Kejadian ini terjadi sekira pukul 00.26 WIT disaat mobil Damkar mendatangi lokasi kebakaran sebuah rumah milik Dr Ferdinand. Berawal dari informasi yang diterima bahwa telah terjadi kebakaran di wilayah Abepura. Dari laporan itu langsung disikapi Dinas Pemadam Pos Pasar Yotefa dengan mendatangi lokasi.
Polres Puncak Jaya telah melakukan olah TKP dan memeriksa saksi-saksi yang mengetahui terjadinya penembakan tersebut guna mengidentifikasi pelaku dan motif kekerasan menggunakan senjata api yang menyebabkan korban meninggal dunia. Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol. Ignatius Benny Ady Prabowo, saat dikonfirmasi telah membenarkan peristiwa penembakan tersebut.
“Jadi sementara kejadian tersebut kami duga kecelakaan lalulintas murni kemudian terlibat antara pejalan kaki atau penyeberang dengan roda 2 (yang dikendarai Anis-red) karena ditemukan banyaknya serpihan-serpihan atau bekas-bekas goresan dan patahan-patahan kendaraan roda 2 yang kami temukan,” kata AKP Boby
Berdasarkan keterangan seorang warga, Taufiq mengatakan, belum diketahui pasti penyebab kejadian ini. Namun, diduga warga melakukan protes karena ada seorang anak yang ditemukan tewas di tengah Jalan Sp1, Mimika.
Menurut keterangan Kapolsek Abepura, Kompol Komarul Huda, peristiwa kecelakaan tunggal itu bermula korban bernama E. Sepinus B. Deal bersama teman boncengannya almarhum Dipitung Yevince Mallo datang dari arah jalur alternatif menuju Furia Kotaraja menggunakan sepeda motor honda beat warna biru.
Berdasarkan data yang dihimpun dari Polres Jayawijaya untuk hari pertama saat awal mula bentrokan tersebut terdapat dua orang dari kelompok masyarakat Lanny Jaya dan akhirnya dibalas dengan melakukan penyerangan terhadap perumahan warga Nduga yang ada di Wamena. Akibatnya tiga orang warga Nduga meninggal dunia.
Diketahui jika para pendaki tersebut berada dalam satu tim yang terdiri dari enam orang yakni HH (45), BS (61), AP (69), AS, BH (39), HT (60). Mereka bertolak ke Tembagapura menggunakan sebuah mobil berjenis LWB pada 20 September 2024 dan menginap sebelum melakukan pendakian pada 21 September 2024.
Penyebab bentroknya sendiri hanya karena perempuan yang akhirnya merembet ke dua kelompok suku. Bentrok terjadi sekitar pukul 11.20 WIT di kompleks Kampung Sapalek Distrik Napua. Kapolres Jayawijaya AKBP Heri Wibowo mengatakan akibat konflik warga ini 1 warga meninggal dunia dan dua orang lainnya luka - luka yang salah satunya adalah anggota Polres Jayawijaya.
‘’Sementara ini, pelaku sedang kita periksa. Kita juga masih mendalami apakah pelaku sendiri atau ada teman pelaku yang terlibat,’’ jelasnya. Selain menangkap pelaku, Polisi juga telah berhasil mengamankan pisau yang digunakan pelaku menusuk bagian dada korban 1 kali yang menyebabkan korban meninggal.
Belum diketahui apa yang yang membuat korban tersebut mengakhiri hidupnya lebih cepat dengan cara gantung diri. Namun setelah mendapatkan laporan, Polisi segera datang dan membawa jenazah korban ke Kamar Jenazah RSUD Merauke untuk dilakukan visum.