Dia menjelaskan berdasar permodelan iklim Representative Concentration Pathways (RCP) 8,5 tanpa upaya mitigasi atau business as usual memperlihatkan saat musim kering. Atau sekitar periode Juni, Juli, dan Agustus, hampir seluruh wilayah Indonesia mengalami penurunan curah hujan kumulatif secara signifikan, dalam perbandingan dengan periode historis 1976-2005.
Oleh karena itu, Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Jayapura Edward Sihotang mengimbau, kepada masyarakat Kabupaten Jayapura dalam menghadapi perubahan cuaca tetap menjaga kesehatan dengan cara berperilaku hidup bersih dan sehat, menjaga pola makan yang bergizi dan tetap rajin berolahraga.
Dijelaskan, bagi para nelayan yang sering mencari ikan di laut dan tinggal di pesisir pantai seperti di Daerah Demta dan Depapre, diharapkan tetap selalu memantau kondisi gelombang air laut. Jika memang kondisi tidak bagus, jangan memaksakan diri karena ini menyangkut keselamatan para nelayan.
‘’Untuk kapal-kapal nelayan untuk selalu waspada di bagian wilayah Timur hingga sebagian wilayah Timika. Untuk pengaruhnya karena karateristik musim kemaru ini anginnya dari Australia atau angin Timur sehingga angin kencang menyebakan gelombang tingig sebagian di Merauke,’’ katanya.
Sehingga, warga mengalami gagal panen. Akibatnya, bencana kelaparan pun tak terelakkan. Terdapat dua gudang logistik yang dibangun pemerintah. Yakni, Gudang Logistik Distrik Sinak, dan Gudang Logistik Distrik Agandugume, di Kabupaten Puncak, Provinsi Papua Tengah.
Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Jayapura, Heri Purnomo, S.Si, pada, Selasa (6/8) menyampaikan bahwa penyebab gelombang tinggi, terjadi karena kecepatan angin yang terjadi di wilayah perairan utara Jayapura itu mencapai 16 - 20 knot, yang menyebabkan pergerakan arus dan gelombang.
Kecelakaan kapal masih mewarnai pelayaran di Kabupaten Merauke. Berdasarkan catatan dari Kantor Pencarian dan Pertolongan Merauke, selama 6 bulan terakhir terhitung sejak Januari-Juni 2024, tercatat 10 laporan yang diterima oleh Kantor SAR Merauke.
Menurut Ridwan, apalagi TMC hadir sebagai langkah preventif untuk mencegah terjadinya bencana hidrometeorologi yang mana hampir seluruh wilayah di Papua berpotensi terjadi peristiwa tersebut.
Direncanakan, pesawat Boeing 737-200 Surveillance milik TNI AU akan melakukan penyisiran sejauh perairan Timika, Asmat dan Dobo dengan jangkauan pencarian yang lebih luas menggunakan kamera pesawat.
Wayan meminta agar para nelayan tidak memaksakan diri untuk pergi melaut saat cuaca memburuk. Hal ini dilakukan agar mengantisipasi hal-hal yanh tidak diinginkan. “Memang hanya ramalan tapi bisa saja terjadi dan tidak,” kata Wayan.