Plt. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua, Dr.dr.Arry Pongtiku mengatakan, sepanjang tahun 2024, jumlah kasus baru TBC yang ditemukan sebanyak 6.644 kasus. Kemudian 896 orang diantaranya yang mengalami koinfeksi artinya TBC yang disertai HIV.
Diakuinya, dalam pertemuan tersebut, dibahas mengenai penyakit yang menjadi fokus perhatian pemerintah daerah, seperti TBC, malaria, HIV/AIDS, serta penyakit tidak menular lainnya.
Ketua Komisi D DPRK Jayapura, Deli Lusyana Watak menyampaikan bahwa untuk mengurangi penyebaran dari penyakit itu pemerintah seharusnya bersinergi untuk rutin melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait dengan dampak dari virus tersebut.
Menurut Sri Antari, berdasarkan kelurahan, wilayah paling tinggi ada di Distrik Jayapura Utara sebanyak 403 kasus, khusus penderita balita 241 sedangkan kelompok umur di atas 5 tahun sebanyak 162 kasus.
"Regulasi ini bukan berarti tidak bisa digunakan di rumah sakit, itu bisa saja berlaku dengan dua syarat. Pertama harus ada rujukan dari Fotocopy KTP dan yang kedua dalam kondisi darurat," ungkapnya. Hernawan berharap masyarakat khususnya peserta BPJS Kesehatan agar tidak mudah percaya dengan isu-isu yang tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Olah karena itu, untuk meminimalisir penyebaran penyakit infeksi menular di Kota Jayapura Pusat Kesehatan Reproduksi (PKR) Kotaraja rutin melaksanakan kegiatan pemeriksaan terhadap para pekerja hiburan malam.
Rabies adalah virus mematikan yang mudah menular dan menyerang susunan saraf pusat baik pada manusia maupun hewan-hewan seperti kera, kucing, kelelawar, maupun hewan berdarah panas lainnya.
Dia mengatakan penyakit yang paling berpotensi terjadi pada saat curah hujan tinggi adalah malaria, diare dan flu. Dirinya juga mewanti-wanti masyarakat terkait potensi penyebaran penyakit diare yang bisa saja terjadi.
Penularan virus ASF dapat melalui penularan langsung yaitu adanya kontak langsung dengan babi tertular ASF, kemudian penularan tidak langsung dapat melalui pakan sisa (swill), orang (peternak, pedagang, dokter hewan, paramedis, anak kandang,dll), fomites (objek atau material yang dapat membawa agen penyakit, antara lain: pakaian, sepatu/sandal, peralatan, kendaraan) Kepala Karantina Papua Selatan Cahyono mengatakan, tingkat kematian babi yang terkena mencapai 100%.
Plt Kepala Dinas Kesehatan Papua dr Arry Pongtiku mengatakan meningkatkan kasus PTM disebabkan perubahan gaya hidup. “Terjadi perubahan pola makan, banyak masyarakat yang mengonsumsi makanan siap saji, konsumsi alkohol dan kurang olahraga. Hal ini turut mempengaruhi penyakit tidak menular,” ucapnya kepada Cenderawasih Pos, Kamis (12/12)