Sunday, November 24, 2024
30.7 C
Jayapura

Masyarakat Lanny Jaya Didorong Ubah Masa Tanam Ubi Jalar

JAYAPURA – Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Provinsi Papua, Semuel Siriwa mendorong masyarakat di Lanny Jaya untuk mengubah masa tanam dan panen ubi jalar. Hal ini sebagai upaya mitigasi peristiwa alam embun beku.

“Dulu pernah ada Fakultas Pertanian melakukan kajian di sana. Jadi peristiwa alam ini sebenarnya terjadi pada periode tertentu dan hanya bisa diatasi dengan budidaya ubi jalar yang ada, karena tanaman ini yang sudah beradaptasi di sana (Lanny Jaya-red),” kata Siriwa kepada wartawan, Selasa (2/8)

Ia mencontohkan, jika peristiwa alam ini terjadi di bulan Juli dan Agustus, maka masa tanam ubi jalar itu harus dimajukan. Sehingga bisa dipanen sebelum Juli untuk ketahanan pangan.

Baca Juga :  Dibukanya Ekspor Kelapa Sawit, Harga Minyak Goreng di Papua Tidak Bergejolak

Menurut Siriwa, masyarakat setempat sudah sangat pintar bagiamana cara budidaya ubi jalar. Hanya saja mungkin kurang antisipasi masif untuk menyiapkan ketersediaan komoditi ini dalam menghadapi peristiwa alam embun beku itu.

“Masyarakat setempat juga lebih memahami bagaimana menyimpan ubi jalar di dalam tanah sehingga bisa dipanen secara bertahap. Tapi dengan munculnya beras raskin dan beras murah ini telah mengubah pola konsumsi masyarakat setempat, jadi kita harus terus pertahankan pangan lokal,”Ucapnya.

Diketahui, BPBD Provinsi Papua mencatat terdapat tiga kampung di Lanny Jaya yakni Kampung Kuyawage, Kampung Lauren dan Kampung Jugu Nomba yang terdampak fenomena embun beku sejak awal Juni 2022.

Sebanyak 56 lahan perkebunan ubi jalar dan sayur-sayuran di Kampung Lauren dan Jugu Nomba mengalami kerusakan akibat fenomena alam ini. (fia/gin)

Baca Juga :  Bawaslu PPS Kaji Komisioner KPU Mappi dan Asmat Dilaporkan ke DKPP 

JAYAPURA – Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Provinsi Papua, Semuel Siriwa mendorong masyarakat di Lanny Jaya untuk mengubah masa tanam dan panen ubi jalar. Hal ini sebagai upaya mitigasi peristiwa alam embun beku.

“Dulu pernah ada Fakultas Pertanian melakukan kajian di sana. Jadi peristiwa alam ini sebenarnya terjadi pada periode tertentu dan hanya bisa diatasi dengan budidaya ubi jalar yang ada, karena tanaman ini yang sudah beradaptasi di sana (Lanny Jaya-red),” kata Siriwa kepada wartawan, Selasa (2/8)

Ia mencontohkan, jika peristiwa alam ini terjadi di bulan Juli dan Agustus, maka masa tanam ubi jalar itu harus dimajukan. Sehingga bisa dipanen sebelum Juli untuk ketahanan pangan.

Baca Juga :  Pemkab Lanny Jaya Tetapkan Tanggap Darurat Hingga 25 Oktober

Menurut Siriwa, masyarakat setempat sudah sangat pintar bagiamana cara budidaya ubi jalar. Hanya saja mungkin kurang antisipasi masif untuk menyiapkan ketersediaan komoditi ini dalam menghadapi peristiwa alam embun beku itu.

“Masyarakat setempat juga lebih memahami bagaimana menyimpan ubi jalar di dalam tanah sehingga bisa dipanen secara bertahap. Tapi dengan munculnya beras raskin dan beras murah ini telah mengubah pola konsumsi masyarakat setempat, jadi kita harus terus pertahankan pangan lokal,”Ucapnya.

Diketahui, BPBD Provinsi Papua mencatat terdapat tiga kampung di Lanny Jaya yakni Kampung Kuyawage, Kampung Lauren dan Kampung Jugu Nomba yang terdampak fenomena embun beku sejak awal Juni 2022.

Sebanyak 56 lahan perkebunan ubi jalar dan sayur-sayuran di Kampung Lauren dan Jugu Nomba mengalami kerusakan akibat fenomena alam ini. (fia/gin)

Baca Juga :  Umat Baptis Gelar Ibadah Pemulihan dan Perdamaian

Berita Terbaru

Artikel Lainnya