Friday, November 22, 2024
25.7 C
Jayapura

Sering Terjadi Korban Tenggelam, Pengungung Harus Lebih Hati-hati

Sisi Lain dari Berkembangnya Wisata Pantai di Sepanjang Holtekamp

Sejak dibangunnya jembatan merah di Teluk Youtefa, kini dua daratan yakni Hamadi dan Holtekamp sudah terhubung. Dampaknya pun luar biasa, dan mempercepat atau memperpendek jangkauan menuju Distrik Muara Tami, dan berkembangnya wisata pantai. Namun ternyata ada dampak lain, yang perlu diantisipasi.

Laporan: Robert Mboik Jayapura

Kawasan Pantai Holtekamp menjadi salah satu destinasi wisata pantai yang cukup menarik di Kota Jayapura. Pantai Holtekamp selalu ramai dikunjungi  pada waktu akhir pekan atau hari-hari libur.  Namun di balik keindahannya, pantai ini  menyimpan  misteri, selama ini sudah banyak pengunjung yang mengalami kecelakaan, tenggelam bahkan hilang terseret arus laut.

   Peristiwa demi peristiwa yang terjadi, ternyata tidak menyurutkan warga untuk mengunjungi tempat itu.  Di sisi lain, para pengelola berharap ada perhatian pemerintah, misalnya membangun pemecah ombak seperti di pantai Hamadi.

Baca Juga :  Masalah Perselingkungan Marak di Japut

   Sejak adanya jembatan Youtefa  dampak  yang cukup berkembang adalah berkembangnya pariwisata pantai. Jika selama ini hanya pantai Hamadi dan Base G, kini sepanjang Holtekamp ini justru berkembang lebih pesat. Banyak usaha kuliner, café hingga penginapan dibangun.

  Sebelum dibangunnya jembatan Merah Youtefa, kawasan itu tidak lebih dari hamparan daratan tepian pantai yang jadi pembatas teluk Youtefa yang bermukim warga Kampung Tobati dan Engros, dengan Teluk Yos Sudarso yang berhadapan langsung dengan Samudra Pasifik.

   Memiliki panorama alam yang indah, pesisir pantai  berpasir memang menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat untuk berkunjung ke tempat itu. Meski begitu kawasan pantai ini juga menyimpan sejuta misteri. Ancaman bahaya  keselamatan nyawa pengunjung juga menjadi bagian lain yang tidak bisa diabaikan begitu saja.

   Berbagai anggapanpun bermunculan, termasuk cerita mistis selalu dikaitkan dengan peristiwa yang selalu terjadi selama ini.  Pemerintah sebenarnya tidak tutup mata mengenai persoalan ini.    Melalui instansi teknis seperti BPBD misalnya, mereka baru sebatas  melakukan sosialisasi kepada masyarakat melalui sumber daya yang disiapkan.  Tapi, faktanya hal itu tidak cukup untuk mencegah atau mengantisipasi kejadian bencana kecelakaan laut serupa untuk tidak lagi terjadi.

Baca Juga :  Tidak Kondusif Batal ke Ilaga, Lihat Perkebunan Kopi, Fasilitas Telekomunikasi

  Salah satu pengelola pantai Holtekamp, Sergius Hisage, mengemukakan pendapatnya,  bahwa peristiwa atau kejadian orang tenggelam di kawasan pantai itu selama ini lebih kepada kurang waspadanya setiap pengunjung.  Misalnya pada saat berenang atau mandi para pengunjung cenderung untuk menjauh lagi dari garis pantai.

   “Yang salah itu manusia sendiri, mereka berenang sampai ke dalam, keluar dari batas aman ke tempat  yang berbahaya,” kata Sergius Hisage, Senin (26/8).

Sisi Lain dari Berkembangnya Wisata Pantai di Sepanjang Holtekamp

Sejak dibangunnya jembatan merah di Teluk Youtefa, kini dua daratan yakni Hamadi dan Holtekamp sudah terhubung. Dampaknya pun luar biasa, dan mempercepat atau memperpendek jangkauan menuju Distrik Muara Tami, dan berkembangnya wisata pantai. Namun ternyata ada dampak lain, yang perlu diantisipasi.

Laporan: Robert Mboik Jayapura

Kawasan Pantai Holtekamp menjadi salah satu destinasi wisata pantai yang cukup menarik di Kota Jayapura. Pantai Holtekamp selalu ramai dikunjungi  pada waktu akhir pekan atau hari-hari libur.  Namun di balik keindahannya, pantai ini  menyimpan  misteri, selama ini sudah banyak pengunjung yang mengalami kecelakaan, tenggelam bahkan hilang terseret arus laut.

   Peristiwa demi peristiwa yang terjadi, ternyata tidak menyurutkan warga untuk mengunjungi tempat itu.  Di sisi lain, para pengelola berharap ada perhatian pemerintah, misalnya membangun pemecah ombak seperti di pantai Hamadi.

Baca Juga :  Disdukcapil Segera Laksanakan Operasi Yustisi

   Sejak adanya jembatan Youtefa  dampak  yang cukup berkembang adalah berkembangnya pariwisata pantai. Jika selama ini hanya pantai Hamadi dan Base G, kini sepanjang Holtekamp ini justru berkembang lebih pesat. Banyak usaha kuliner, café hingga penginapan dibangun.

  Sebelum dibangunnya jembatan Merah Youtefa, kawasan itu tidak lebih dari hamparan daratan tepian pantai yang jadi pembatas teluk Youtefa yang bermukim warga Kampung Tobati dan Engros, dengan Teluk Yos Sudarso yang berhadapan langsung dengan Samudra Pasifik.

   Memiliki panorama alam yang indah, pesisir pantai  berpasir memang menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat untuk berkunjung ke tempat itu. Meski begitu kawasan pantai ini juga menyimpan sejuta misteri. Ancaman bahaya  keselamatan nyawa pengunjung juga menjadi bagian lain yang tidak bisa diabaikan begitu saja.

   Berbagai anggapanpun bermunculan, termasuk cerita mistis selalu dikaitkan dengan peristiwa yang selalu terjadi selama ini.  Pemerintah sebenarnya tidak tutup mata mengenai persoalan ini.    Melalui instansi teknis seperti BPBD misalnya, mereka baru sebatas  melakukan sosialisasi kepada masyarakat melalui sumber daya yang disiapkan.  Tapi, faktanya hal itu tidak cukup untuk mencegah atau mengantisipasi kejadian bencana kecelakaan laut serupa untuk tidak lagi terjadi.

Baca Juga :  Awalnya Dikenal Untuk Ibu dan Anak, Kini Bergerak di Bidang Jatuh dan Bedah

  Salah satu pengelola pantai Holtekamp, Sergius Hisage, mengemukakan pendapatnya,  bahwa peristiwa atau kejadian orang tenggelam di kawasan pantai itu selama ini lebih kepada kurang waspadanya setiap pengunjung.  Misalnya pada saat berenang atau mandi para pengunjung cenderung untuk menjauh lagi dari garis pantai.

   “Yang salah itu manusia sendiri, mereka berenang sampai ke dalam, keluar dari batas aman ke tempat  yang berbahaya,” kata Sergius Hisage, Senin (26/8).

Berita Terbaru

Artikel Lainnya