JAYAPURA-Sementara Kapolda Papua, Irjen Pol Mathius Fakhiri yang ditemui di Polda Papua menyampaikan bahwa pihaknya memastikan akan mengambil langkah tegas dan terukur dari kejadian tersebut.
“Kami keluarga besar Polda Papua sangat berduka dengan gugurnya salah satu anggota kami yang bertugas di Batalyon D, Wamena dan tentunya kami akan mengambil langkah-langkah penegakan hukum yang tegas dan terukur,” tegas Kapolda Mathius Fakhiri disela-sela kegiatan fun bike di Polda Papua, Minggu (19/6).
Ia menjelaskan untuk yang pertama dilakukan adalah menemukan pelaku-pelaku yang membawa 2 pucuk senjata milik Polri. “Semua perkuatan sudah saya geser ke Wamena berjumlah 32 orang baik dari gakkum maupun investigasi. Hari ini (kemarin, red) juga Dansat Brimob akan mendahului dan besok saya bersama Dirkrimum akan hadir di Wamena untuk melihat dan mengevaluasi bagaimana langkah ke depan,” bebernya.
Ditanya soal perwira yang bersama dengan korban saat kejadian, menurut Kapolda terkait itu ia juga meminta dilakukan evaluasi untuk semua jajaran agar tidak terulang lagi.
“Untuk perwira yang bersama korban ketika kejadian nantinya Dirpropam akan naik guna melihat apakah langkah yang dilakukan sudah tepat atau tidak dan tentunya ini menjadi bagian evaluasi menyeluruh di Polda Papua,” sambungnya.
Disini Kapolda juga menyatakan bahwa ia telah berulang kali mengingatkan anggota termasuk yang BKO bahwa prinsipnya dalam tubuh Polri termasuk yang menugaskan untuk ketika melakukan patroli atau menyambangi warga paling tidak ada 5 orang sehingga kalau hanya 2 orang ini juga yang akan dievaluasi.
Mengenai kemungkinan ada keterlibatan KKB, Kapolda Mathius Fakhiri belum bisa memastikan. “Saya tidak bisa mengatakan apakah ini KKB atau bukan namun dari hasil penyelidikan nanti yang akan menentukan. Memang ada indikasi ke sana tapi nanti dari hasil pemeriksaan lengkap dulu,” tutupnya.
Direskrimum Polda Papua, Kombes Pol Faisal menambahkan, ada enam orang yang sudah diperiksa dan tim sebanyak 32 orang sudah berangkat dan dari Brimob Wamena ada 20 orang yang memperkuat Wamena.
Untuk jenazah sendiri sedang menunggu pihak keluarga dari Jakarta dan Polisi masih berkoordinasi dengan pihak keluarga. “Korban mengalami luka bacok di rusuk kiri dan di bagian kepala ada pukulan benda tumpul dan kami juga masih berkoordinasi dengan pihak keluarga untuk proses selanjutnya,” tutup Faisal.
Sementara Direktur Eksekutif Pembela HAM, Theo Hesegem menilai, kejadian di Wamena yang mengakibatkan satu anggota Brimob gugur, sama sekali tidak masuk diakal sehat dan tidak dimengerti, karena ada beberapa kejanggalan.
“Setelah saya baca dari kronologi yang dimaksud, ada beberapa hal yang menjadi janggal. Sebagai pembela HAM, saya tidak mengerti dengan peristiwa ini. Biasanya anggota TNI-Polri sudah memperhitungkan bahwa tidak mengeluarkan atau menembak dengan sembarangan. Karena peluru hanya diperhitungkan untuk menembak orang yang dianggap musuh atau lawan. Itulah perinsip anggota TNI-Polri,” ungkap Theo Hesegem dalam rilisnya yang diterima Cenderawasih Pos, Minggu (19/6).
Dikatakan, peluru tidak pernah diperhitungkan untuk menembak sapi atau binatang lain. Bahkan dirinya menyayangkan seorang komandan Brimob yang tidak memperhitungkan dan menganalisa risikonya dengan bijaksana tetapi merespon dengan cepat untuk datang di lokasi untuk menembak sapi.
Ia menolai kejanggalan pada komandan Brimob yang tidak memikirkan dan menganalisa bahwa daerah tersebut adalah daerah rawan konflik. Justru cepat merespon ketika seorang warga meminta membantunya menembak sapi miliknya di daerah Napua, Kabupaten Jayawijaya.
“Saya ketahui bahwa data intelijen daerah Habema adalah daerah rawan konflik, dan sebagai komandan Brimob, saya yakin ia telah ketahui daerah tersebut adalah daerah rawan. Sedangkan ia hendak keluar daerah tersebut tidak mengajak anggota Birimob yang lain. Sampai sejauh mana hubungan antara saudara Alex Matuan dan seorang komandan Brimob, apakah ada hubungan saudara, teman atau hanya sebatas minta tolong untuk menembak sapi,” bebernya.
Selain itu, setelah sapinya ditembak, komandan Brimob meninggalkan anggota Bripda Diego dengan dua pucuk senjata api. “Mengapa Komandan Brimob melepaskan senjata mengecek sapi tanpa membawa senjata. Apakah ada perjanjian dengan orang lain untuk menghilangkan nyawa saudara Rumaropen atau merampas senjatanya di tangan korban, lalu dibawa kabur senjatanya,” tuturnya.
Theo Hesegem mengatakan, seharusnya sebagai komandan Brimob, dia bisa mempelajari situasi diakhir-akhir ini di Kabupaten Jayawijaya. Dimana diketahui ada beberapa peristiwa. Seperti demo berturut-turut namun berjalan dengan aman tanpa ada masalah dan beberapa waktu kemudian terjadi pengibaran bendera bintang kejora di beberapa tempat di Wamena. Setelah pengibaran bendera tersebut aksi demo tanggal 10 Mei 2022, terjadi insiden patahnya tiang bendera di halaman Kantor DPRD Kabupaten Jayawijaya.
“Semua peristiwa ini perlu diamati secara cerdas oleh komandan sebagai seorang pimpinan. Justru komandan mengorbankan anak buahnya hingga sampai nyawanya korban begitu saja. Saya juga sangat heran, adik Rumaropen menegang 2 pucuk senjata, namun tidak ada balasan. Logikanya mungkin dengan panah dilempar dari jarak jauh, kalau dibacok dengan parang atau pisau mestinya harus ada perlawanan karena jarak dekat,” tandasnya.
Terkait hal ini, Theo Hesegem meminta agar ada penjelasan dari komandan Brimob. Dirinya juga berharap Kapolri dan Kapolda Papua mengambil langkah-langkah hukum positif tanpa mengorbankan masyarakat yang sama sekali tidak tahu masalah apa-apa.
“Karena semua ini adalah kelalaian komandan Brimob yang tidak bijaksana menganalisa situasi akhir-akhir ini di Kabupaten Jayawijaya. Saya juga berharap Pemerintah Daerah Kabupaten Jayawijaya, untuk segera mengambil langkah-langkah dan pertemuan dengan semua pihak, untuk mengamankan situasi ini, atau bagimana upaya mengembalikan senjata yang dimaksud. Sehingga tidak berdampak merugikan masyarakat luas,” tambahnya.
Dirinya juga meminta kelalaian oknum anggota harus segera diproses hukum bila perlu dipecat tanpa hormat. Sementara pelaku pembunuhan dan perampasan senjata untuk segera diungkapkan oleh aparat yang berwajib.
“Siapa saja yang terlibat dalam kasus ini, untuk segera diproses dimintai keterangan awal, dan apabila ikut terlibat segera diproses hukum. Apabila senjata yang dimaksud, dengan sengaja disimpan untuk segera dikembalikan kepada pihak yang berwajib, melalui pihak gereja, pemerintah atau kepada pembela HAM,” tutupnya.
Sementara itu, Juru Bicara Tentara Nasional Pembebasan Nasional Papua Barat (TPN-PB) Organisasi Papua Merdeka (OPM) Sebby Sembom menyatakan bahwa pihak OPM bertanggungjawab atas kejadian pembunuhan tersebut.
“Manajemen Markas Pusat KOMNAS TPNPB-OPM telah terima laporan Resmi dari Papua Intellegence Services (PIS) TPNPB yang berbasis di Wamena bahwa Anggota TPNPB telah bunuh satu anggota Brimob dan rampas dua pucuk senjata serbu pada Sabtu, 18 Juni 2022,” kata Sebby Sambom juru bicara TPNPB OPM.
Korban adalah Bripda Diego Rumaropen anggota Brimob Yonif D Wamena. Sedangkan senjata yang dirampas jenis Sniper Styer dan AK 101.
“TPNPB-OPM di bawah pimpinan Gen Goliath Naman Tabuni akan selalu mengatakan bertanggungjawab atas semua serangan di setiap Kota di Papua. Pembunuhan serta perampasan senjata di Wamena pada tanggal 18 Juni 2022 ini merupakan bagian dari operasi pasukan TPNPB-OPM,” tutupnya. (ade/oel/nat)