Friday, November 22, 2024
25.7 C
Jayapura

Empat Tahun Kepemimpinan Mario, Kampung Adat Adalah Kado Terindah

SENTANI-Pemerintah Kabupaten Jayapura di bawah kepemimpinan Bupati Jayapura, Mathius Awoitauw, SE., M.Si., dan Wakil Bupati Giri wijayantoro telah merayakan hari ulang tahun 4 tahun kepemimpinan mereka terhitung sejak Desember 2017 hingga Desember 2021, Jumat (10/ 12).

Kepada wartawan di sela-sela kesibukannya di acara ulang tahun itu,  Bupati Mathius Awoitauw mengatakan selama masa kepemimpinannya bersama Giri Wijayantoro ada banyak hal yang sudah dicapai dan dikerjakan dalam mewujudkan pembangunan di Kabupaten Jayapura.

Salah satu bagian terpenting yang telah dilakukan, adalah meletakkan dasar program pemberdayaan masyarakat adat,  di Kabupaten Jayapura yang dimulai dari pembentukan kampung-kampung  Adat dan gugus tugas masyarakat adat Kabupaten Jayapura.

Ini merupakan kado terindah yang  dicapainya meskipun diakuinya masih membutuhkan perjuangan panjang untuk melanjutkan apa yang menjadi harapan dari masyarakat adat Kabupaten Jayapura itu dan Papua pada umumnya.

Baca Juga :  Pemkab Jayapura Hadirkan Universitas Adat Papua

Karena baginya, bicara keberpihakan terhadap orang Papua bukan sekedar mendapatkan porsi anggaran dana otsus, tetapi yang jauh lebih penting adalah bagaimana orang Papua harus menjadi tuan diatas negerinya sendiri melalui keberpihakan, pengakuan berdasarkan budaya dan adat istiadat orang Papua.

“Bagi saya, itu (Kampung adat dan gugus tugas masyarakat adat) adalah hadiah empat tahun yang begitu luar biasa. Dengan penuh dinamika, dengan penuh kontroversi dan juga penuh berbagai hal, baik di lapangan maupun pada saat memulai. Tetapi pada akhirnya, kerja-kerja itu bisa didokumentasikan dan diukur. Bahkan secara ilmiah dan pengalaman, itu bisa menjadi pelajaran untuk banyak orang. Nah, itu yang membanggakan bagi kami di empat tahun periode kepemimpinan kami,” beber mantan ketua KPUD kabupaten Jayapura ini.

Lanjut dia, memulai hal yang di luar kebiasaan, seringkali dianggap sebuah pemikiran tidak maju alias kuno. Namun harus diakui bahwa melalui pemberdayaan masyarakat adat inilah jalan agar bagaimana orang Papua mendapatkan tempat dan kesejahteraan yang setara dari orang Papua lainnya.

Baca Juga :  Besok Kapolri dan Panglima ke Papua

“Kita kadang-kadang hanya melihat hal-hal yang  biasa saja. Misalnya pendidikan, kesehatan dan ekonomi kerakyatan itu kan rutin. Siapapun kepala daerahnya, pasti dia akan jalankan itu, karena itu sudah normatif. Ada uang, ada orang dan ada lokasi, pasti semua jalan. Tetapi, hal yang di luar dari itu,  menghasilkan inovasi-inovasi baru, itu yang paling sulit. Sebab meyakinkan itu tidak mudah, karena birokrasi itu sudah paten. Keluar dari situ  tidak bisa, harus lurus atau sudah terpola. Namun kita bisa melakukan itu, dan sudah ada perubahan, meskipun sedikit-sedikit sudah ada perubahan,” tambahnya,” ujar Bupati dua periode itu. (roy/nat)

SENTANI-Pemerintah Kabupaten Jayapura di bawah kepemimpinan Bupati Jayapura, Mathius Awoitauw, SE., M.Si., dan Wakil Bupati Giri wijayantoro telah merayakan hari ulang tahun 4 tahun kepemimpinan mereka terhitung sejak Desember 2017 hingga Desember 2021, Jumat (10/ 12).

Kepada wartawan di sela-sela kesibukannya di acara ulang tahun itu,  Bupati Mathius Awoitauw mengatakan selama masa kepemimpinannya bersama Giri Wijayantoro ada banyak hal yang sudah dicapai dan dikerjakan dalam mewujudkan pembangunan di Kabupaten Jayapura.

Salah satu bagian terpenting yang telah dilakukan, adalah meletakkan dasar program pemberdayaan masyarakat adat,  di Kabupaten Jayapura yang dimulai dari pembentukan kampung-kampung  Adat dan gugus tugas masyarakat adat Kabupaten Jayapura.

Ini merupakan kado terindah yang  dicapainya meskipun diakuinya masih membutuhkan perjuangan panjang untuk melanjutkan apa yang menjadi harapan dari masyarakat adat Kabupaten Jayapura itu dan Papua pada umumnya.

Baca Juga :  Pengambilan Pasir di Danau Sentani  Bisa Berdampak ke Pendangkalan

Karena baginya, bicara keberpihakan terhadap orang Papua bukan sekedar mendapatkan porsi anggaran dana otsus, tetapi yang jauh lebih penting adalah bagaimana orang Papua harus menjadi tuan diatas negerinya sendiri melalui keberpihakan, pengakuan berdasarkan budaya dan adat istiadat orang Papua.

“Bagi saya, itu (Kampung adat dan gugus tugas masyarakat adat) adalah hadiah empat tahun yang begitu luar biasa. Dengan penuh dinamika, dengan penuh kontroversi dan juga penuh berbagai hal, baik di lapangan maupun pada saat memulai. Tetapi pada akhirnya, kerja-kerja itu bisa didokumentasikan dan diukur. Bahkan secara ilmiah dan pengalaman, itu bisa menjadi pelajaran untuk banyak orang. Nah, itu yang membanggakan bagi kami di empat tahun periode kepemimpinan kami,” beber mantan ketua KPUD kabupaten Jayapura ini.

Lanjut dia, memulai hal yang di luar kebiasaan, seringkali dianggap sebuah pemikiran tidak maju alias kuno. Namun harus diakui bahwa melalui pemberdayaan masyarakat adat inilah jalan agar bagaimana orang Papua mendapatkan tempat dan kesejahteraan yang setara dari orang Papua lainnya.

Baca Juga :  Minta Jakarta Jangan Buat Akal – akalan Soal Kedatangan KT HAM PBB

“Kita kadang-kadang hanya melihat hal-hal yang  biasa saja. Misalnya pendidikan, kesehatan dan ekonomi kerakyatan itu kan rutin. Siapapun kepala daerahnya, pasti dia akan jalankan itu, karena itu sudah normatif. Ada uang, ada orang dan ada lokasi, pasti semua jalan. Tetapi, hal yang di luar dari itu,  menghasilkan inovasi-inovasi baru, itu yang paling sulit. Sebab meyakinkan itu tidak mudah, karena birokrasi itu sudah paten. Keluar dari situ  tidak bisa, harus lurus atau sudah terpola. Namun kita bisa melakukan itu, dan sudah ada perubahan, meskipun sedikit-sedikit sudah ada perubahan,” tambahnya,” ujar Bupati dua periode itu. (roy/nat)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya