Friday, November 22, 2024
34.7 C
Jayapura

Radikalisme Bukan Soal Agama Tertentu

JAYAPURA – Wakapolda Papua Brigjen Pol. Patrige Renwarin, S.H., M.Si., menegaskan bahwa publik dan aparat keamanan sendiri perlu memahami soal apa itu radikalisme. Ia melihat selama ini ada pemahaman atau pandangan yang masih salah terkait radikal itu sendiri. Kata Patrige, Radikalisme bukan hanya terkait dengan satu agama melainkan sebuah pemahaman yang  sama mengenai kekerasan sesuai ajaran yang dipercaya.

Hanya selama ini hal tersebut diidentikkan  dengan agama tertentu semisal Islam lantaran banyak kasus yang melibatkan umat muslim. Ini disampaikan Wakapolda pada kegiatan Pembinaan Penanggulangan  Pencegahan Radikalisme dan Intoleransi kepada Pegawai Negeri di tubuh Polri. Ia menekankan bagaimana memahami bersama tentang apa itu radikalisme sekaligus cara  yang bisa dilakukan untuk mencegah radikalisme maupun intoleran.

“Saya ingin menekankan bahwa jika intoleransi dan radikalisme tidak kita cegah bersama, terutama oleh kita yang berada di garda terdepan sebagai anggota TNI dan Polri, maka empat Pilar Kebangsaan yang menjadi fondasi negara akan runtuh,” ujar Brigjen Patrige  saat membuka kegiatan tersebut di Max One Hotel, Jayapura, Senin (12/8).

Baca Juga :  Jelang Pra PON, POBSI Papua Seleksi Atlet

Wakapolda Papua juga menekankan bahwa bahaya yang paling besar adalah jika TNI dan Polri mulai disusupi oleh agen-agen atau kelompok radikal. Jika ini terjadi maka  kekuatan sebagai institusi keamanan negara akan melemah secara perlahan.

“Juga perlu dimengerti tentunya ada pemahaman yang salah bahwa Radikalisme selalu identik dengan Islam, terus terang hal ini perlu kita luruskan bersama, karena radikalisme bukan soal agama tertentu tapi pemahaman,” tambah Wakapolda.

Harapannya TNI dan Polri bergerak dalam kerjasama tim untuk menghadapi ancaman kedepannya.

“Jika melihat ada rekan-rekan disekitar yang mulai menunjukkan perilaku aneh dan mencurigakan, maka itu adalah tugas kita semua untuk mengingatkan  dan jangan pernah biarkan radikalisme maupun intoleransi masuk  sebab TNI Polri adalah benteng terakhir yang menjaga keutuhan bangsa,” tutup Wakapolda.

Baca Juga :  Homeyo Siaga, Tapi Situasi Terkendali

Kegiatan  ini mengambil pemateri dari tokoh Agama Kristen, Ketua FKUB Provinsi Papua, tokoh Agama Islam, Ketua Bidang Fatwa MUI Provinsi Papua, Dr.H., Kasatgaswil Papua Densus 88 AT Polri, tokoh Agama Hindu.  Kegiatan ini turut dihadiri oleh Irwasda Polda Papua, Kombes Pol. Drs. Yosi Muhamartha, Para PJU Polda Papua, dan Para Kasubbag Renmin Polda Papua, serta Kabag SDM Jajaran Polda Papua.(kar/ade).

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

JAYAPURA – Wakapolda Papua Brigjen Pol. Patrige Renwarin, S.H., M.Si., menegaskan bahwa publik dan aparat keamanan sendiri perlu memahami soal apa itu radikalisme. Ia melihat selama ini ada pemahaman atau pandangan yang masih salah terkait radikal itu sendiri. Kata Patrige, Radikalisme bukan hanya terkait dengan satu agama melainkan sebuah pemahaman yang  sama mengenai kekerasan sesuai ajaran yang dipercaya.

Hanya selama ini hal tersebut diidentikkan  dengan agama tertentu semisal Islam lantaran banyak kasus yang melibatkan umat muslim. Ini disampaikan Wakapolda pada kegiatan Pembinaan Penanggulangan  Pencegahan Radikalisme dan Intoleransi kepada Pegawai Negeri di tubuh Polri. Ia menekankan bagaimana memahami bersama tentang apa itu radikalisme sekaligus cara  yang bisa dilakukan untuk mencegah radikalisme maupun intoleran.

“Saya ingin menekankan bahwa jika intoleransi dan radikalisme tidak kita cegah bersama, terutama oleh kita yang berada di garda terdepan sebagai anggota TNI dan Polri, maka empat Pilar Kebangsaan yang menjadi fondasi negara akan runtuh,” ujar Brigjen Patrige  saat membuka kegiatan tersebut di Max One Hotel, Jayapura, Senin (12/8).

Baca Juga :  IKT Minta Keadilan Pemerintah Soal Pembunuhan Warga Toraja

Wakapolda Papua juga menekankan bahwa bahaya yang paling besar adalah jika TNI dan Polri mulai disusupi oleh agen-agen atau kelompok radikal. Jika ini terjadi maka  kekuatan sebagai institusi keamanan negara akan melemah secara perlahan.

“Juga perlu dimengerti tentunya ada pemahaman yang salah bahwa Radikalisme selalu identik dengan Islam, terus terang hal ini perlu kita luruskan bersama, karena radikalisme bukan soal agama tertentu tapi pemahaman,” tambah Wakapolda.

Harapannya TNI dan Polri bergerak dalam kerjasama tim untuk menghadapi ancaman kedepannya.

“Jika melihat ada rekan-rekan disekitar yang mulai menunjukkan perilaku aneh dan mencurigakan, maka itu adalah tugas kita semua untuk mengingatkan  dan jangan pernah biarkan radikalisme maupun intoleransi masuk  sebab TNI Polri adalah benteng terakhir yang menjaga keutuhan bangsa,” tutup Wakapolda.

Baca Juga :  Bertambah Satu Cawabub Terpapar Covid-19

Kegiatan  ini mengambil pemateri dari tokoh Agama Kristen, Ketua FKUB Provinsi Papua, tokoh Agama Islam, Ketua Bidang Fatwa MUI Provinsi Papua, Dr.H., Kasatgaswil Papua Densus 88 AT Polri, tokoh Agama Hindu.  Kegiatan ini turut dihadiri oleh Irwasda Polda Papua, Kombes Pol. Drs. Yosi Muhamartha, Para PJU Polda Papua, dan Para Kasubbag Renmin Polda Papua, serta Kabag SDM Jajaran Polda Papua.(kar/ade).

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Berita Terbaru

Artikel Lainnya