Kepada Cenderawasih Pos Kepsek SD tersebut mengaku memasuki pertengahan Mei 2025 sekolah yang ia pimpin itu terhambat dengan penyaluran MBG. Menurutnyak, sekolahnya hanya rutin mendapatkan program MBG satu minggu pasc
  Direktur Sekretariat Eksekutif YPPK Fransiskus Asisi Kota/Kabupaten Jayapura, Ferdinando Lase, menyampaikan kegiatan tersebut bertujuan membekali para guru dengan pemahaman dan keterampilan tentang implementasi pendid
Turut hadir Director dan Executive Vice President Sustainable Development PT Freport Indonesia, Claus Wamafma, Ketua Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme Kamoro (YPMAK), Leonardus Tumuka serta Bupati Mimika, Johannes
Wakil bupati Merauke Fauzun Nihayah saat membuka O2SN ini mengatakan, olympiade ini mnejadi kesempata bagi siswa siswi baik SD dan SMP tersebut mampu menunjukan kemampuannya baik di bidang olahraga, sains maupun budaya.
Meski terbilang tidak jauh dari pusat Kota Jayapura, namun keberadaan sekolah ini seolah luput dari perhatian pemerintah. Selain, belum mendapatkan program Makan Bergizi Gratis (MBG) hingga saat ini, akses jalan dan ba
 Menurut Ridho, tidak semua sekolah mendapatkan program MBG, berdasarkan juknisnya satu dapur hanya bisa mendapatkan 3.500-4.000 paket MBG. "Tidak semua, kami kan sesuai dengan juknis, satu dapur itu hanya 3.500-4.000.
 Meski penyampaian informasi program MBG ini di SD YPK Yoka terkesan mendadak, namun Kepala Sekolah Dasar (SD) YPK Yoka Baru, Welhelmina M Bano menyampaikan apresiasinya terhadap program MBG yang disalurkan kepada siswa
  Kebijakan ini sebagai langkah dalam mewujudkan Visi Misi Pemerintah Kota Jayapura Tahun 2025-2030 dalam peningkatan akses Kesehatan dan kualitas Pendidikan untuk Sumber Daya Manusia yang unggul di Kota Jayapura. Kare
Dana itu diberikan dengan harapan untuk membantu para siswa melunasi segala kebutuhan yang berkaitan dengan pendidikan di sekolah. Namun apa jadinya jika anggaran yang gelontorkan untuk menunjang pelaksanaan kegiatan pen
  Begitu juga dengan kebijakan Pemkot Jayapura yang memberikan BOS daerah untuk siswa-siswi kurang mampu, tetapi pada kenyataannya paling tinggi hanya 50% siswa dari setiap sekolah itu yang menggunakan dana itu untuk ke