JAYAPURA – Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Papua Faturachman memperkirakan Tahun 2025, pertumbuhan ekonomi di Papua belum meningkat, yaitu di rentang -2,5 sampai dengan -3,5% (yoy).
Hal ini dikarenakan sektor produksi pertambangan di Freeport belum maksimal, karena Freeport sedang dalam proses pengajuan izin ekspor, namun di sektor luar tambang diyakini optimis mengalami pertumbuhan seperti sektor pertanian dan lainnya.
Dijelaskan, untuk menghitung pertumbuhan ekonomi adalah menghitung Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan untuk PDRB di Papua masih dihitung secara gabungan untuk 4 provinsi, yaitu Provinsi Papua, Provinsi Papua Selatan, Provinsi Papua Tengah, dan Provinsi Papua Pegunungan.
“Tahun 2025 dilihat ada tekanan penurunan pertumbuhan ekonomi di Papua, tekanan penurunan ini dipengaruhi produksi di sektor pertambangan. Dimana saat ini Freeport sedang proses pengurusan izin ekspornya, karena setiap ekspor harus mendapatkan izin. Ini juga mempengaruhi meningkatnya pertumbuhan ekonomi di Papua,”ungkapnya, Jumat (24/1).
Dikatakan, dilihat dari sisi produksi tambang memang agak turun, padahal kontribusi sektor pertambangan untuk PDRB Papua secara keseluruhan itu besar, maka dinamika di Freeport punya pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Papua.
“Besarnya sektor pertambangan itu membentuk PDRB Papua 40 persen, gerakan sekecil apa pun di sektor tambang mempengaruhi terhadap pertumbuhan ekonomi,” ungkapnya.