Tuesday, April 30, 2024
26.7 C
Jayapura

Akui Salah, Dua Pihak Pilih Berdamai

JAYAPURA-Aksi saling serang antar kelompok masyarakat di Kabupaten Mamberamo Raya buntut dari persoalan pembayaran honorer pada Jumat (22/4) lalu akhirnya dimediasi oleh pihak kepolisian.

Mediasi ini juga melibatkan para tokoh yang tujuannya agar persoalan tersebut tak melebar dan bisa segera dituntaskan tanpa memberi efek lain. Salah seorang tokoh masyarakat Tolikara, Isak Giay menuturkan bahwa konflik antar warga tersebut menjadi sejarah di Mamberamo Raya, namun ia meyakini masyarakat tidak menginginkan itu.

“Keributan kemarin sudah terjadi tapi biarlah berlalu jangan lagi menyimpan dendam. Keberadaan kita di Mamberamo Raya harus bisa menjadi contoh yang baik untuk mendukung program yang sedang berjalan,” jelas Isak dalam pertemuan Sabtu (23/4).

Baca Juga :  Permintaan Keluarga, Dibawa ke Jayapura

Ini disepakati Kepala Suku Burmeso, Sem Tasti yang menyampaikan permohonan maaf. Mewakili masyarakat Burmeso, Baudi dan Kawera ia menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat Tolikara atau Jayawijaya atas kejadian tersebut.

“Semoga dari kejadian ini kita dapat saling mengenal antara satu dan lainnya untuk bersama-sama dalam menjaga kekompakan,” ujar Sem Tasti.

Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol. AM Kamal menambahkan, melalui pertemuan tersebut telah dilakukan perdamaian antara masyarakat Tolikara dan Jayawijaya Wamena dengan masyarakat Mamberamo Raya. “Usai dilakukannya pertemuan tersebut akan ada masyarakat yang melepaskan busur ke arah atas yang menandakan perang telah selesai, kemudian dilanjutkan dengan peryataaan sikap. Kami berharap ini tidak berlanjut dan jangan lagi ada yang terpancing. Mamberamo Raya selama ini kondusif, harus dipertahankan,” tutup Kombes Kamal. (ade/nat)

Baca Juga :  Otoritas Berbagi Tugas Awasi Penginapan

JAYAPURA-Aksi saling serang antar kelompok masyarakat di Kabupaten Mamberamo Raya buntut dari persoalan pembayaran honorer pada Jumat (22/4) lalu akhirnya dimediasi oleh pihak kepolisian.

Mediasi ini juga melibatkan para tokoh yang tujuannya agar persoalan tersebut tak melebar dan bisa segera dituntaskan tanpa memberi efek lain. Salah seorang tokoh masyarakat Tolikara, Isak Giay menuturkan bahwa konflik antar warga tersebut menjadi sejarah di Mamberamo Raya, namun ia meyakini masyarakat tidak menginginkan itu.

“Keributan kemarin sudah terjadi tapi biarlah berlalu jangan lagi menyimpan dendam. Keberadaan kita di Mamberamo Raya harus bisa menjadi contoh yang baik untuk mendukung program yang sedang berjalan,” jelas Isak dalam pertemuan Sabtu (23/4).

Baca Juga :  Bank Papua Go Digital, Launching 3 Aplikasi Digital

Ini disepakati Kepala Suku Burmeso, Sem Tasti yang menyampaikan permohonan maaf. Mewakili masyarakat Burmeso, Baudi dan Kawera ia menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat Tolikara atau Jayawijaya atas kejadian tersebut.

“Semoga dari kejadian ini kita dapat saling mengenal antara satu dan lainnya untuk bersama-sama dalam menjaga kekompakan,” ujar Sem Tasti.

Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol. AM Kamal menambahkan, melalui pertemuan tersebut telah dilakukan perdamaian antara masyarakat Tolikara dan Jayawijaya Wamena dengan masyarakat Mamberamo Raya. “Usai dilakukannya pertemuan tersebut akan ada masyarakat yang melepaskan busur ke arah atas yang menandakan perang telah selesai, kemudian dilanjutkan dengan peryataaan sikap. Kami berharap ini tidak berlanjut dan jangan lagi ada yang terpancing. Mamberamo Raya selama ini kondusif, harus dipertahankan,” tutup Kombes Kamal. (ade/nat)

Baca Juga :  Jaringan Wilayah Timur Gangguan, Kabel FO SMPCS Aman

Berita Terbaru

Artikel Lainnya