Komunikasi dan koordinasi itu masih terus dilanjutkan agar memberikan pemahaman kepada masyarakat agar memahami upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah distrik Heram. "Sejauh ini kami sudah lakukan komunikasi kepada pihak-pihak terkait terutama pemerintah di tingkat distrik dan Kampung dan juga tokoh-tokoh masyarakat," ujarnya.
  Dewan kembali meminta Pemerintah Kota Jayapura harus mengambil langkah tegas untuk menindak para pedagang ini. Menurut Yusran Yunus, para pedagang yang menjual di pinggir jalan tersebut sangat menganggu aktivitas lalulintas masyarakat lain serta tatanan kota jadi terlihat semerawut dan kotor. Sehingga membuat area jalan tersebut semakin sempit.
  Melihat upaya penertiban yang dilakukan Pemkot, Evert N Merauje menilai bahwa pasar tersebut tidak berdiri sendiri, dalam hal ini pasti ada yang mengkordinir yang membuat para pedagang ini tidak patuh dengan langkah Pemkot.
Hal ini terjadi seperti aksi demo penolakan program MBG dimana sebagian pedagang yang ada di wilayah kota Wamena lebih memilih untuk menutup tempat usahanya dan lebih waspada dengan hal -hal yang tidak diinginkan, ini disebabkan karena masih ada trauma masa lalu terkait dengan kerusuhan 23 September 2019 lalu yang masih membekas.
“Kami harap wali kota dan wakil wali kota terpilih bisa melakukan pembenahan secara menyeluruh untuk aktivitas jual beli di Pasar Otonom, sehingga pedagang lebih tenang berjualan. Tidak seperti saat ini, di depan jalan. Jika musim hujan kami kehujanan, terkena polusi debu, dan menimbulkan resiko lainnya seperti macet," jelas Salim.
  Arifin menyatakan, saat ini kondisi bahu jalan baru otonom, di poros jalan Skyline-Tanah Hitam sudah hampir penuh dengan pedagang. Sehingga membuat area jalan tersebut semakin sempit. Selain keberadaan pedagang yang menumpuk, kondisi jalan semakin sempit ketika pada sisi jalan lainnya digunakan tempat parkir. Sehingga ruang untuk lalu lintas kendaraan semakin terbatas.
 Salah satu persoalan yang menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah kota adalah kondisi infrastruktur pasar yang sangat minim khususnya jalan. Pasar ini juga kerap menjadi bulan-bulanan banjir, sehingga membuat kondisi jalan di dalam pasar tersebut becek dan berlumpur.
  "Kalau menurut kami, kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah kemarin itu gagal. Menyuruh orang tidak boleh jual di dalam jalan masuk pasar, tetapi sekarang justru orang ramai-ramai jualan di jalan di luar sana, itu kegagalan," kata Supri Samber, salah satu warga yang ditemui di Pasar Otonom Kotaraja
  Menurutnya banjir yang menggenangi Pasar Youtefa kemarin itu menimbulkan kerugian bagi pedagang. Namun dia mengaku tidak rugi terlalu besar. Sementara itu, pedagang lain, Kristina (30) mengatakan, sejak Senin (3/2) pasca kejadian dirinya tetap berjualan meski tempat jualannya masih tergenang akibat banjir.
  Banjir tersebut berasal dari luapan sungai yang ada samping pasar, baik Kali Acay maupun Siborhonyi. Luapan kali ini diperparah karena tersumbatnya salura air akibat banyaknya sampah yang dibuang sembarangan.