Wakil Kepala sekolah (Wakasek) SLB Negeri Pembina Provinsi Papua, Sunarty, menyampaikan bahwa keterbatasan jumlah dan kualitas guru sangat berpengaruh, sementara anak difabel di sekolah itu ada berbagai macam keterbatasan.
Ketua PPDB SLB N-1 Jayapura, Tirza Fien Gagola, MM, mengatakannya bahwa pendaftaran di sekolah tersebut tidak kalah jauh berbeda dengan sekolah reguler. Tetapi yang berbeda kata Tirza adalah ada beberapa persyaratan yang mungkin di sekolah umum tidak ada.
Sebagai tenaga pendidik, guru juga bertanggungjawab tidak hanya kemampuan kognitif dari anak berkebutuhan khusus, tapi juga bertanggungjawab membentuk mental dan karakter si anak. Dengan begitu, harapan tumbuhnya rasa percaya diri dari anak berkebutuhan khusus bisa meminimalisir atau bahkan menghilangkan perundungan yang dialaminya.
Kepala Bidang Pendidikan Khusus Dinas Pendidikan Papua, Launrens Wantik mengungkapkan bahwa pendidikan luar biasa di Papua membutuhkan perhatian lebih dari pemerintah di kabupaten/kota. Khususnya untuk meningkatkan akses dan kualitas pendidikan anak-anak berkebutuhan khusus.
“Hari ini kita di Papua belum banyak fasilitas publik yang menyediakan sarana sarana yang diperuntukkan untuk teman teman yang mengalami disabilitas, ini juga menjadi masalah untuk kita,” terang Christian saat dikonfirmasi Cenderawasih Pos, Minggu (3/12).