Saturday, April 20, 2024
24.7 C
Jayapura

Orang Kaya Gemar Berobat di Luar Negeri

*Dalam Setahun Biaya Tembus Rp 158 T 

JAKARTA – Menko Bidang Maritim dan Investasi (Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menyoroti kebiasaan masyarakat Indonesia berobat di luar negeri. Sebab nilainya cukup fantastis, mencapai Rp 158 triliun. Kalangan dokter merespon bahwa layanan kesehatan di dalam negeri sudah semakin maju.

Ketua Terpilih Perhimpunan Dokter Digital Terintegrasi Indonesia (Perdigti) Agus Ujianto menegaskan dunia kedokteran di Indonesia secara keilmuan sudah maju. Sehingga kualitas pelayanan kesehatan di dalam negeri tidak kalah dibandingkan di negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, atau Australia.

Namun ada kalanya dari sisi akses, masyarakat di daerah tertentu lebih mudah menjangkau pelayanan kesehatan di negeri jiran. Contohnya pasien di Sumatera Utara memiliki jarak tempuh lebih dekat ke negara tetangga dibanding ke Jakarta. ’’Misalnya dari Medan ke Jakarta itu lebih jauh dan mahal dari pada Medan ke Singapura atau Kuala Lumpur,’’ tuturnya kemarin (1/9). Belum lagi akses transportasi dari bandara Cengkareng, Tangerang ke Jakarta rawan macet. 

Baca Juga :  Ini yang Disampaikan Pj Bupati Sarmi Dalam Rakerda Bupati se Papua

Selain itu Agus mengatakan asuransi kesehatan internasional saat ini lebih mudah diakses. Sehingga memudahkan masyarakat Indonesia untuk berobat ke luar negeri dengan fasilitas asuransi yang mereka miliki. Sekali lagi kondisi ini menurutnya bukan berarti kualitas kedokteran di Indonesia kalah dibandingkan di negeri tetangga.

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Banjarnegara itu selama ini IDI selalu mendukung regulasi yang ditetapkan pemerintah. ’’IDI mendukung bahwa dokter Indonesia harus menjadi tuan rumah di negeri sendiri,’’ tuturnya. Namun komitmen dukungan dari para dokter tersebut juga harus dibarengi dengan kebijakan atau regulasi industri kesehatan yang baik.

Agus juga menegaskan dokter-dokter di Indonesia merupakan kelompok ilmuwan yang tidak pernah tertutup dengan kemajuan teknologi. Khususnya teknologi di bidang kedokteran. Sehingga kemampuan pelayanan dokter-dokter yang ada di Indonesia menurutnya tidak kalah dengan di luar negeri.

Dia menyambut baik sikap Menko Luhut yang menaruh perhatian terhadap dunia kedokteran di tanah air tersebut. Agus berharap pemerintah bisa segera membahas urusan ini dengan pihak-pihak terkait. Sehingga bisa mengetahui keinginan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di tanah air itu seperti apa.

Baca Juga :  Mempercepat Pembangunan dan Sarana Prasarana di 4 Wilayah DOB

’’Kenapa masyarakat untuk berobat sekadar MCU (medical check up) dan plesiran saja sampai ke luar negeri,’’ katanya. Fenomena seperti ini harus diubah cukup MCU di dalam negeri saja. Agus juga mengatakan banyak fasilita MCU di dalam negeri yang sekaligus menjadi sarana rekreasi atau plesiran.

Sebelumnya dalam diskusi Forum Nasional Kemandirian dan Ketahanan Industri Alat Kesehatan pada Senin (30/8) Menko Luhut menyoroti sejumlah hal. Diantaranya adalah lebih dari USD 11 miliar (Rp 158,5 triliun) dihabiskan masyarakat Indonesia untuk berobat di luar negeri. ’’Ini angka fantastis,’’ katanya.

Luhut meminta masyarakat tidak terus menerus membandingkan Indonesia dengan negara lain. Baginya Indonesia tidak bisa dibandingkan dengan Singapura atau Australia. Dia menegaskan masyarakat Indonesia harus bangga dengan produk dalam negeri. Termasuk dengan layanan kesehatan di dalam negeri. (wan/JPG)

*Dalam Setahun Biaya Tembus Rp 158 T 

JAKARTA – Menko Bidang Maritim dan Investasi (Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menyoroti kebiasaan masyarakat Indonesia berobat di luar negeri. Sebab nilainya cukup fantastis, mencapai Rp 158 triliun. Kalangan dokter merespon bahwa layanan kesehatan di dalam negeri sudah semakin maju.

Ketua Terpilih Perhimpunan Dokter Digital Terintegrasi Indonesia (Perdigti) Agus Ujianto menegaskan dunia kedokteran di Indonesia secara keilmuan sudah maju. Sehingga kualitas pelayanan kesehatan di dalam negeri tidak kalah dibandingkan di negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, atau Australia.

Namun ada kalanya dari sisi akses, masyarakat di daerah tertentu lebih mudah menjangkau pelayanan kesehatan di negeri jiran. Contohnya pasien di Sumatera Utara memiliki jarak tempuh lebih dekat ke negara tetangga dibanding ke Jakarta. ’’Misalnya dari Medan ke Jakarta itu lebih jauh dan mahal dari pada Medan ke Singapura atau Kuala Lumpur,’’ tuturnya kemarin (1/9). Belum lagi akses transportasi dari bandara Cengkareng, Tangerang ke Jakarta rawan macet. 

Baca Juga :  Mempercepat Pembangunan dan Sarana Prasarana di 4 Wilayah DOB

Selain itu Agus mengatakan asuransi kesehatan internasional saat ini lebih mudah diakses. Sehingga memudahkan masyarakat Indonesia untuk berobat ke luar negeri dengan fasilitas asuransi yang mereka miliki. Sekali lagi kondisi ini menurutnya bukan berarti kualitas kedokteran di Indonesia kalah dibandingkan di negeri tetangga.

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Banjarnegara itu selama ini IDI selalu mendukung regulasi yang ditetapkan pemerintah. ’’IDI mendukung bahwa dokter Indonesia harus menjadi tuan rumah di negeri sendiri,’’ tuturnya. Namun komitmen dukungan dari para dokter tersebut juga harus dibarengi dengan kebijakan atau regulasi industri kesehatan yang baik.

Agus juga menegaskan dokter-dokter di Indonesia merupakan kelompok ilmuwan yang tidak pernah tertutup dengan kemajuan teknologi. Khususnya teknologi di bidang kedokteran. Sehingga kemampuan pelayanan dokter-dokter yang ada di Indonesia menurutnya tidak kalah dengan di luar negeri.

Dia menyambut baik sikap Menko Luhut yang menaruh perhatian terhadap dunia kedokteran di tanah air tersebut. Agus berharap pemerintah bisa segera membahas urusan ini dengan pihak-pihak terkait. Sehingga bisa mengetahui keinginan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di tanah air itu seperti apa.

Baca Juga :  Mesin Tes Cepat Covid-19 Siap Dioperasikan

’’Kenapa masyarakat untuk berobat sekadar MCU (medical check up) dan plesiran saja sampai ke luar negeri,’’ katanya. Fenomena seperti ini harus diubah cukup MCU di dalam negeri saja. Agus juga mengatakan banyak fasilita MCU di dalam negeri yang sekaligus menjadi sarana rekreasi atau plesiran.

Sebelumnya dalam diskusi Forum Nasional Kemandirian dan Ketahanan Industri Alat Kesehatan pada Senin (30/8) Menko Luhut menyoroti sejumlah hal. Diantaranya adalah lebih dari USD 11 miliar (Rp 158,5 triliun) dihabiskan masyarakat Indonesia untuk berobat di luar negeri. ’’Ini angka fantastis,’’ katanya.

Luhut meminta masyarakat tidak terus menerus membandingkan Indonesia dengan negara lain. Baginya Indonesia tidak bisa dibandingkan dengan Singapura atau Australia. Dia menegaskan masyarakat Indonesia harus bangga dengan produk dalam negeri. Termasuk dengan layanan kesehatan di dalam negeri. (wan/JPG)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya