JAKARTA-Indonesia dan Papua Nugini sepakat memperkuat kerja sama bidang pendidikan. Hal ini ditandai dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) bidang pendidikan oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) RI dan Menteri Luar Negeri Papua Nugini di Istana Bogor, Senin (15/7).
Adapun ruang lingkup yang ada dalam MoU tersebut meliputi program pertukaran pelajar, penelitian bersama, beasiswa, pengembangan kurikulum, pembelajaran bahasa, dan program pelatihan.
Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim mengatakan, Pemerintah Indonesia menyambut baik upaya kedua negara dalam memperkuat kerja sama pendidikan melalui naskah kerja sama yang berlaku hingga tahun 2033. Sebelumnya, pada tahun 2023, kedua pihak juga telah ditandatangani MoU bidang pendidikan tinggi.
Pelatihan ini, kata dia, dapat menggunakan skema pelatihan upskilling dan reskilling, pelatihan daring atau luring, pelatihan campuran (institusi dan industri), pelatihan magang penuh di industri, atau pelatihan kerja. Lalu, bagi mahasiswa khususnya lulusan pascasarjana Papua Nugini dapat dilakukan pelatihan dengan skema pelatihan 3 bulan dan 6 bulan untuk program Pendidikan Keterampilan Kerja (PKK) dan Pendidikan Keterampilan Wirausaha (PKW).
Menurutnya, selama lima tahun terakhir, melalui gerakan transformasi Merdeka Belajar, pemerintah Indonesia terus mendorong perwujudan sistem pendidikan yang lebih inklusif dan relevan. Pembelajaran di sekolah kini semakin berpusat kepada murid sehingga memungkinkan pengembangan bakat dan minat secara optimal. Di mana, revitalisasi pendidikan vokasi turut menjadi fokus utama dari Merdeka Belajar yang dilakukan untuk menghasilkan lulusan yang lebih siap untuk bekerja, melanjutkan pendidikan, atau menjadi wirausaha.
Saat ini, terdapat lebih dari 2.000 SMK Pusat Keunggulan yang mengedepankan skema taut suai (link and match) untuk mempererat kolaborasi antara satuan pendidikan vokasi dengan dunia kerja dan dunia industri. Kerjasama ini pun didukung oleh Kemendikbudristek melalui skema pemadanan pendanaan atau matching fund.
Di sisi lain, untuk jenjang pendidikan tinggi, Kemendikbudristek telah memberikan kemerdekaan yang lebih luas bagi mahasiswa untuk belajar di luar kampus melalui sejumlah program Kampus Merdeka. Salah satunya, Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB), yang memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk melakukan magang di perusahaan kelas dunia.
Lebih lanjut, ada pula program beasiswa yang dapat dikolaborasikan antar kedua negara. Nadiem mengungkapkan, kemitraan ini sudah terjalin. Saat ini, ada dua mahasiswa Papua Nugini yang ikut berpartisipasi dalam program Beasiswa Darmasiswa periode 2024/2025. Kemudian, tiga siswa dari Papua Nugini juga diterma dalam Program Beasiswa Kemitraan Negara Berkembang (KNB). ”Saya berharap kita dapat mendorong lebih banyak siswa atau pemuda Papua Nugini untuk berpartisipasi dalam program-program tersebut,” tuturnya.
Nadiem juga menyampaikan komitmen Indonesia untuk meningkatkan proses pengajaran dan pembelajaran di Papua Nugini. Salah satunya dengan mengirimkan tenaga pengajar dan keahlian dalam kurikulum atau bidang lain yang dibutuhkan oleh Papua Nugini melalui KBRI di Port Moresby. (*)
Sumber: Jawapos