Sunday, November 24, 2024
30.7 C
Jayapura

Langsung Plong saat Mendengar Jokowi Bilang Enak

Restoran Masih Baru, Hilda dan Hendri Tegang Mempersiapkan Hidangan untuk RI-1 (34)

Sop Iga dan Ingkung Mbah Geol terletak di Semampir, Argorejo, Sedayu, Bantul. Jauh dari pusat Kota Jogjakarta. Namun, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memutuskan singgah ke sana dalam lawatan kerjanya. Keputusan itu membuat pasangan muda pemilik restoran tersebut berdebar-debar.

FERLYNDA PUTRI, Jogjakarta

KAGET. Senang. Bangga. Panik. Emosi Hendri Prasetyo dan Hilda Arista campur aduk saat mendapatkan kabar bahwa Jokowi akan bersantap di restoran mereka. ”Bapak mau makan di sini, Bu,” kata Hilda mengulang kalimat yang dia dengar dari Pak Asep menjelang pergantian 2019 ke 2020 itu. Belakangan, dia baru tahu bahwa Pak Asep merupakan bagian dari Sekretariat Presiden.

”Saya tanya balik: ’Bapak siapa?’” ujar Hilda saat berbincang dengan Jawa Pos di restorannya pada akhir Januari lalu. Pak Asep kemudian menjelaskan kepada Hilda bahwa yang dia maksud dengan bapak adalah Jokowi. Deg! Hilda kaget sekaligus senang. Rasanya, dia tidak percaya dengan kalimat yang dia dengar dari orang di hadapannya. Restoran yang dia resmikan pada Mei 2018 bersama suaminya itu akan dikunjungi presiden.

Dialog singkat dengan Pak Asep tersebut sekaligus menjawab rasa penasaran Hilda sejak beberapa hari sebelumnya. Sebab, kasir Sop Iga dan Ingkung Mbah Geol sempat melaporkan, ada serombongan orang yang lima hari berturut-turut datang ke restoran. Orang itu juga selalu memesan menu yang sama. Laporan tersebut membuat Hilda waswas. Maklum, restorannya masih terbilang baru. Dia khawatir ada masalah dengan usaha kulinernya itu.

Namun, pertemuannya dengan Pak Asep dan rombongan yang menumpang delapan Innova pada hari itu menghalau kecemasan Hilda. Perempuan asli Sedayu tersebut langsung bisa mengaitkan kunjungan tidak biasa orang yang dimaksud kasirnya. Ternyata, rombongan orang dengan pin Garuda itu sedang melakukan riset. Tujuan mereka ialah menguji konsistensi rasa di restoran Hilda.

Menu yang mereka pesan adalah ingkung goreng, ingkung orisinal, pepes nila, sup iga, nasi putih, dan sambal bawang. Selain menguji konsistensi rasa, rombongan tersebut mengecek kelayakan alat hidang. ”Kebetulan kami baru buka beberapa bulan, jadi alatnya masih baru,” ungkapnya.

Dalam kesempatan itu, Pak Asep menginformasikan langkah apa saja yang harus dilakukan Hilda dan Hendri untuk menyambut Jokowi. Dia juga menyampaikan undangan ke Gedung Agung untuk rapat. Informasi awal yang diperoleh Hilda adalah Jokowi dan rombongan akan mampir pada Selasa atau tiga hari setelah kedatangan Pak Asep itu.

Sabtu setelah kedatangan Pak Asep tersebut Hilda dan Hendri terus-terusan berdebar. Malam minggu mereka menjadi tidak biasa. Sampai larut, keduanya tidak bisa tidur. Padahal esok paginya harus ke Gedung Agung.

Baca Juga :  Ceritakan Pesan Tentang Dulu Budaya Berkuasa, Kini Teknologi yang Menguasai

Dalam benak mereka, Hilda dan Hendri sibuk memikirkan hal-hal yang perlu mereka persiapkan atau benahi agar momen tersebut menjadi berkesan. Sebab, bisa jadi itu adalah kesempatan sekali seumur hidup. Belum tentu akan terulang kembali.

”Waktu di Gedung Agung itu saya pikir cuma rapat biasa,” kata Hilda. Ternyata, rapat tersebut adalah presentasi akhir persiapan kunjungan Jokowi pada pengujung 2019 di Jogjakarta. Para peserta rapat terdiri dari TNI, Polri, protokoler, dan beberapa pihak terkait. Mereka menyampaikan paparan dengan bantuan Power Point. Sementara Hilda dan Hendri hanya membawa badan. Itu pun dalam kondisi lelah karena tidak bisa tidur semalaman.

Jangankan Power Point, paparan lisan tentang persiapan yang mereka lakukan untuk menyambut hari H pun tidak mereka siapkan. Sebab, Hilda maupun Hendri memang tidak tahu bahwa rapat di Gedung Agung seserius itu.

Hendri langsung berkeringat dingin. Dia mengaku kepada istrinya bahwa dirinya gugup. Jika diminta menyampaikan paparan, pasti bakalan ndredeg. Akhirnya Hilda mengambil alih tugas presentasi lisan tersebut. Dia menceritakan bagaimana proses memasak hingga rencana menu yang akan dihidangkan untuk rombongan.

”Waktu itu dapat pesan kalau ca taogenya tidak boleh pakai saus tiram. Semua bahan bakunya juga harus fresh,” ujar Hilda. Selain menu yang sudah dia presentasikan, ternyata tim kepresidenan meminta tambahan buah rambutan dan kerupuk rambak.

H-1 sebelum kunjungan Jokowi, area restoran harus bersih. Maka, Hilda dan Hendri menutup restorannya sebelum sang presiden tiba. Pihak keamanan terus menyisir tempat tersebut. Saat itu ada satu tamu yang mengaku sebagai kerabat Jokowi.

Dia menyampaikan keinginannya untuk melihat-lihat hingga sampai ke dapur. Katanya inspeksi. ”Saya lapor ke Paspampres kalau ada ibu-ibu yang mengaku saudaranya Pak Jokowi. Ibu itu langsung disuruh keluar oleh Paspampres,” kenang Hilda.

Meskipun restoran tutup, H-1 juga menjadi hari tersibuk Hilda dan Hendri. Tamu terus berdatangan. Mulai dari polsek, kodim, intelijen, dan lain-lain. Semuanya bersiap menyambut Jokowi. Sembari mempersiapkan menu, merapikan tempat, Hilda dan Hendri juga tetap harus menjadi tuan rumah yang baik. Paling tidak, menemani para tamu itu ngobrol. ”Akhirnya ya tidak bisa tidur,” ujar Hilda.

Fokus pasangan owner Sop Iga dan Ingkung Mbah Geol itu tetap pada menu. Mereka harus menaati kriteria yang diberikan tim kepresidenan. Sebelum dihidangkan, makanan juga akan diuji oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) lebih dulu. Proses dari mulai memasak sampai penyajian juga menjadi prioritas Hilda. ”Pegawai saya kan masih baru, jadi saya tegaskan untuk bersikap sebaik mungkin,” katanya.

Untuk memaksimalkan performa, Hendri sampai memanggil temannya yang bekerja di restoran hotel bintang lima. Dia pilih yang paling senior dan terbiasa melayani tamu VIP. Tugas si teman hanya mengantarkan makanan dari dapur sampai meja persiapan. Aktivitas itu hanya boleh dikerjakan satu orang.

Baca Juga :  Banyak Spot Foto Menarik, Rasakan Sensasi Wisata Alam Seperti di Swiss

”Saya juga menyiapkan buku menu baru dan bolpoin yang cukup mahal untuk minta tanda tangan Pak Jokowi,” ungkap Hendri. Sayangnya, protokoler tidak mengizinkan. Interaksi hanya boleh salaman. Foto-foto pun harus dari fotografer istana saja. ”Kalau fotografernya dari istana, saya minta file-nya gimana? Akhirnya saya sewa fotografer saja,” imbuhnya.

Hari yang dinanti-nantikan tiba. Jokowi dan rombongan dijadwalkan datang pukul 12 siang. Ternyata, mereka tiba 15 menit lebih cepat dari jadwal. Hilda dan Hendri belum selesai menyajikan semua menu. Sup iga masih dites. ”Kerupuk rambak yang dipesan tidak bisa dihidangkan karena mengandung pemutih,” ungkap Hilda.

Di dapur Hendri sibuk. Sejak subuh dia sudah berkutat dengan bumbu dan bahan. Lelaki 32 tahun itu memang koki di restoran miliknya. Dulu dia adalah chef di salah satu hotel ternama di Jogjakarta. Meski dibantu beberapa orang, Hendri harus memastikan kualitas dan rasa masakannya. Juga memastikan semuanya lolos uji BPOM. ”Sup iga itu sampai saya icipi beberapa kali. Padahal, saya biasa masak sup iga,” ceritanya.

Hilda berjaga di depan. Dia pula yang menyambut ketika rombongan Jokowi tiba. Satu pegawai ditugaskan untuk memastikan presiden dan semua orang di dalam rombongannya kebagian makanan. Orang itu pula yang mencatat menu tambahan yang dipesan rombongan. Pada setiap ruangan ada tiga pegawai yang siap melayani.

”Bapak itu sepertinya betah. Rombongan datangnya lebih cepat, tapi pulangnya mundur,” kenang Hilda. Agaknya musik gamelan dan angin dari sawah di sekitar restoran membuat rombongan kerasan berlama-lama di Sop Iga dan Ingkung Mbah Geol.

Hilda kemudian mengintip apakah semua hidangan yang disajikan sempat dicicipi Jokowi. Protokoler istana menginstruksikan agar semua menu dihidangkan dalam porsi kecil. Sebab, biasanya ingkung ayam dihidangkan utuh satu ekor. ”Waktu itu Bu Iriana nggak ikut karena masuk angin. Tapi minta dibungkuskan. Untung ada besek,” ujarnya.

Setelah acara makan siang usai, Hilda dan Hendri punya kesempatan untuk bersalaman dan berfoto dengan Jokowi dan rombongannya. ”Saya senang dan langsung plong saat Pak Jokowi bilang kalau makanannya enak,” tegas Hilda.

Kini foto Hilda dan Hendri saat kunjungan Jokowi tersebut dipajang di belakang meja kasir. Itu menjadi pengingat bagi keluarga besar Restoran Sop Iga dan Ingkung Mbah Geol bahwa mereka pernah panik dan sibuk saat presiden dan rombongannya singgah. Sungguh pengalaman yang tidak terlupakan dan meninggalkan kebanggaan. (*/c9/hep/JPG)

Restoran Masih Baru, Hilda dan Hendri Tegang Mempersiapkan Hidangan untuk RI-1 (34)

Sop Iga dan Ingkung Mbah Geol terletak di Semampir, Argorejo, Sedayu, Bantul. Jauh dari pusat Kota Jogjakarta. Namun, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memutuskan singgah ke sana dalam lawatan kerjanya. Keputusan itu membuat pasangan muda pemilik restoran tersebut berdebar-debar.

FERLYNDA PUTRI, Jogjakarta

KAGET. Senang. Bangga. Panik. Emosi Hendri Prasetyo dan Hilda Arista campur aduk saat mendapatkan kabar bahwa Jokowi akan bersantap di restoran mereka. ”Bapak mau makan di sini, Bu,” kata Hilda mengulang kalimat yang dia dengar dari Pak Asep menjelang pergantian 2019 ke 2020 itu. Belakangan, dia baru tahu bahwa Pak Asep merupakan bagian dari Sekretariat Presiden.

”Saya tanya balik: ’Bapak siapa?’” ujar Hilda saat berbincang dengan Jawa Pos di restorannya pada akhir Januari lalu. Pak Asep kemudian menjelaskan kepada Hilda bahwa yang dia maksud dengan bapak adalah Jokowi. Deg! Hilda kaget sekaligus senang. Rasanya, dia tidak percaya dengan kalimat yang dia dengar dari orang di hadapannya. Restoran yang dia resmikan pada Mei 2018 bersama suaminya itu akan dikunjungi presiden.

Dialog singkat dengan Pak Asep tersebut sekaligus menjawab rasa penasaran Hilda sejak beberapa hari sebelumnya. Sebab, kasir Sop Iga dan Ingkung Mbah Geol sempat melaporkan, ada serombongan orang yang lima hari berturut-turut datang ke restoran. Orang itu juga selalu memesan menu yang sama. Laporan tersebut membuat Hilda waswas. Maklum, restorannya masih terbilang baru. Dia khawatir ada masalah dengan usaha kulinernya itu.

Namun, pertemuannya dengan Pak Asep dan rombongan yang menumpang delapan Innova pada hari itu menghalau kecemasan Hilda. Perempuan asli Sedayu tersebut langsung bisa mengaitkan kunjungan tidak biasa orang yang dimaksud kasirnya. Ternyata, rombongan orang dengan pin Garuda itu sedang melakukan riset. Tujuan mereka ialah menguji konsistensi rasa di restoran Hilda.

Menu yang mereka pesan adalah ingkung goreng, ingkung orisinal, pepes nila, sup iga, nasi putih, dan sambal bawang. Selain menguji konsistensi rasa, rombongan tersebut mengecek kelayakan alat hidang. ”Kebetulan kami baru buka beberapa bulan, jadi alatnya masih baru,” ungkapnya.

Dalam kesempatan itu, Pak Asep menginformasikan langkah apa saja yang harus dilakukan Hilda dan Hendri untuk menyambut Jokowi. Dia juga menyampaikan undangan ke Gedung Agung untuk rapat. Informasi awal yang diperoleh Hilda adalah Jokowi dan rombongan akan mampir pada Selasa atau tiga hari setelah kedatangan Pak Asep itu.

Sabtu setelah kedatangan Pak Asep tersebut Hilda dan Hendri terus-terusan berdebar. Malam minggu mereka menjadi tidak biasa. Sampai larut, keduanya tidak bisa tidur. Padahal esok paginya harus ke Gedung Agung.

Baca Juga :  Melihat Air Masuk, Nakhoda Langsung Teriak Mama...Mamaaa

Dalam benak mereka, Hilda dan Hendri sibuk memikirkan hal-hal yang perlu mereka persiapkan atau benahi agar momen tersebut menjadi berkesan. Sebab, bisa jadi itu adalah kesempatan sekali seumur hidup. Belum tentu akan terulang kembali.

”Waktu di Gedung Agung itu saya pikir cuma rapat biasa,” kata Hilda. Ternyata, rapat tersebut adalah presentasi akhir persiapan kunjungan Jokowi pada pengujung 2019 di Jogjakarta. Para peserta rapat terdiri dari TNI, Polri, protokoler, dan beberapa pihak terkait. Mereka menyampaikan paparan dengan bantuan Power Point. Sementara Hilda dan Hendri hanya membawa badan. Itu pun dalam kondisi lelah karena tidak bisa tidur semalaman.

Jangankan Power Point, paparan lisan tentang persiapan yang mereka lakukan untuk menyambut hari H pun tidak mereka siapkan. Sebab, Hilda maupun Hendri memang tidak tahu bahwa rapat di Gedung Agung seserius itu.

Hendri langsung berkeringat dingin. Dia mengaku kepada istrinya bahwa dirinya gugup. Jika diminta menyampaikan paparan, pasti bakalan ndredeg. Akhirnya Hilda mengambil alih tugas presentasi lisan tersebut. Dia menceritakan bagaimana proses memasak hingga rencana menu yang akan dihidangkan untuk rombongan.

”Waktu itu dapat pesan kalau ca taogenya tidak boleh pakai saus tiram. Semua bahan bakunya juga harus fresh,” ujar Hilda. Selain menu yang sudah dia presentasikan, ternyata tim kepresidenan meminta tambahan buah rambutan dan kerupuk rambak.

H-1 sebelum kunjungan Jokowi, area restoran harus bersih. Maka, Hilda dan Hendri menutup restorannya sebelum sang presiden tiba. Pihak keamanan terus menyisir tempat tersebut. Saat itu ada satu tamu yang mengaku sebagai kerabat Jokowi.

Dia menyampaikan keinginannya untuk melihat-lihat hingga sampai ke dapur. Katanya inspeksi. ”Saya lapor ke Paspampres kalau ada ibu-ibu yang mengaku saudaranya Pak Jokowi. Ibu itu langsung disuruh keluar oleh Paspampres,” kenang Hilda.

Meskipun restoran tutup, H-1 juga menjadi hari tersibuk Hilda dan Hendri. Tamu terus berdatangan. Mulai dari polsek, kodim, intelijen, dan lain-lain. Semuanya bersiap menyambut Jokowi. Sembari mempersiapkan menu, merapikan tempat, Hilda dan Hendri juga tetap harus menjadi tuan rumah yang baik. Paling tidak, menemani para tamu itu ngobrol. ”Akhirnya ya tidak bisa tidur,” ujar Hilda.

Fokus pasangan owner Sop Iga dan Ingkung Mbah Geol itu tetap pada menu. Mereka harus menaati kriteria yang diberikan tim kepresidenan. Sebelum dihidangkan, makanan juga akan diuji oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) lebih dulu. Proses dari mulai memasak sampai penyajian juga menjadi prioritas Hilda. ”Pegawai saya kan masih baru, jadi saya tegaskan untuk bersikap sebaik mungkin,” katanya.

Untuk memaksimalkan performa, Hendri sampai memanggil temannya yang bekerja di restoran hotel bintang lima. Dia pilih yang paling senior dan terbiasa melayani tamu VIP. Tugas si teman hanya mengantarkan makanan dari dapur sampai meja persiapan. Aktivitas itu hanya boleh dikerjakan satu orang.

Baca Juga :  Kelapa yang Biasa Dijual Murah, Kini Diharapkan Bisa Bernilai Ekonomi Tinggi

”Saya juga menyiapkan buku menu baru dan bolpoin yang cukup mahal untuk minta tanda tangan Pak Jokowi,” ungkap Hendri. Sayangnya, protokoler tidak mengizinkan. Interaksi hanya boleh salaman. Foto-foto pun harus dari fotografer istana saja. ”Kalau fotografernya dari istana, saya minta file-nya gimana? Akhirnya saya sewa fotografer saja,” imbuhnya.

Hari yang dinanti-nantikan tiba. Jokowi dan rombongan dijadwalkan datang pukul 12 siang. Ternyata, mereka tiba 15 menit lebih cepat dari jadwal. Hilda dan Hendri belum selesai menyajikan semua menu. Sup iga masih dites. ”Kerupuk rambak yang dipesan tidak bisa dihidangkan karena mengandung pemutih,” ungkap Hilda.

Di dapur Hendri sibuk. Sejak subuh dia sudah berkutat dengan bumbu dan bahan. Lelaki 32 tahun itu memang koki di restoran miliknya. Dulu dia adalah chef di salah satu hotel ternama di Jogjakarta. Meski dibantu beberapa orang, Hendri harus memastikan kualitas dan rasa masakannya. Juga memastikan semuanya lolos uji BPOM. ”Sup iga itu sampai saya icipi beberapa kali. Padahal, saya biasa masak sup iga,” ceritanya.

Hilda berjaga di depan. Dia pula yang menyambut ketika rombongan Jokowi tiba. Satu pegawai ditugaskan untuk memastikan presiden dan semua orang di dalam rombongannya kebagian makanan. Orang itu pula yang mencatat menu tambahan yang dipesan rombongan. Pada setiap ruangan ada tiga pegawai yang siap melayani.

”Bapak itu sepertinya betah. Rombongan datangnya lebih cepat, tapi pulangnya mundur,” kenang Hilda. Agaknya musik gamelan dan angin dari sawah di sekitar restoran membuat rombongan kerasan berlama-lama di Sop Iga dan Ingkung Mbah Geol.

Hilda kemudian mengintip apakah semua hidangan yang disajikan sempat dicicipi Jokowi. Protokoler istana menginstruksikan agar semua menu dihidangkan dalam porsi kecil. Sebab, biasanya ingkung ayam dihidangkan utuh satu ekor. ”Waktu itu Bu Iriana nggak ikut karena masuk angin. Tapi minta dibungkuskan. Untung ada besek,” ujarnya.

Setelah acara makan siang usai, Hilda dan Hendri punya kesempatan untuk bersalaman dan berfoto dengan Jokowi dan rombongannya. ”Saya senang dan langsung plong saat Pak Jokowi bilang kalau makanannya enak,” tegas Hilda.

Kini foto Hilda dan Hendri saat kunjungan Jokowi tersebut dipajang di belakang meja kasir. Itu menjadi pengingat bagi keluarga besar Restoran Sop Iga dan Ingkung Mbah Geol bahwa mereka pernah panik dan sibuk saat presiden dan rombongannya singgah. Sungguh pengalaman yang tidak terlupakan dan meninggalkan kebanggaan. (*/c9/hep/JPG)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya