Saturday, March 15, 2025
29.7 C
Jayapura

Varian Mu Dikhawatirkan Kebal Vaksin

*Masih Diteliti dalam Pantauan WHO

JAKARTA-Kemunculan varian B.1.621 atau varian Mu asal Amerika Selatan dikhawatirkan bisa lolos dari deteksi antibodi tubuh inangnya. Bahkan bagi mereka yang sudah mendapatkan vaksin, pernah terinfeksi, dan sembuh dari Covid-19.

Varian virus itu juga dikhawatirkan bisa memicu gelombang infeksi di berbagai negara. Juga gelombang infeksi ketiga di Indonesia setelah gelombang kedua varian Delta yang sangat mematikan pada periode Juni–Juli lalu.

Ketua Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman Prof Amin Subandrio mengungkapkan, sejauh ini beberapa reaksi virus Covid-19 varian Mu menunjukkan kekebalan terhadap vaksin. ’’Varian ini dikhawatirkan bisa meloloskan diri dari antibodi tubuh pasien pascavaksinasi,” jelas Amin kepada Jawa Pos kemarin (4/9). 

Bahkan, kata Amin, ada kemungkinan varian itu juga bisa lolos dari deteksi antibodi mereka yang sudah pernah terinfeksi virus Covid-19 varian-varian sebelumnya. Meski demikian, penelitian saat ini terus berjalan. Hipotesis kemampuan meloloskan diri itu masih perlu dikonfirmasi. ’’Sama seperti varian lainnya, reaksi terhadap manusia berbeda-beda,” lanjut Amin.

Baca Juga :  Jam Aktivitas Diperlonggar hingga Pukul 22.00 WIT

Saat ini varian Mu masih berstatus varian of interest (VOI) yang berada dalam pantauan WHO. Menurut Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Tjandra Yoga Aditama, varian itu masuk dalam VOI pada 30 Agustus.

Yoga menjelaskan, kemampuan menerobos deteksi antibodi masih dalam bentuk dugaan. ’’Jadi belum pasti. Makanya, hanya dimasukkan pada kategori VOI. Nanti kalau sudah ada bukti lebih lanjut, baru dimasukkan VOC (varian of concern, Red),” kata Yoga. 

Di sisi lain, pemerintah Indonesia menyiapkan skenario jangka panjang dalam penanganan Covid-19. Menkominfo Johnny G. Plate mengungkapkan, WHO telah menyatakan bahwa sangat mungkin Covid-19 akan diklasifikasikan sebagai endemi pada masa mendatang seperti halnya malaria atau demam berdarah. Covid-19 bisa dikategorikan sebagai endemi apabila terus hadir secara konstan dalam populasi di wilayah geografis tertentu dengan tingkat dan pola penularan yang sudah lebih terprediksi.

Baca Juga :  Giliran Anggota KKB Wilayah Puncak Ditangkap

Instrumen yang cukup membedakan pandemi dan endemi adalah prediktabilitas. Setelah menjadi endemi, persebaran wabah lebih bisa diperkirakan. ”Sehingga kita dapat menyusun langkah-langkah antisipasi. Jadi, meskipun kita hidup bersama Covid-19 dalam waktu lama, situasi akan lebih terkendali,” ujar Plate.

Guru Besar Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Hasbullah Thabrany menyatakan, di mana pun di dunia, pandemi akan dapat berubah menjadi endemi. ”Kapan waktunya, WHO yang akan mengeluarkan standar tersebut,” jelasnya. 

Dia menambahkan, nanti siapa pun bisa terkena penyakit endemi tersebut. Agar tidak tertular, caranya cukup sederhana. Yakni, memakai masker. Selain itu, mencuci tangan yang bersih, menjaga jarak, dan selalu waspada menganggap orang di dekat kita berisiko membawa virus. (tau/c7/fal/JPG)

*Masih Diteliti dalam Pantauan WHO

JAKARTA-Kemunculan varian B.1.621 atau varian Mu asal Amerika Selatan dikhawatirkan bisa lolos dari deteksi antibodi tubuh inangnya. Bahkan bagi mereka yang sudah mendapatkan vaksin, pernah terinfeksi, dan sembuh dari Covid-19.

Varian virus itu juga dikhawatirkan bisa memicu gelombang infeksi di berbagai negara. Juga gelombang infeksi ketiga di Indonesia setelah gelombang kedua varian Delta yang sangat mematikan pada periode Juni–Juli lalu.

Ketua Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman Prof Amin Subandrio mengungkapkan, sejauh ini beberapa reaksi virus Covid-19 varian Mu menunjukkan kekebalan terhadap vaksin. ’’Varian ini dikhawatirkan bisa meloloskan diri dari antibodi tubuh pasien pascavaksinasi,” jelas Amin kepada Jawa Pos kemarin (4/9). 

Bahkan, kata Amin, ada kemungkinan varian itu juga bisa lolos dari deteksi antibodi mereka yang sudah pernah terinfeksi virus Covid-19 varian-varian sebelumnya. Meski demikian, penelitian saat ini terus berjalan. Hipotesis kemampuan meloloskan diri itu masih perlu dikonfirmasi. ’’Sama seperti varian lainnya, reaksi terhadap manusia berbeda-beda,” lanjut Amin.

Baca Juga :  Intelektual Yahukimo Minta Kabupaten Yahukimo Tetap di Provinsi Papua

Saat ini varian Mu masih berstatus varian of interest (VOI) yang berada dalam pantauan WHO. Menurut Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Tjandra Yoga Aditama, varian itu masuk dalam VOI pada 30 Agustus.

Yoga menjelaskan, kemampuan menerobos deteksi antibodi masih dalam bentuk dugaan. ’’Jadi belum pasti. Makanya, hanya dimasukkan pada kategori VOI. Nanti kalau sudah ada bukti lebih lanjut, baru dimasukkan VOC (varian of concern, Red),” kata Yoga. 

Di sisi lain, pemerintah Indonesia menyiapkan skenario jangka panjang dalam penanganan Covid-19. Menkominfo Johnny G. Plate mengungkapkan, WHO telah menyatakan bahwa sangat mungkin Covid-19 akan diklasifikasikan sebagai endemi pada masa mendatang seperti halnya malaria atau demam berdarah. Covid-19 bisa dikategorikan sebagai endemi apabila terus hadir secara konstan dalam populasi di wilayah geografis tertentu dengan tingkat dan pola penularan yang sudah lebih terprediksi.

Baca Juga :  Panglima TNI dan Kapolri Pantau Gladi OCC PON XX

Instrumen yang cukup membedakan pandemi dan endemi adalah prediktabilitas. Setelah menjadi endemi, persebaran wabah lebih bisa diperkirakan. ”Sehingga kita dapat menyusun langkah-langkah antisipasi. Jadi, meskipun kita hidup bersama Covid-19 dalam waktu lama, situasi akan lebih terkendali,” ujar Plate.

Guru Besar Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Hasbullah Thabrany menyatakan, di mana pun di dunia, pandemi akan dapat berubah menjadi endemi. ”Kapan waktunya, WHO yang akan mengeluarkan standar tersebut,” jelasnya. 

Dia menambahkan, nanti siapa pun bisa terkena penyakit endemi tersebut. Agar tidak tertular, caranya cukup sederhana. Yakni, memakai masker. Selain itu, mencuci tangan yang bersih, menjaga jarak, dan selalu waspada menganggap orang di dekat kita berisiko membawa virus. (tau/c7/fal/JPG)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya