabar bahwa massa sudah bergeser. Kami kemudian diarahkan untuk lewat belakang rumah,” kata Yulius. 

Adapun belakang rumah tempat mereka bersembunyi terdapat kali yang di seberangnya merupakan Polsek Hom-hom. Mereka kemudian menyeberang kali, di seberang kali telah mennggu anggota Brimob yang menjemput lalu mengevakuasi Yulius bersama istri serta 32 orang lainnya. 

“Selama bersembunyi di dalam rumah bapak dan anak orang asli Papua yang dengan penuh kasih menolong kami, saya selu memikirkan kondisi istri saya yang hamil 7 bulan. Saat itu, kami sudah pasrah dan berserah kepada Tuhan. Dalam kondisi tersebut, Tuhan mengirim penolong bagi kami dan sehingga kami bisa selamat dievakuasi ke Jayapura,” kenangnya. 

Disinggung tentang rencananya ke depan, Yulius mengaku akan memulangkan istrinya ke kampung halamannya di Toraja. Sebab saat ini sang istri yang berada di rumah keluarganya di Jayapura, masih trauma.

“Nanti saya akan pulangkan sementara ke Toraja karena masih trauma. Sedangkan saya untuk sementara di Jayapura. Kalau kondisi di Wamena sudah aman, mungkin saya kembali ke atas,” tambahnya.

Terkait dengan apa yang dialami dalam kerusuhan di Wamena, Yulius melihat bahwa kerusuhan yang terjadi, hanya ulah sekelompok orang. Sebab masih sangat banyak OAP di Wamena yang memiliki hati mulia dan tulus serta mempunyai kasih untuk membantu dan menyelamatkan orang lain tanpa melihat suku, agama dan ras.*** 

Berita Terbaru

Artikel Lainnya