Gantikan Tugas KRI Barakuda-633 yang Sudah Berusia Tua
JAKARTA – Angkatan Laut tengah membangun kapal khusus untuk kegiatan kepresidenan di Batam, Kepulauan Riau. Senin (20/6) Presiden Indonesia ke-5 Megawati Soekarnoputri menyematkan nama Bung Karno untuk kapal tersebut. Prosesi itu sekaligus meresmikan nama kapal yang dibuat oleh PT Karimun Anugrah Sejati tersebut. Yakni KRI Bung Karno-369.
Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Yudo Margono menyampaikan bahwa pemilihan nama tersebut dilandasi beberapa hal. Di antaranya TNI AL sudah menamai banyak KRI dengan nama sejumlah pahlawan. Namun, belum ada satupun KRI yang dinamai Bung Karno. ”Kebetulan kapal (yang sedang dibangun) juga kapal kepresidenan sehingga sangat tepat (menggunakan nama Bung Karno),” jelas Yudo saat diwawancarai di Balai Samudra, Jakarta Utara.
Alasan lain pemilihan nama tersebut, lanjut Yudo, Bung Karno merupakan penggagas Sistem Senjata Armada Terpadu (SSAT) yang digunakan oleh TNI AL. Sumbangsih presiden pertama Indonesia terhadap Angkatan Laut juga sangat besar. Soekarno yang memberikan panji-panji untuk pasukan elit TNI AL yang kini bernama Korps Marinir. Tidak hanya itu, Soekarno juga yang membentuk Pusat Penerabanga TNI AL (Puspenerbal) di Jawa Timur.
Menurut Yudo, peran besar Soekarno terhadap pengembangan Matra Laut sudah lebih dari cukup menjadi alasan pemilihan nama Bung Karno sebagai kapal kepresidenan. ”Saya sudah izin kepada keluarga beliau, kepada putrinya (Megawati, Red). Dan beliau setuju,” imbuhnya. Bahkan Megawati sendiri yang meresmikan penamaan KRI tersebut. Dalam kesempatan yang sama, Megawati juga menjadi pengisi acara Penguatan Pembinaan Mental Ideologi Prajurit TNI AL.
KRI Bung Karno-369 merupakan kapal berjenis korvet. Kapal tersebut memiliki panjang 73 meter dan lebar 12 meter. Dalam setiap pelayarannya, kapal kepresidenan itu diawaki 55 pelaut. Khusus untuk sistem persenjataan, TNI AL menyematkan meriam kaliber 40 milimeter dan dua senjata lain berkaliber 20 milimeter. ”Kapal itu akan memiliki senjata anti serangan udara dan disiapkan juga untuk CMS (Combat Management System, Red) maupun rudalnya,” terang KSAL.
Selain itu, KRI Bung Karni-369 juga dilengkapi helipad seperti yang dimiliki KRI Bung Tomo-357. ”Sehingga sewaktu-waktu presiden tidak naik dari dermaga. Tapi, langsung di tengah laut, bisa menggunakan helikopter,” jelas Yudo. Dia mengakui kemampuan tempur KRI tersebut memang terbatas. Namun kedepannya, sangat mungkin bila kapal itu diperkuat dengan penambahan sistem senjata berupa sonar dan torpedo.
Untuk membangun kapal kepresidenan tersebut, anggaran yang dikeluarkan mencapai Rp 300 miliar. Waktu pembangunannya berjalan kurang lebih satu tahun. ”Nanti kurang lebih pada Februari 2023, kapal itu akan jadi,” imbuh orang nomor satu di TNI AL tersebut. Dalam operasionalnya nanti, KRI Bung Karno-369 akan menggantikan peran KRI Barakuda-633. Komando Armada (Koarmada) I yang nantinya akan mengoperasikan KRI Bung Karno-369.
Pejabat yang pernah bertugas sebagai panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Kogabwilhan) I itu menyatakan bahwa KRI Barakuda-633 sudah berusia tua. Kemampuan mesinnya sudah menurun. Demikian pula dengan kecepatannya. Sehingga kapal tersebut akan dimodernisasi bila KRI Bung Karno-369 sudah selesai dikerjakan. ”Akan kami kembalikan fungsinya menjadi kapal patroli,” jelas Yudo. (syn/JPG)