“Nah disinilah peran kepala daerah untuk memastikan agar Dinas Sosial serta Dinas Pendidikan dapat bergerak bersama-sama. Kemudian daerah juga bisa mengalokasikan anggarannya untuk penanganan anak jalanan,”usulnya, usai menghadiri acara peluncuran buku yang berjudul’Antara Kenyataan dan Harapan’ di Aula FISIP Uncen, Rabu (29/10).
Menurut prof yang akrab disapa Ave ini bahwa masalah anak jalanan seringkali disebabkan oleh latar belakang orang tua yang tidak mampu atau ‘broken home’.
Oleh karena itu, untuk mengatasi hal ini, perlu ada pendidikan luar sekolah yang lebih intensif bagi orang tua, serta persiapan yang matang sebelum menikah, khususnya dalam aspek ekonomi untuk membiayai anak-anak terkait kesehatan, ekonomi, dan kegiatan sosial lainnya.
”Terdapat tantangan di Papua, banyak orang tua mulai menelantarkan anak-anak mereka. Secara data, jumlah anak jalanan di Papua mungkin terlihat sedikit, namun fenomena ini diibaratkan gunung menunjukkan banyak kasus tersembunyi yang belum tertangani dan berkontribusi pada tingkat kemiskinan,” ungkapnya.
Menghadapi persoalan sosial ini, tidak hanya pemerintah yang diharapkan berperan, tetapi juga partisipasi masyarakat. Selain itu, pentingnya administrasi kesejahteraan sosial yang baik, dengan pencatatan data penduduk, tingkat ekonomi, dan masalah dasar kehidupan masyarakat secara akurat, ditekankan untuk perumusan kebijakan yang tepat.
Prof Ave juga menyoroti masalah rumah singgah untuk anak-anak jalanan ini. Menurutnya, sekarang ini di Kota Jayapura keberadaan rumah singgah sangatlah banyak, namun tidak dimanfaatkan maksimal oleh pemerintah setempat.