Wednesday, November 12, 2025
30.7 C
Jayapura

Suhu Udara Global Naik 1,5 Derajat Lebih Panas

Dampaknya juga dirasakan langsung oleh miliaran orang di seluruh dunia. Berdasarkan laporan dari Euronews Green, sekitar 4 miliar orang mengalami setidaknya satu bulan tambahan suhu panas ekstrem sepanjang tahun 2024. Panas yang menyengat ini membuat banyak orang menderita kelelahan, dehidrasi, bahkan kematian akibat suhu tinggi.

Beberapa negara mengalami dampak yang lebih parah. Di India, suhu mencapai lebih dari 50°C, sementara di beberapa wilayah Eropa dan Afrika, musim panas berlangsung lebih lama dari biasanya. Kondisi ini mengganggu kesehatan, pertanian, dan pasokan air bersih. Banyak tanaman gagal panen karena kekeringan dan banyak daerah menghadapi krisis air.

Peningkatan suhu juga terus terjadi di awal tahun ini. Berdasarkan laporan dari Reuters, bulan Mei 2025 menjadi bulan Mei terpanas kedua dalam sejarah dunia. Data dari lembaga pengamatan iklim Eropa, Copernicus Climate Change Service (C3S), menunjukkan bahwa 21 dari 22 bulan terakhir mencatat suhu rata-rata global lebih tinggi dari 1,5 derajat Celsius, batas aman yang disepakati dalam Paris Agreement.Kondisi ini membuat para ahli iklim khawatir.

Baca Juga :  Panas Terik Belakangan Ini karena Gelombang Panas? Ini Penjelasan BMKG

Mereka memperingatkan bahwa jika dunia tidak segera mengurangi emisi gas rumah kaca, suhu global bisa melewati 2 derajat Celsius sebelum tahun 2050. Jika itu terjadi, dampak perubahan iklim akan jauh lebih berat, lebih banyak bencana, gagal panen, dan hilangnya keanekaragaman hayati.

Sekretaris Jenderal WMO, Prof. Celeste Saulo, mengatakan bahwa situasi ini adalah “peringatan keras bagi seluruh dunia.” Ia menegaskan bahwa semua negara harus segera bertindak, dengan cara mengurangi emisi karbon, beralih ke energi ramah lingkungan, dan memperkuat sistem peringatan dini untuk menghadapi bencana iklim.

Dampaknya juga dirasakan langsung oleh miliaran orang di seluruh dunia. Berdasarkan laporan dari Euronews Green, sekitar 4 miliar orang mengalami setidaknya satu bulan tambahan suhu panas ekstrem sepanjang tahun 2024. Panas yang menyengat ini membuat banyak orang menderita kelelahan, dehidrasi, bahkan kematian akibat suhu tinggi.

Beberapa negara mengalami dampak yang lebih parah. Di India, suhu mencapai lebih dari 50°C, sementara di beberapa wilayah Eropa dan Afrika, musim panas berlangsung lebih lama dari biasanya. Kondisi ini mengganggu kesehatan, pertanian, dan pasokan air bersih. Banyak tanaman gagal panen karena kekeringan dan banyak daerah menghadapi krisis air.

Peningkatan suhu juga terus terjadi di awal tahun ini. Berdasarkan laporan dari Reuters, bulan Mei 2025 menjadi bulan Mei terpanas kedua dalam sejarah dunia. Data dari lembaga pengamatan iklim Eropa, Copernicus Climate Change Service (C3S), menunjukkan bahwa 21 dari 22 bulan terakhir mencatat suhu rata-rata global lebih tinggi dari 1,5 derajat Celsius, batas aman yang disepakati dalam Paris Agreement.Kondisi ini membuat para ahli iklim khawatir.

Baca Juga :  Polisi Belum Temukan Indikasi Keterlibatan BCL

Mereka memperingatkan bahwa jika dunia tidak segera mengurangi emisi gas rumah kaca, suhu global bisa melewati 2 derajat Celsius sebelum tahun 2050. Jika itu terjadi, dampak perubahan iklim akan jauh lebih berat, lebih banyak bencana, gagal panen, dan hilangnya keanekaragaman hayati.

Sekretaris Jenderal WMO, Prof. Celeste Saulo, mengatakan bahwa situasi ini adalah “peringatan keras bagi seluruh dunia.” Ia menegaskan bahwa semua negara harus segera bertindak, dengan cara mengurangi emisi karbon, beralih ke energi ramah lingkungan, dan memperkuat sistem peringatan dini untuk menghadapi bencana iklim.

Berita Terbaru

Artikel Lainnya