Friday, November 22, 2024
24.7 C
Jayapura

Potensi Hujan Masih Terjadi, Masyarakat Diimbau Waspada

JAYAPURA – Beberapa hari terakhir Kota Jayapura dan sekitarnya diguyur hujan dan angin kencang. Kondisi ini mengakibatkan sejumlah pohon di beberapa titik di jalan kota Jayapura tumbang. Tak hanya itu lapak dan tenda jualan milik pedang kaki lima di pinggiran jalan, toko, dan pasar tanpak sebagian memilih tubuh karena cuaca tidak mendukung.

  Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) wilayah V Jayapura memperkirakan kondisi ini akan terjadi hingga satu pekan ke depan. Untuk itu masyarakat diimbau untuk tetap waspada terhadap potensi longsor di daerah lereng atau perbukitan.

   Demikian yang disampaikan Ketua Tim Layanan Meteorologi Publik, BMKG Wilayah V Jayapura, Ezri Ronsumbre, saat dihubungi Cenderawasih Pos, Kamis (24/10).

  Ezri menjelaskan monitoring Musim Hujan Papua pada Dasarian II, Oktober 2024 menunjukkan bahwa wilayah Zona Musim (ZOM) tipe Monsunal 2, meliputi Kabupaten Jayapura dan Kabupaten Keerom bagian selatan, telah mulai memasuki periode musim hujan.

Baca Juga :  Pertanggungjawaban APBD Induk dan Perubahan Harus Cepat Diselesaikan

   Sementara itu wilayah Kota Jayapura, Kabupaten Keerom bagian utara, dan enam kabupaten lainnya mengalami hujan sepanjang tahun karena termasuk tipe hujan satu musim. Secara umum, kata Ezri, pola hujan di Provinsi Papua dipengaruhi angin monsun, sehingga curah hujan di wilayah dengan dua musim maupun satu musim akan meningkat selama periode angin Monsun Baratan, atau saat gerak semu matahari berada di belahan bumi Selatan.

   Dia mengatakan saat ini, gerak semu matahari telah meninggalkan garis ekuator menuju selatan, menyebabkan pemanasan suhu muka laut di wilayah utara Papua dan peningkatan suplai uap air, yang memicu lebih banyak hujan.

   “Dinamika atmosfer terkini menunjukkan anomali suhu muka laut lebih dari +1°C di atas rata-rata, dengan akumulasi uap air yang tinggi di atmosfer Papua. Ini kondisi normal menjelang pergantian musim atau monsun dari monsun timur menjadi monsun barat akibat gerak semu matahari. Sehingga cuaca didominasi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat, kadang disertai badai guntur dan angin kencang,” jelas Ezri.

Baca Juga :  Dinas Perikanan  Kembangkan Budidaya Ikan Laut

   Tak hanya itu, Ezri juga menjelaskan pada wilayah utara pulau Papua juga terdapat adanya pola siklonik yang dapat menyebabkan pertumbuhan awan-awan konvektif yang berpengaruh terhadap peningkatan curah hujan khususnya di wilayah utara Papua.

JAYAPURA – Beberapa hari terakhir Kota Jayapura dan sekitarnya diguyur hujan dan angin kencang. Kondisi ini mengakibatkan sejumlah pohon di beberapa titik di jalan kota Jayapura tumbang. Tak hanya itu lapak dan tenda jualan milik pedang kaki lima di pinggiran jalan, toko, dan pasar tanpak sebagian memilih tubuh karena cuaca tidak mendukung.

  Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) wilayah V Jayapura memperkirakan kondisi ini akan terjadi hingga satu pekan ke depan. Untuk itu masyarakat diimbau untuk tetap waspada terhadap potensi longsor di daerah lereng atau perbukitan.

   Demikian yang disampaikan Ketua Tim Layanan Meteorologi Publik, BMKG Wilayah V Jayapura, Ezri Ronsumbre, saat dihubungi Cenderawasih Pos, Kamis (24/10).

  Ezri menjelaskan monitoring Musim Hujan Papua pada Dasarian II, Oktober 2024 menunjukkan bahwa wilayah Zona Musim (ZOM) tipe Monsunal 2, meliputi Kabupaten Jayapura dan Kabupaten Keerom bagian selatan, telah mulai memasuki periode musim hujan.

Baca Juga :  Warga Bhayangkara Keluhkan Masalah Air Bersih

   Sementara itu wilayah Kota Jayapura, Kabupaten Keerom bagian utara, dan enam kabupaten lainnya mengalami hujan sepanjang tahun karena termasuk tipe hujan satu musim. Secara umum, kata Ezri, pola hujan di Provinsi Papua dipengaruhi angin monsun, sehingga curah hujan di wilayah dengan dua musim maupun satu musim akan meningkat selama periode angin Monsun Baratan, atau saat gerak semu matahari berada di belahan bumi Selatan.

   Dia mengatakan saat ini, gerak semu matahari telah meninggalkan garis ekuator menuju selatan, menyebabkan pemanasan suhu muka laut di wilayah utara Papua dan peningkatan suplai uap air, yang memicu lebih banyak hujan.

   “Dinamika atmosfer terkini menunjukkan anomali suhu muka laut lebih dari +1°C di atas rata-rata, dengan akumulasi uap air yang tinggi di atmosfer Papua. Ini kondisi normal menjelang pergantian musim atau monsun dari monsun timur menjadi monsun barat akibat gerak semu matahari. Sehingga cuaca didominasi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat, kadang disertai badai guntur dan angin kencang,” jelas Ezri.

Baca Juga :  Kampanye Dimulai, KPU Ingatkan Larangan yang Harus Ditaati 

   Tak hanya itu, Ezri juga menjelaskan pada wilayah utara pulau Papua juga terdapat adanya pola siklonik yang dapat menyebabkan pertumbuhan awan-awan konvektif yang berpengaruh terhadap peningkatan curah hujan khususnya di wilayah utara Papua.

Berita Terbaru

Artikel Lainnya