Thursday, December 12, 2024
27.7 C
Jayapura

Nasib Noken Tak Sama Dengan Batik

JAYAPURA-Selasa (4/12) kemarin dunia memperingati hari jadi Noken sebagai Warisan Budaya Tak Benda. Meski mendapat pengakuan dunia namun  kemeriahan dengan status ini tak nampak. Guru Besar Sastra dan Budaya Universitas Cendrawasih (Uncen) Prof. Dr. Wigati Yektiningtyas, M.Hum menilai perkembangan noken kala ini mengalami kemunduran.

Bukti nyata meskipun ditetapkan sebagai warisan dunia, namun momentum sejarah itu tidak kelihatan gaungnya. Dapat dilihat bagaimana khususnya di Papua momentum hari jadi noken tampak terlihat biasa-biasa saja. Tidak seperti warisan budaya lainnya seperti misalnya batik, setiap memperingati hari batik hampir seluruh pegawai maupun masyarakat pada umumnya diwajibkan menggunakan batik, akan tetapi justru berbeda dengan noken tampak dianggap biasa.

Mungkin satu sisi karena peringatan noken kali ini bersamaan dengan momentum pilkada sehingga gaungnya tak terdengar akan tetapi menurut Wiga situasi ini bukan hanya terjadi sekarang dari dulu peringatan hari noken selalu hanya diatas kertas. “Kita lihat selasa kemarin jangankan masyarakat, pegawai di pemerintahan saja mereka tidak merayakan hari noken ini, baik dengan menggunakan noken atau ataupun acara ceremonial tampak hampir tidak terdengar,” ujarnya, Rabu (5/12).

Jika kondisi itu akan terus dibiarkan maka lambat laun status noken akan   terancam dicabut. Sebab perkembangannya menjadi tolok ukur utama agar tetap terdaftr sebagai wrisan budaha dunia. Terkait hal itu maka langkah yang harus dilakukan pemerintah salah satunya  meningkatkan sosialisasi.

Baca Juga :  Dukungan kepada Anies Baswedan Semakin Kokoh

Pemerintah perlu berkreatif agar bagaimana caranya mereka bisa mempertahankan warisan budaya tersebut tetap eksis dikalangan masyarakat terutama anak anak muda. Sebab yang terjadi sekarang ini masyarakat sebagian hanya mengenal noken secara fisik terutama anak anak muda. Mereka cendrung melihat noken sebagai aksesoris, namun untuk memahami nilai akan budaya serta story telingnya semakin minin

Situasi ini perlu adanya gebrakan dari pemerintah baik daerah maupun pusat. Pemerintah harus lebih serius mendorong anak anak muda ataupun masyarakat papua belajar tentang budaya noken itu sendiri. Ada banyak hal yang bisa dilakukan misalnya dengan adakan lomba foto, atau menulis cerpen bagi pelajar atau membuat karya ilmiah bagi mahasiswa, serta cara lain agar memacu semangat generasi muda sehingga mereka bisa memahami budanya sendiri.

“Kalau pemerintah-betul betul serius ingin mendorong noken tetap eksis, maka harus melakukan sosilisasi secara masif apalagi dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih kita bisa memanfaatkan teknologi untuk melakukan sosialiasi kepada masyarakat,” sarannya.

Ia melihat bawa masyarakat Papua pada umumnya bangga akan status noken sebagai warisan dunia, akan tetapi kebanggan itu tidak selaras dengan tindakan nyata tentang bagaimana mereka melakukan berbagai hal agar noken ini tetap eksis. Sebab noken sendiri berbicara tentang identitas, baik suku maupun sub suku yang ada di Papua. Dengan itu rasa kebanggaan menjadi bagian dari budaya noken itu muncul.

Baca Juga :  Enam Kabupaten Papua Tengah Gunakan Sistem Noken  di Pilkada 2024

Sayangnya rasa bangganya itu tidak selaras dengan tindakan tentang bagaimana mereka bisa mempromsikan noken kepada dunia luar. Inilah yang menjadi catatan penting pemerintah kedepannya. Mereka harus mampu menjadi rolle model bagi masyarakat untuk secara terus menerus mengggalakan sosiasi baik kepada masyarakat maupun pada dunia pendidikan mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi.

Apalagi dengan adanya kurikulum merdeka berlajar yang digagas menteri pendidikan mestinya itu akan menjadi wadah untuk melakukan sosilisai kepada para pelajar ataupun mahasiswa di perguruan tinggi. “Karena kalau kita hanya dengan rasa bangga tapi mengimplentasikan kebanggan itu dengan tindakan nyata, sama saja ini akan semakin menurun, efeknya jangka panjang anak-anak muda papu mungkin tidak akan mengenal akan sejarah lahirnya noken sebagai warisan dunia,” katanya.

Wiga juga menyarankan untuk mendorong agar noken tetap eksis, maka pemerintah harus lebih mengaktifkan museum noken yang ada di Waena Distrik Heram. Tentu dalam hal ini tidak hanya gedungnya yang dipoles tetapi jadikan tempat tersebut sebagai sumber ilmu bagi pengunjung.

JAYAPURA-Selasa (4/12) kemarin dunia memperingati hari jadi Noken sebagai Warisan Budaya Tak Benda. Meski mendapat pengakuan dunia namun  kemeriahan dengan status ini tak nampak. Guru Besar Sastra dan Budaya Universitas Cendrawasih (Uncen) Prof. Dr. Wigati Yektiningtyas, M.Hum menilai perkembangan noken kala ini mengalami kemunduran.

Bukti nyata meskipun ditetapkan sebagai warisan dunia, namun momentum sejarah itu tidak kelihatan gaungnya. Dapat dilihat bagaimana khususnya di Papua momentum hari jadi noken tampak terlihat biasa-biasa saja. Tidak seperti warisan budaya lainnya seperti misalnya batik, setiap memperingati hari batik hampir seluruh pegawai maupun masyarakat pada umumnya diwajibkan menggunakan batik, akan tetapi justru berbeda dengan noken tampak dianggap biasa.

Mungkin satu sisi karena peringatan noken kali ini bersamaan dengan momentum pilkada sehingga gaungnya tak terdengar akan tetapi menurut Wiga situasi ini bukan hanya terjadi sekarang dari dulu peringatan hari noken selalu hanya diatas kertas. “Kita lihat selasa kemarin jangankan masyarakat, pegawai di pemerintahan saja mereka tidak merayakan hari noken ini, baik dengan menggunakan noken atau ataupun acara ceremonial tampak hampir tidak terdengar,” ujarnya, Rabu (5/12).

Jika kondisi itu akan terus dibiarkan maka lambat laun status noken akan   terancam dicabut. Sebab perkembangannya menjadi tolok ukur utama agar tetap terdaftr sebagai wrisan budaha dunia. Terkait hal itu maka langkah yang harus dilakukan pemerintah salah satunya  meningkatkan sosialisasi.

Baca Juga :  Gubernur: Belum Ada Pembahasan Soal Transmigrasi

Pemerintah perlu berkreatif agar bagaimana caranya mereka bisa mempertahankan warisan budaya tersebut tetap eksis dikalangan masyarakat terutama anak anak muda. Sebab yang terjadi sekarang ini masyarakat sebagian hanya mengenal noken secara fisik terutama anak anak muda. Mereka cendrung melihat noken sebagai aksesoris, namun untuk memahami nilai akan budaya serta story telingnya semakin minin

Situasi ini perlu adanya gebrakan dari pemerintah baik daerah maupun pusat. Pemerintah harus lebih serius mendorong anak anak muda ataupun masyarakat papua belajar tentang budaya noken itu sendiri. Ada banyak hal yang bisa dilakukan misalnya dengan adakan lomba foto, atau menulis cerpen bagi pelajar atau membuat karya ilmiah bagi mahasiswa, serta cara lain agar memacu semangat generasi muda sehingga mereka bisa memahami budanya sendiri.

“Kalau pemerintah-betul betul serius ingin mendorong noken tetap eksis, maka harus melakukan sosilisasi secara masif apalagi dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih kita bisa memanfaatkan teknologi untuk melakukan sosialiasi kepada masyarakat,” sarannya.

Ia melihat bawa masyarakat Papua pada umumnya bangga akan status noken sebagai warisan dunia, akan tetapi kebanggan itu tidak selaras dengan tindakan nyata tentang bagaimana mereka melakukan berbagai hal agar noken ini tetap eksis. Sebab noken sendiri berbicara tentang identitas, baik suku maupun sub suku yang ada di Papua. Dengan itu rasa kebanggaan menjadi bagian dari budaya noken itu muncul.

Baca Juga :  50 Ribu Warga di Papua Masuk Dalam Daftar Penerima BLT BBM

Sayangnya rasa bangganya itu tidak selaras dengan tindakan tentang bagaimana mereka bisa mempromsikan noken kepada dunia luar. Inilah yang menjadi catatan penting pemerintah kedepannya. Mereka harus mampu menjadi rolle model bagi masyarakat untuk secara terus menerus mengggalakan sosiasi baik kepada masyarakat maupun pada dunia pendidikan mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi.

Apalagi dengan adanya kurikulum merdeka berlajar yang digagas menteri pendidikan mestinya itu akan menjadi wadah untuk melakukan sosilisai kepada para pelajar ataupun mahasiswa di perguruan tinggi. “Karena kalau kita hanya dengan rasa bangga tapi mengimplentasikan kebanggan itu dengan tindakan nyata, sama saja ini akan semakin menurun, efeknya jangka panjang anak-anak muda papu mungkin tidak akan mengenal akan sejarah lahirnya noken sebagai warisan dunia,” katanya.

Wiga juga menyarankan untuk mendorong agar noken tetap eksis, maka pemerintah harus lebih mengaktifkan museum noken yang ada di Waena Distrik Heram. Tentu dalam hal ini tidak hanya gedungnya yang dipoles tetapi jadikan tempat tersebut sebagai sumber ilmu bagi pengunjung.

Berita Terbaru

Artikel Lainnya