Friday, November 22, 2024
34.7 C
Jayapura

Berada di Bawah Tekanan, Israel Tukar Tahanan Palestina dengan Sandera Gaza

PEMERINTAH Israel menghadapi tuntutan untuk menukar sekitar 229 sandera di Gaza dengan ribuan tahanan Palestina di penjara-penjara Israel.

Keluarga para sandera memperoleh dukungan besar pada hari Minggu dalam upaya mereka membujuk pemerintahan Benjamin Netanyahu untuk menegosiasikan pertukaran dengan Hamas.

Giora Eiland, mantan kepala Dewan Keamanan Nasional Israel serta surat kabar Haaretz meningkatkan seruan untuk menukar sekitar 5.000 warga Palestina termasuk militan Hamas dengan para tawanan di Gaza.

Dilansir dari The Guardian, beberapa kerabat menyampaikan pesan itu dalam pertemuan terbuka dengan Netanyahu pada hari Sabtu di Tel Aviv, di mana mereka mendirikan kamp di seberang kementerian pertahanan.

Pada hari Minggu, sebuah delegasi meminta presiden, Isaac Herzog, untuk menjadikan sandera sebagai agenda politik utama.

Baca Juga :  59 Tersangka Teroris Ditangkap Densus 88 Selama Bulan Oktober!

Kini serangan yang terjadi semakin sering terjadi di Gaza di mana jumlah korban tewas setelah tiga minggu pemboman telah melampaui 8.000 orang, menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas.

Kampanye pertukaran tahanan menambah tekanan Netanyahu ketika ia tiba-tiba berbalik arah setelah berusaha mengalihkan kesalahan atas kegagalan intelijen dan keamanan yang memungkinkan militan Hamas mengamuk di Israel selatan pada tanggal 7 Oktober.

Pada Minggu pagi, perdana menteri men-tweet bahwa para kepala keamanan, termasuk kepala intelijen militer dan kepala badan keamanan dalam negeri Shin Bet, yakin Hamas merasa gentar dan tidak punya rencana untuk menyerang.

“Ini adalah evaluasi yang berulang kali disampaikan kepada perdana menteri,” kata Netanyahu.

Baca Juga :  Syarat CPNS 2024, Lulusan SMA hingga S1, Usia 40 Tahun Masih Bisa Daftar

Namun beberapa jam kemudian dia menghapus tweet tersebut dan meminta maaf dengan mengatakan, “Saya salah dan sepenuhnya mendukung semua kepala lembaga keamanan.”

Bencana ini memicu teguran bahkan dari sekutunya dan memicu persepsi luas bahwa perdana menteri ingin menghindari pertanggungjawaban atas serangan terburuk dalam sejarah Israel. (*)

Sumber: The Guardian         |       Jawapos

PEMERINTAH Israel menghadapi tuntutan untuk menukar sekitar 229 sandera di Gaza dengan ribuan tahanan Palestina di penjara-penjara Israel.

Keluarga para sandera memperoleh dukungan besar pada hari Minggu dalam upaya mereka membujuk pemerintahan Benjamin Netanyahu untuk menegosiasikan pertukaran dengan Hamas.

Giora Eiland, mantan kepala Dewan Keamanan Nasional Israel serta surat kabar Haaretz meningkatkan seruan untuk menukar sekitar 5.000 warga Palestina termasuk militan Hamas dengan para tawanan di Gaza.

Dilansir dari The Guardian, beberapa kerabat menyampaikan pesan itu dalam pertemuan terbuka dengan Netanyahu pada hari Sabtu di Tel Aviv, di mana mereka mendirikan kamp di seberang kementerian pertahanan.

Pada hari Minggu, sebuah delegasi meminta presiden, Isaac Herzog, untuk menjadikan sandera sebagai agenda politik utama.

Baca Juga :  Paus Fransiskus Serukan Bencana Kemanusiaan di Jalur Gaza Segera Dihentikan

Kini serangan yang terjadi semakin sering terjadi di Gaza di mana jumlah korban tewas setelah tiga minggu pemboman telah melampaui 8.000 orang, menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas.

Kampanye pertukaran tahanan menambah tekanan Netanyahu ketika ia tiba-tiba berbalik arah setelah berusaha mengalihkan kesalahan atas kegagalan intelijen dan keamanan yang memungkinkan militan Hamas mengamuk di Israel selatan pada tanggal 7 Oktober.

Pada Minggu pagi, perdana menteri men-tweet bahwa para kepala keamanan, termasuk kepala intelijen militer dan kepala badan keamanan dalam negeri Shin Bet, yakin Hamas merasa gentar dan tidak punya rencana untuk menyerang.

“Ini adalah evaluasi yang berulang kali disampaikan kepada perdana menteri,” kata Netanyahu.

Baca Juga :  Biden Peringatkan: Akan jadi Kesalahan Besar Jika Israel Ingin Duduki Gaza

Namun beberapa jam kemudian dia menghapus tweet tersebut dan meminta maaf dengan mengatakan, “Saya salah dan sepenuhnya mendukung semua kepala lembaga keamanan.”

Bencana ini memicu teguran bahkan dari sekutunya dan memicu persepsi luas bahwa perdana menteri ingin menghindari pertanggungjawaban atas serangan terburuk dalam sejarah Israel. (*)

Sumber: The Guardian         |       Jawapos

Berita Terbaru

Artikel Lainnya