Masyarakat yang tinggal di wilayah Kota Jayapura saat ini sudah mulai resah terutama sehubungan dengan pemanfaatan tempat pemakaman umum. Sebelumnya warga muslim dan Kristen sudah memiliki tempat pemakaman khusus yang disiapkan oleh pemerintah kota Jayapura di Buper Waena.
Dia mengatakan, di jembatan kali ekspo itu sudah sangat lama masyarakat membuang sampah. Sebenarnya membuang sampah di tempat sementara itu tidak menjadi soal, karena selalu rutin diangkat oleh petugas dinas terkait. Namun masalahnya saat ini justru banyak sekali sampah yang dibuang ke situ jatuh ke sungai.
Kapolres menerangkan, awalnya ada warga dari salah satu kelompok yang sedang memetik pinang di sekitaran lokasi kejadian. Warga yang sedang memetik pinang tersebut kemudian dipanah oleh oknum dari salah satu kelompok lainnya yang terlibat bentrok.
Belum lagi ia diduga dalam pengaruh minuman keras dan sebagian tubuhnya ada yang sudah menggantung ke luar selasar. Jika terjatuh maka besar kemungkinan ia akan tewas. Untungnya pihak hotel juga kooperatif dan memberi ruang kepada petugas tim Sar, tim Damkar, tim Tagana hingga aparat keamanan untuk berkolaborasi melakukan aksi menyelamatan.
Pantauan Cenderawasih Pos Kamis (16/1), menunjukkan air di Kali Biru meski tak begitu deras, namun mengalir jernih. Pemandangan ini semakin menarik perhatian, pasalnya meski terdapat jemuran pakaian dan barang-barang rumah tangga di pinggir kali, kondisi lingkungan tetap terlihat bersih dan rapi.
Bahkan diduga ada oknum ASN yang menjual kembali Bansos tersebut kepada masyarakat. Adapun keluhan ini disampaikan oleh masyarakat saat kegiatan reses yang dilakukan anggota DPRD Kota Jayapura, Deli Lusyana Watak. Deli mengaku dari agenda kelilingnya ke lima distrik ternyata ada keluhan warga terkait belum menerima Bansos PKH.
Penyerahan diawali untuk masyarakat Kampung Buti. Sebanyak 200 paket bantuan berisi sembako, buku, tas daqn kaos diserahkan kepada Kepala Kampung Buti Wahyuni Winoto. Kemudian 200 paket juga untuk warga yang ada di Pintu Air Transito, Kelurahan Maro. Terakhir 200 paket untuk warga yang tinggal di Jati-Jati, Kelurahan Rimba Jaya-Merauke.
"Kalau mereka punya pengeluaran konsumsinya di bawah Rp 1 juta per bulan, sehingga kita kategorikan miskin. Jadi kalau misalnya satu rumah tangga itu ada 4 orang, berarti rumah tangga mereka tingkat konsumsinya itu sekitar 4,6 atau 4,7 juta perbulan,"
Bukan hanya warga sekitar yang mengeluh, tetapi pengguna jalan yang melewati pinggiran kali tersebut pun merasa terganggu dengan bau yang muncul dari sungai tersebut. Apalagi keadaan tersebut di jalan yang sering dilewati masyarakat terutama pelajar.
“Apakah kita membiarkan 30 OPD itu mengalami kekosongan? Agar kerja dinas-dinas atau badan optimal, maka saya usulkan ke Mendagri. Dari usulan itu, berproses dan turunlah 17 yang bisa diseleksi,” terangnya.