Saturday, December 28, 2024
25.7 C
Jayapura

Wabup Sularso: Bicara Kebangsaan, Seharusnya NKRI Belajar dari Merauke

Siswa SMP dari berbagai sekolah di  Merauke  yang siap mengikuti lomba  pidato kebangsaan yang digelar Dinas Perpustakaan dan Kearsiapan Kabupaten  Meauke, Rabu (21/8) ( FOTO : Sulo/Cepos )

MERAUKE-Wakil Bupati  Merauke  Sularso mengungkapkan, bicara   soal kebangsaan, seharusnya  Negara Kesatuan Republik Indonesia  belajar dari Merauke.   Sebab, jauh sebelum Kemerdekaan Republik Indonesia 74 tahun yang lalu,  Merauke sudah  yang berdiri sejak  tahun 1902.  

  “Sehingga kalau bicara kebangsaan, seharusnya Negara Kesatuan Republik Indonesia  belajar ke Merauke. Karena kita sudah  hidup rukun dan damai disini. Hanya karena persoalan-persoalan kecil, kemudian imbas   yang dapat berujung pada masalah yang kita hadapi  baik saudara-saudara kita yang ada di Papua Barat maupun di  Papua. Namun demikian, kita masih bersyukur     kita masih bisa menjaga kebersamaan ini sehingga di Kabupaten Merauke  tidak terjadi hal-hal yang  kita tidak inginkan,’’’ tandas Wabup Sularso saat membuka lomba  pidato kebangsaan  tingkat SMP  yang digelar Dinas  Perpustakaan dan Kearsiapan Kabupaten Merauke,  Rabu (21/8). 

Baca Juga :  Umat Budha Diimbau Tingkatkan Sikap Moderasi Beragama   

   Wabup Sularso juga mengatakan bahwa di usia Kemerdekaan Republik Indonesia  yang ke-74,   bahasa  atau kata rasis  sudah  tidak ada lagi. Begitu juga dengan radikalismes di Indonesia.   Namun   yang terjadi  masih ada  yang melontarkan  kata-kata yang  tidak pantas  sebagai sesama anak bangsa.   

  “Lidah itu lebih tajam dari pisau atau silet. Ketika kita  mengeluarkan bahasa, mengeluarkan kata-kata tidak tepat pada ruang dan lingkup  yang ada pada saat itu  tentunya akan menjadi persoalan. Ini  ada kaitannya bagaimana kita menyuarakan hati kita, menyuarakan pikiran kita, lewat facebook, twitter dan  lain-lain,’’  jelasnya. 

  Dikatakan    peristiwa yang  menimpa mahasiswa Papua maupun yang terjadi Papua Barat dan Papua   tentunya ada rasa kesedihan. Karena  di usia  74 tahun tersebut tidak ada lagi hal-hal yang mengusik perasaan kita semua dalam berbangsa dan bernegara.  

Baca Juga :  Masa Pandemi, Pernikahan Dini Meningkat

     Pada kesempatan tersebut Wabup Sularso juga menjelaskan  soal pengiriman ribuan anak-anak Merauke  ke sejumlah  kota study  untuk  melanjutkan  kuliah. ‘’Ini kita lakukan untuk menyiapkan sumber daya manusia  untuk bangsa dan daerah ini. Kalau kita kaitkan degan generasi melaniel,    yaitu generasi muda yang siap berpacu dan siap  berlomba dalam rangka untuk menghadirkan pikiran dan tenaga  dengan seluruh potensi  perkembangan zaman baik secara nasional maupun internasional untuk mengabdi dan berkreasi   untuk membangun  Indonesia yang lebih maju,’’  tambahnya. (ulo/tri)

Siswa SMP dari berbagai sekolah di  Merauke  yang siap mengikuti lomba  pidato kebangsaan yang digelar Dinas Perpustakaan dan Kearsiapan Kabupaten  Meauke, Rabu (21/8) ( FOTO : Sulo/Cepos )

MERAUKE-Wakil Bupati  Merauke  Sularso mengungkapkan, bicara   soal kebangsaan, seharusnya  Negara Kesatuan Republik Indonesia  belajar dari Merauke.   Sebab, jauh sebelum Kemerdekaan Republik Indonesia 74 tahun yang lalu,  Merauke sudah  yang berdiri sejak  tahun 1902.  

  “Sehingga kalau bicara kebangsaan, seharusnya Negara Kesatuan Republik Indonesia  belajar ke Merauke. Karena kita sudah  hidup rukun dan damai disini. Hanya karena persoalan-persoalan kecil, kemudian imbas   yang dapat berujung pada masalah yang kita hadapi  baik saudara-saudara kita yang ada di Papua Barat maupun di  Papua. Namun demikian, kita masih bersyukur     kita masih bisa menjaga kebersamaan ini sehingga di Kabupaten Merauke  tidak terjadi hal-hal yang  kita tidak inginkan,’’’ tandas Wabup Sularso saat membuka lomba  pidato kebangsaan  tingkat SMP  yang digelar Dinas  Perpustakaan dan Kearsiapan Kabupaten Merauke,  Rabu (21/8). 

Baca Juga :  Pangdam Resmikan Kodim 1715/Yahukimo.

   Wabup Sularso juga mengatakan bahwa di usia Kemerdekaan Republik Indonesia  yang ke-74,   bahasa  atau kata rasis  sudah  tidak ada lagi. Begitu juga dengan radikalismes di Indonesia.   Namun   yang terjadi  masih ada  yang melontarkan  kata-kata yang  tidak pantas  sebagai sesama anak bangsa.   

  “Lidah itu lebih tajam dari pisau atau silet. Ketika kita  mengeluarkan bahasa, mengeluarkan kata-kata tidak tepat pada ruang dan lingkup  yang ada pada saat itu  tentunya akan menjadi persoalan. Ini  ada kaitannya bagaimana kita menyuarakan hati kita, menyuarakan pikiran kita, lewat facebook, twitter dan  lain-lain,’’  jelasnya. 

  Dikatakan    peristiwa yang  menimpa mahasiswa Papua maupun yang terjadi Papua Barat dan Papua   tentunya ada rasa kesedihan. Karena  di usia  74 tahun tersebut tidak ada lagi hal-hal yang mengusik perasaan kita semua dalam berbangsa dan bernegara.  

Baca Juga :  Soal Obat Generik Dijual di Atas HET, Dinkes Merauke Belum Dapatkan Data

     Pada kesempatan tersebut Wabup Sularso juga menjelaskan  soal pengiriman ribuan anak-anak Merauke  ke sejumlah  kota study  untuk  melanjutkan  kuliah. ‘’Ini kita lakukan untuk menyiapkan sumber daya manusia  untuk bangsa dan daerah ini. Kalau kita kaitkan degan generasi melaniel,    yaitu generasi muda yang siap berpacu dan siap  berlomba dalam rangka untuk menghadirkan pikiran dan tenaga  dengan seluruh potensi  perkembangan zaman baik secara nasional maupun internasional untuk mengabdi dan berkreasi   untuk membangun  Indonesia yang lebih maju,’’  tambahnya. (ulo/tri)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya