JAYAPURA – Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA) atau Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata di Indonesia, akui perkembangan wisata di Papua khususnya di Jayapura belum diminati.
Ketua Asita Papua, Iwanta Parangin-Angin mengatakan hal ini disebabkan Kota Jayapura dan Kabupaten Jayapura merupakan tempat transit.
“Permintaan paket wisata masih mendominasi Baliem, Asmat, Nabire. Namun saat ini belum begitu banyak, mungkin karena beberapa daerah di Papua masih dilarang untuk kunjungan wisatawan asing,” kata Iwanta kepada Cenderawasih Pos, Senin (28/10).
Diakuinya, kunjungan ke Papua saat ini lebih kepada perjalanan pendek yang biasanya 7 hari hingga 11 hari.
“Kami justru senang kalau perjalannya lebih dari 7 hari, dengan begitu biaya yang dikeluarkan semakin besar. Dimana rata-rata kita jual U$ 800 sementara untuk perjalanan pendek seperti sekarang ini U$ 350, ” jelasnya.
Sementara itu, untuk paket wisata di Jayapura, seperti ke PLBN RI-PNGÂ sementara waktu dihentikan. Hal ini lantaran permintaan belum ada, selain itu perbatasan PLBN RI-PNG tidak setiap hari beroperasi.
“Kami tidak bisa merubah jadwal seenaknya, karena perjalanan wisata atau paket yang kami tawarkan bersifat jelas. Terlebih di Jayapura sendiri hanya bersifat kota transit,” jelasnya.
Lanjutnya, dikarenakan Kota Jayapura merupakan kota transit, maka paket wisata yang disediakan adalah pengenalan pada peninggalan sejarah dan pantai.
“Ketika turis asing berada di Jayapura, kami antar mereka untuk melihat lokasi-lokasi peninggalan sejarah yang masih ada di Kota Jayapura maupun Kabupaten Jayapura,” pungkasnya. (ana/fia)
Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOSÂ https://www.myedisi.com/cenderawasihpos