Snap Mor Terpanjang Sepanjang Sejarah

Ritual Sasi Dilakukan Selama 2 Bulan

BIAK-Aksi Budaya Snap mor mencuri banyak perhatian warga masyarakat khususnya Kabupaten Biak Numfor. Sepanjang kegiatan snap mor yang pernah dilakukan di Biak, kali ini yang begitu fenomenal. Sepanjang pesisir pantai Insrombreok-Kampung Ambroben, disaat air surut pada Sabtu (22/6) tumpah oleh lautan manusia.

Diperkirakan ada sekitar 5000an pengunjung yang datang. Hal ini diluar kemampuan panitia kegiatan Snap Mor. Uniknya, kegiatan ini diusung oleh Gereja GKI Silo Ambroben. Menyiapkan sekitar 2500 lembar tiket, namun tiket diperkirakan habis saat penyelenggaraan snap mor ini berlangsung.

Ketua Dewan Adat Biak, M. Piter Yarangga, menyampaikan ini adalah bentuk upaya adat dan agama yang berkolaborasi membangun wisata yang berkearifan lokal, tanpa mengesampingkan kebutuhan alam.

M. Piter Yarangga menyampaikan, tingginya antusias masyarakat mengikuti snap mor kali ini karena memang pihak adat dan gereja sudah melakukan ritual ‘Sasi’. Ritual ini membatasi aktivitas di laut untuk mencari ikan. Dimana Aktivitas Snap Mor, adalah aktivitas masyarakat adat masyarakat Biak yang tinggal dipesisir, mencari ikan, atau guriita dan cumi dengan menggunakan ‘kalawai’ atau tombak bermata tajam yang diikat pada bambu atau kayu.

“Kali ini gereja menggandeng adat menciptakan revolusi. Dimana kita berkolaborasi membangun solusi dan edukasi. Mendorong masyarakat mencintai lingkungan alam laut. Faktanya masyarakat disini semua menggantungkan hidupnya di laut, kita coba mendidik masyarakat mencintai laut, dengan melakukan ritual ‘Sasi’,” paparnya.

Ritual Sasi ini kabarnya diinstruksikan langsung oleh Gereja melalui pendeta. Untuk tidak melakukan aktivitas sepanjang ritual ini diberlakukan. Akhirnya pada saat Event Snap Mor yang digelar kemarin, tidak satupun masyarakat yang pulang dengan tangan hanpa, hampir seluruhnya membawa hasil didalam ember, dan tersenyum sepanjang jalan.

Kegiatan Snap Mor yang dipenuhi antusias warga ini juga, membuat setidaknya UMKM dari masyarakat yang berjualan disepanjang pesisir pantai, juga mendapatkan hal positif. Ketua Panitia Pembangunan Jemaat GKI Silo Ambroben Mateus Ronsumbre, M.Th mengatakan seluruh UMKM yang berjualan disepanjang jalan tidak dipungut biaya. Tidak hanya masyarakat lokal yang terlihat berjualan, tetapi juga ada sejumlah masyarakat nusantara yang juga berjualan disekitar pantai.

“Kita sangat maksimal dengan tiket masuk, kita belum memastikan habis atau tidak, tapi kita lihat kasat mata saja, tiket yang dikeluarkan tidak cukup dari jumlah lautan manusia yang datang,” imbuhnya.

Diakui, tantangan dalam proses snap mor ini memang adalah bagaimana memastikan para pembeli tiket ini memang pulang dengan hasil yang memuaskan. Mereka pun sudah menyiapkan sejumlah ikan segar untuk dibawa pulang, khusus untuk ditukar dengan tiket yang sudah dibeli.

“Ini sudah lebih tertib, panitia memberikan gelang dan memastikan mereka yang membeli tiket mendapatkan hasil. Kita sudah konsolidasi ditiap rayon dan pintu-pintu masuk, mereka yang membeli harus mendapatkan ikan,” imbuhnya.

Dari kegiatan snap mor yang sukses ini, kata Mateus, pihaknya berharap masyarakat bisa mulai menyadari pentingnya menjaga kebiasaan kearifan lokal, dan juga tidak serakah, menjaga kebersihan laut, tidak melakukan aktivitas penangkapan ikan yang ilegal, tentu ekosistem laut akan terus berupaya memberikan timbal balik dengan kekayaan alamnya, bisa dirasakan oleh semua orang.

Kegiatan snap Mor ini juga dihadiri oleh pihak Gereja GKI SIlo Ambroben, juga hadir sejumlah pejabat seperti PJ Bupati Biak Sofia Bonsapia, unsur pimpinan TNI/Polri, pihak BUMN, dan juga pihak swasta dan sjumlah turis dari mancanegara. ( il).

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Ritual Sasi Dilakukan Selama 2 Bulan

BIAK-Aksi Budaya Snap mor mencuri banyak perhatian warga masyarakat khususnya Kabupaten Biak Numfor. Sepanjang kegiatan snap mor yang pernah dilakukan di Biak, kali ini yang begitu fenomenal. Sepanjang pesisir pantai Insrombreok-Kampung Ambroben, disaat air surut pada Sabtu (22/6) tumpah oleh lautan manusia.

Diperkirakan ada sekitar 5000an pengunjung yang datang. Hal ini diluar kemampuan panitia kegiatan Snap Mor. Uniknya, kegiatan ini diusung oleh Gereja GKI Silo Ambroben. Menyiapkan sekitar 2500 lembar tiket, namun tiket diperkirakan habis saat penyelenggaraan snap mor ini berlangsung.

Ketua Dewan Adat Biak, M. Piter Yarangga, menyampaikan ini adalah bentuk upaya adat dan agama yang berkolaborasi membangun wisata yang berkearifan lokal, tanpa mengesampingkan kebutuhan alam.

M. Piter Yarangga menyampaikan, tingginya antusias masyarakat mengikuti snap mor kali ini karena memang pihak adat dan gereja sudah melakukan ritual ‘Sasi’. Ritual ini membatasi aktivitas di laut untuk mencari ikan. Dimana Aktivitas Snap Mor, adalah aktivitas masyarakat adat masyarakat Biak yang tinggal dipesisir, mencari ikan, atau guriita dan cumi dengan menggunakan ‘kalawai’ atau tombak bermata tajam yang diikat pada bambu atau kayu.

“Kali ini gereja menggandeng adat menciptakan revolusi. Dimana kita berkolaborasi membangun solusi dan edukasi. Mendorong masyarakat mencintai lingkungan alam laut. Faktanya masyarakat disini semua menggantungkan hidupnya di laut, kita coba mendidik masyarakat mencintai laut, dengan melakukan ritual ‘Sasi’,” paparnya.

Ritual Sasi ini kabarnya diinstruksikan langsung oleh Gereja melalui pendeta. Untuk tidak melakukan aktivitas sepanjang ritual ini diberlakukan. Akhirnya pada saat Event Snap Mor yang digelar kemarin, tidak satupun masyarakat yang pulang dengan tangan hanpa, hampir seluruhnya membawa hasil didalam ember, dan tersenyum sepanjang jalan.

Kegiatan Snap Mor yang dipenuhi antusias warga ini juga, membuat setidaknya UMKM dari masyarakat yang berjualan disepanjang pesisir pantai, juga mendapatkan hal positif. Ketua Panitia Pembangunan Jemaat GKI Silo Ambroben Mateus Ronsumbre, M.Th mengatakan seluruh UMKM yang berjualan disepanjang jalan tidak dipungut biaya. Tidak hanya masyarakat lokal yang terlihat berjualan, tetapi juga ada sejumlah masyarakat nusantara yang juga berjualan disekitar pantai.

“Kita sangat maksimal dengan tiket masuk, kita belum memastikan habis atau tidak, tapi kita lihat kasat mata saja, tiket yang dikeluarkan tidak cukup dari jumlah lautan manusia yang datang,” imbuhnya.

Diakui, tantangan dalam proses snap mor ini memang adalah bagaimana memastikan para pembeli tiket ini memang pulang dengan hasil yang memuaskan. Mereka pun sudah menyiapkan sejumlah ikan segar untuk dibawa pulang, khusus untuk ditukar dengan tiket yang sudah dibeli.

“Ini sudah lebih tertib, panitia memberikan gelang dan memastikan mereka yang membeli tiket mendapatkan hasil. Kita sudah konsolidasi ditiap rayon dan pintu-pintu masuk, mereka yang membeli harus mendapatkan ikan,” imbuhnya.

Dari kegiatan snap mor yang sukses ini, kata Mateus, pihaknya berharap masyarakat bisa mulai menyadari pentingnya menjaga kebiasaan kearifan lokal, dan juga tidak serakah, menjaga kebersihan laut, tidak melakukan aktivitas penangkapan ikan yang ilegal, tentu ekosistem laut akan terus berupaya memberikan timbal balik dengan kekayaan alamnya, bisa dirasakan oleh semua orang.

Kegiatan snap Mor ini juga dihadiri oleh pihak Gereja GKI SIlo Ambroben, juga hadir sejumlah pejabat seperti PJ Bupati Biak Sofia Bonsapia, unsur pimpinan TNI/Polri, pihak BUMN, dan juga pihak swasta dan sjumlah turis dari mancanegara. ( il).

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos