Ketua Badan Pengurus Harian Aliansi Masyarakat Adat Nusantara AMAN wilayah Langkat, Sumatera Utara, Ansurdin mengatakan, masyarakat adat Langkat mengapresiasi dan mendukung pelaksanaan KMAN VI di wilayah adat Tabi, Papua.
Hajatan perempuan adat nusantara ini diwarnai dengan atraksi ritual adat dari mama-mama asal Dafonsoro Utara. Ritual adat ini oleh pemandu menyebutkan nama Tietiki atau sasi plar yang mengkisahkan tentang larangan menangkap ikan atau pengumpulan segala jenis biota laut yang berada dalam kawasan terumbu karang atau ref sebagai sumber kekayaan masyarakat adat pesisir Tanah Merah.
“Kami menempuh perjalanan spiritual ini untuk mengenali masalah hidup, jati diri yang sejati dan cara untuk berdamai dengan dunia. Kami membawa pesan perdamaian itu dalam KMAN ,” ungkap Noci saat menginjakkan kakinya di Pelabuhan Jayapura.
Sekretaris Jendral AMAN Rukka Sombolinggi mengatakan, penting untuk diketahui mengapa Kongres masyarakat Adat ini dilaksanakan di Papua. Point pentingnya adalah, apa yang dilakukan di Kabupaten Jayapura selama hampir 10 tahun belakangan ini, terutama Kebangkitan Masyarakat Adat yang sudah digagas oleh Bupati Jayapura Mathius Awoitauw selama kepemimpinannya bisa menjadi inspirasi bagi maayarakat dan pemerintah diwilayah lainya diseluruh Indonesia.
Bupati Jayapura. Mathius Awoitauw, SE M.Si., dalam sambutan menyampaikan bahwa kegiatan KMAN VI ini dibarengi dengan beberapa kegiatan pesta adat lokal lainnya, yang setiap tahun dilaksanakan di Kabupaten Jayapura.
Kedatangan mereka disambut meriah dari masyarakat adat Kabupaten Jayapura dengan tarian khas Papua. Kontingen ini datang ke Papua melalui Pelabuhan Laut Jayapura, meraka juga disambut oleh panitia dan paguyuban Sulawesi Tengah dalam hal ini Ikatan Keluarga Palu (IKP). Setiap tamu yang baru datang sudah langsung diarahkan untuk tempat pendaftaran di Puspenka Hawai.
Kehadiran KMAN ini dianggap sebagai jawaban untuk lebih memproteksi hak- hak masyarakat adat nusantara. Karena sejauh ini jika dilihat lebih dalam lagi, ada banyak tempat-tempat milik masyarakat adat yang negara lakukan intervensi, terutama lahan-lahan yang menurut masyarakat yang diambil dengan cara yang boleh dikatakan tidak ada keadilan.
Momen ini memperlihatkan bahwa Papua dalam suasana kondusif dan tidak seperti yang dibicarakan oleh banyak orang sebagai daerah konflik. Papua merupakan daerah damai.
Dalam rangkah itulah, Panitia Nasional maupun Panitia Lokal KMAN VI tahun 2022 menggelar pertemuan bersama Forum Komunikasi Lintas Kerukunan Nasional (Forum-LKN) Papua.