JAYAPURA-Program Ngopi Bareng Redaksi Cenderawasih Pos kali ini bersama Nikolaus Kondomo, SH., MH., Orang Asli Papua (OAP) pertama yang menduduki jabatan sangat bergengsi dalam penegakan hukum di Papua yakni sebagai Kepala Kejaksaan Tinggi (Kajati) Papua.
Redaksi Cenderawasih Pos kali mengunjungi langsung ke ruang kerja Kajati Nikolaus Kondomo di Kejaksaan Tinggi Papua yang berada di Distrik Jayapura Utara. Tim Cepos sendiri diterima dengan ramah oleh Kajati Papua yang merupakan anak asli dari Papua bagian selatan ini yakni dari Kabupaten Merauke.
Dialog ini dipandu langsung oleh Pimpinan Redaksi Cenderawasih Pos Lucky Ireeuw.
Dalam dialog yang nantinya dapat disaksikan di akun YouTube Cepos TV, Nikolaus Kondomo mengungkapkan menjadi yang pertama OAP menjadi Kajati menjadi tantangan tersendiri baginya. Karena mengemban tugas yang sangat berat yakni menjadi panglima hukum di tanah Papua.
“Ini kepercayaan negara untuk saya sebagai panglima hukum di tanah Papua. Sebagai orang Papua bertugas di Papua sangat berat. Tantangannya kita menghadapi masyarakat kita sendiri yang notabene pemahaman hukum sangat sederhana di beberapa tempat,” ucapnya.
Namun demikian penegakan hukum tetap harus berjalan dan tidak boleh didiamkan. Adanya temuan intelijen atau laporan masyarakat harus diproses sampai selesai yakni sampai pengadilan dan mendapatkan kekuatan hukum yang tetap (inkrah).
Setiap proses hukum yang ada menurutnya bukan merusak masa depan orang itu, melainkan pembinaan kepada masyarakat. Karena hukum harus ditegakkan dan harus diproses sampai selesai.
“Tidak boleh memilah. Siapa salah harus diproses. Kita harus mengayomi sebagai saudara-saudara kita. Harus juga ada sosialisasi tentang hukum ini bukan saja soal korupsi melainkan pidana umum juga harus diberikan pengayoman mana yang benar dimata hukum, mana yang tidak,”tambahnya.
Mengenai perjalanan kariernya, Nikolaus Kondomo menyebutkan dirinya pertama masuk Kejaksaan pada tahun 1996 bertugas di Semarang sebagai calon jaksa. Dirinya kemudian mengikuti tes sebagai jaksa dan dinyatakan lolos.
Adapun perjalanan tugasnya hampir sudah pernah di semua bagian daerah di Indonesia seperti di Purwodadi dan Sorong sebagai Kasi Intel selama 6 tahun. Setelah itu di Balikpapan kemudian ke Samarinda sebagai sebagai Kasidatun.
Setelah itu, Nikolaus Kondomo mendapat tugas sebagai Kasi Pidsus di Kejari Jayapura dan dilanjutkan menjadi Kajari Fak-fak. Dirinya kemudian menjadi Aspidsus di Kejati Papua dan salah satu kordinator di Kejagung.
Dari Gedung Bundar Kejagung, Nikolaus Kondomo ditugaskan menjadi Wakajati di Palu, Sulawesi Tengah lalu kembali ke tanah kelahirannya Papua sebagai Wakajati Papua dan selanjutnya menjadi Kajati Papua sampai saat ini.
Dalam tugasnya selain menyelesaikan banyaknya kasus yang tidak terhitung lagi seperti persoalan illegal logging, illegal fishing, korupsi dan tentu kasus hukum pidana umum lainnya. Selain itu dirinya juga banyak mengikuti pelatihan studi banding di dalam dan luar negeri.
“Dari sekian banyak perkara yang mengingat saya adalah menangani kasus kekerasan dan pas ketemu di luar mereka ingat saya dan mereka berterima kasih. Kenapa karena setiap kasus yang saya pegang selalu saya kasi mereka makan dan juga saya berikan arahan untuk berubah kehidupan mereka. Jika masalah besar itu tidak berkesan lagi lah karena sudah biasa,”bebernya.
Disinggung mengenai kasus korupsi yang ditanganinya, Nikolaus Kondomo menegaskan jika memang ada niat jahat dalam kasus tersebut dipastikan harus diselesaikan perkaranya sampai pengadilan.
“Dan proses pembinaan harus tetap dilakukan, harus dilakukan pembinaan yang mendalam. Selain dana kampung, ada bansos dan pengadaan barang juga yang rawan dikorupsi,” tuturnya.
Selain pemberantasan korupsi, pihaknya juga melakukan pembinaan dan pemahaman, seperti proyek PON yang pihaknya banyak membantu pembimbingan selama berjalan.
Sedangkan mengenai kasus makar, Nikolaus Kondomo menilai kasus ini menarik dan harus menanganinya dengan hati-hati. Karena banyak pihak yang hanya ikut-ikutan dan jika kedapatan masih ada akan tetap diproses sampai selesai dengan harapan tidak diulangi.
Sedangkan mengenai kurangnya OAP di Kejaksaan, dirinya mengatakan bahwa tiap tahunnya Kejaksaan mengutamakan orang asli Papua dan sudah menurunkan great nilai keluluasanya. Ia juga mengatakan dalam dua tahun terakhir ada beberapa OAP yang lulus lewat jalur umum.
“Ini membuktikan bahwa kita bisa namun kalahnya kita di Papua, di sini belum ada kursus-khusus untuk penerimanaan-penerimaan seperti Kejaksaan dan lainnya. Sementara di luar Papua itu sebelum mereka seleksi mereka sudah ikut kursus terlebih dahulu,”tambahnya.
Dirinya juga menjelaskan bahwa dulunya penerimaan Kejaksaan diputuskan di daerah namun saat ini semua sudah terintegrasi ke pusat. Namun ini sebenarnya juga bukan alasan menurutnya. Karena orang asli Papua dapat berkompetisi asal benar-benar dan sungguh-sungguh dengan kemauan yang kuat.
“Yang menjadi tantangan kita memang sosialisasi yang kurang, karena keterbatasan anggaran dan juga geografis kita sulit. Paling yang bisa kita lakukan adalah sosialisasi melalui media,”katanya.
Ditambahkan, dalam penanganan kasus korupsi, pihaknya mengalami keterbatasan dana yakni cuma memiliki dana Rp 250 juta selama setahun dan inipun dari lidik hingga selesai. Meskipun demikian, dirinya memastikan bahwa ini bukan alasan untuk tidak menangani kasus korupsi di Papua. Ia memastikan setiap ada temuan dan laporan akan ditindak lanjut.
Nikolaus Kondomo berpesan untuk generasi penerus Papua baik yang saat ini di dunia pendidikan, yang sedang belajar untuk belajar bersungguh-sungguh mengejar mimpinya atau cita-citanya. Karena menurutnya kesempatan sangat terbuka dimana banyak beasiswa yang diberikan pemerintah saat ini dan juga kesempatan yang terbuka.
Ia mengatakan dimasanya tidak ada kekhususan dan juga beasiswa yang terbuka namun Ia dapat membuktikan bahwa orang Papua juga bisa.
“Untuk adek-adek saya yang masih di dunia pendidikan untuk terus belajar bersungguh-sungguh. Jangan mudah percaya orang dan jangan mudah percaya hoaks. Fokus masa depanmu. Kita dulu tidak ada beasiswa dan kita lebih sengsara. Sekarang banyak beasiswa gunakan itu dengan baik. Sekolah dan sekolahlah! Hidup ini akan berubah karena kita sendiri, bukan orang lain dan kita pasti sukses di negeri kita,” pungkasnya.(gin/nat)