Thursday, December 26, 2024
30.7 C
Jayapura

Untuk Ayah yang Meninggal dan Ibu yang Dirawat di RS

Doa-Doa yang Terus Dipanjatkan dari Benowo Krajan

Kerabat, sahabat, serta berbagai pihak yang berempati terus berdatangan ke Benowo Krajan untuk menyampaikan belasungkawa dan dukungan.

Arif Adi Wijaya, Surabaya

DARI satu bus nahas, ”algoritma” membuhul warga Kampung Benowo Krajan, Surabaya, dalam satu kedukaan serupa. Ada 12 anak yang menjadi korban, tiga di antaranya meninggal dan empat lainnya kini yatim piatu.

”Stella, Pak, Stella, ya Allah,” ucap Lasmi terbata-bata menyebut nama sang cucu, Stella Patricia, saat Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi beserta istri, Rini Indrayani, datang melayat ke kediaman orang tua Stella di Benowo Krajan Gang 2.

Stella anak pasangan Sonny Suprayitno-Titis Hermi Yuni Lestari. Sonny dan Titis meninggal dalam kecelakaan bus pariwisata di Kilometer 712 tol Surabaya–Mojokerto pada Senin (16/5) pagi lalu. Dalam sekali hantaman musibah, Stella juga kehilangan dua adiknya, Stevan Arthur dan Steffany Gracya Angellina.

Hanya Stella yang selamat, tapi remaja 17 tahun itu yatim piatu sekarang. Senasib dengan Adrian Maulana, Krisnu Feri, dan Cipto Prayoga. Adrian serta Krisnu anak pasangan Dedi Purnomo-Fita Sari yang menjadi korban meninggal. Asminah, ibunda Dedi, juga wafat dalam insiden yang sama.

”Tak bisa berhenti menangis saya kalau memikirkan dua keponakan saya yang kehilangan orang tua mereka,” kata Sulistyoningsih, kakak Fita.

Baca Juga :  Ujian Secara Online, Gunakan Aplikasi CBT Siswa Bisa Gunakan Handphone

Nita Ning Agustin, 34, dan suami, Andik Suyanto, 48, juga berpulang akibat kecelakaan maut tersebut. Putra mereka, Cipta Prayoga, 15, kini masih harus dirawat di RS Petrokimia Gresik di Driyorejo. ”Mudah-mudahan Yoga (sapaan akrab Cipta Prayoga) segera pulih dari rumah sakit (RS Petrokimia Gresik, Red),” kata Suwandi, paman Nura’i, kakek Yoga, yang juga masih dirawat di RSUD dr. Soetomo.

Buhulan kedukaan itulah yang membuat para pelayat tak henti mengalir ke Benowo Krajan. Kerabat, sahabat, maupun mereka yang berempati terus berdatangan. Begitu pula karangan bunga tanda dukacita dari berbagai pihak.

Doa-doa juga terus dipanjatkan secara bergantian. Baik yang mendoakan dari rumah keluarga korban maupun yang datang ke Makam Islam Benowo, tempat para korban dikebumikan.

Warung Achmad Suud di Benowo Krajan Gang 3 yang biasa ramai menjadi tongkrongan warga setempat pun sepi. Biasanya, rombongan yang bernama Group Benowo Piknik yang menjadi korban kecelakaan di tol tersebut sering kumpul-kumpul di warung yang dibangun di teras rumah sang pemilik itu. ”Sepi. Mugo-mugo (para korban, Red) husnulkhatimah,” kata Masud, sapaan akrab Achmad Suud.

Selepas salat Magrib, sebagian warga berkumpul di rumah Feri di Dukuh Raci, Kelurahan Benowo, untuk menggelar tahlilan. Dianny Astrelia, istri Feri, meninggal bersama anak bungsunya, M. Gibran Al Sayban. Feri dan anak sulungnya tidak ikut rombongan yang berwisata ke Wonosobo dan Jogjakarta itu.

Baca Juga :  Tidak Mau Dampingi Koruptor, tapi Buka Ruang untuk Korban Korupsi

Gibran bersama Steven dan Stefanny adalah tiga anak yang menjadi korban meninggal. Tadi malam tahlilan digelar di dua tempat. Setelah di rumah Feri, mayoritas warga menggelar tahlilan akbar di Masjid Al Ikhlas, Benowo Krajan Gang VI. Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa turut hadir ke lokasi. Juga Ketua DPRD Kota Surabaya Adi Sutarwijono.

Khofifah menyampaikan belasungkawa yang mendalam kepada para keluarga korban. Untuk korban selamat yang sedang dirawat di rumah sakit, mantan menteri sosial itu memastikan bahwa pemerintah telah memberikan penanganan terbaik. ”Malam ini (tadi malam) kita menggelar tahlilan kubro. Kita doakan para korban mendapat tempat terbaik,” ujarnya.

Shaquila Myesha Ramadhani tentu juga memanjatkan doa untuk sang ayah, Ainur Rofiq, yang meninggal dalam kecelakaan. Juga untuk Nailatul Istiada, sang bunda, yang kini masih menjalani perawatan di rumah sakit.

Eri menjanjikan jaminan pendidikan kepada anak-anak korban. Biaya pendidikan sampai jenjang perguruan tinggi akan ditanggung Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya. ”Insya Allah, mereka akan menjadi anak asuh kami semua,” katanya. (*/c19/ttg/JPG)

Doa-Doa yang Terus Dipanjatkan dari Benowo Krajan

Kerabat, sahabat, serta berbagai pihak yang berempati terus berdatangan ke Benowo Krajan untuk menyampaikan belasungkawa dan dukungan.

Arif Adi Wijaya, Surabaya

DARI satu bus nahas, ”algoritma” membuhul warga Kampung Benowo Krajan, Surabaya, dalam satu kedukaan serupa. Ada 12 anak yang menjadi korban, tiga di antaranya meninggal dan empat lainnya kini yatim piatu.

”Stella, Pak, Stella, ya Allah,” ucap Lasmi terbata-bata menyebut nama sang cucu, Stella Patricia, saat Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi beserta istri, Rini Indrayani, datang melayat ke kediaman orang tua Stella di Benowo Krajan Gang 2.

Stella anak pasangan Sonny Suprayitno-Titis Hermi Yuni Lestari. Sonny dan Titis meninggal dalam kecelakaan bus pariwisata di Kilometer 712 tol Surabaya–Mojokerto pada Senin (16/5) pagi lalu. Dalam sekali hantaman musibah, Stella juga kehilangan dua adiknya, Stevan Arthur dan Steffany Gracya Angellina.

Hanya Stella yang selamat, tapi remaja 17 tahun itu yatim piatu sekarang. Senasib dengan Adrian Maulana, Krisnu Feri, dan Cipto Prayoga. Adrian serta Krisnu anak pasangan Dedi Purnomo-Fita Sari yang menjadi korban meninggal. Asminah, ibunda Dedi, juga wafat dalam insiden yang sama.

”Tak bisa berhenti menangis saya kalau memikirkan dua keponakan saya yang kehilangan orang tua mereka,” kata Sulistyoningsih, kakak Fita.

Baca Juga :  Di Tengah Cuaca Panas Ekstrem, Jangan Bakar Sampah Sembayangan!

Nita Ning Agustin, 34, dan suami, Andik Suyanto, 48, juga berpulang akibat kecelakaan maut tersebut. Putra mereka, Cipta Prayoga, 15, kini masih harus dirawat di RS Petrokimia Gresik di Driyorejo. ”Mudah-mudahan Yoga (sapaan akrab Cipta Prayoga) segera pulih dari rumah sakit (RS Petrokimia Gresik, Red),” kata Suwandi, paman Nura’i, kakek Yoga, yang juga masih dirawat di RSUD dr. Soetomo.

Buhulan kedukaan itulah yang membuat para pelayat tak henti mengalir ke Benowo Krajan. Kerabat, sahabat, maupun mereka yang berempati terus berdatangan. Begitu pula karangan bunga tanda dukacita dari berbagai pihak.

Doa-doa juga terus dipanjatkan secara bergantian. Baik yang mendoakan dari rumah keluarga korban maupun yang datang ke Makam Islam Benowo, tempat para korban dikebumikan.

Warung Achmad Suud di Benowo Krajan Gang 3 yang biasa ramai menjadi tongkrongan warga setempat pun sepi. Biasanya, rombongan yang bernama Group Benowo Piknik yang menjadi korban kecelakaan di tol tersebut sering kumpul-kumpul di warung yang dibangun di teras rumah sang pemilik itu. ”Sepi. Mugo-mugo (para korban, Red) husnulkhatimah,” kata Masud, sapaan akrab Achmad Suud.

Selepas salat Magrib, sebagian warga berkumpul di rumah Feri di Dukuh Raci, Kelurahan Benowo, untuk menggelar tahlilan. Dianny Astrelia, istri Feri, meninggal bersama anak bungsunya, M. Gibran Al Sayban. Feri dan anak sulungnya tidak ikut rombongan yang berwisata ke Wonosobo dan Jogjakarta itu.

Baca Juga :  Ujian Secara Online, Gunakan Aplikasi CBT Siswa Bisa Gunakan Handphone

Gibran bersama Steven dan Stefanny adalah tiga anak yang menjadi korban meninggal. Tadi malam tahlilan digelar di dua tempat. Setelah di rumah Feri, mayoritas warga menggelar tahlilan akbar di Masjid Al Ikhlas, Benowo Krajan Gang VI. Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa turut hadir ke lokasi. Juga Ketua DPRD Kota Surabaya Adi Sutarwijono.

Khofifah menyampaikan belasungkawa yang mendalam kepada para keluarga korban. Untuk korban selamat yang sedang dirawat di rumah sakit, mantan menteri sosial itu memastikan bahwa pemerintah telah memberikan penanganan terbaik. ”Malam ini (tadi malam) kita menggelar tahlilan kubro. Kita doakan para korban mendapat tempat terbaik,” ujarnya.

Shaquila Myesha Ramadhani tentu juga memanjatkan doa untuk sang ayah, Ainur Rofiq, yang meninggal dalam kecelakaan. Juga untuk Nailatul Istiada, sang bunda, yang kini masih menjalani perawatan di rumah sakit.

Eri menjanjikan jaminan pendidikan kepada anak-anak korban. Biaya pendidikan sampai jenjang perguruan tinggi akan ditanggung Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya. ”Insya Allah, mereka akan menjadi anak asuh kami semua,” katanya. (*/c19/ttg/JPG)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya