JAYAPURA – Festival Kampung Nelayan (FKN) yang digagas Dinas Pariwisata Kota Jayapura, Ahad (23/2) resmi ditutup. Wakil Wali Kota Jayapura, Ir H Rustan Saru MM yang menutup acara tersebut menekankan untuk lebih menjaga keberadaan Kampung Nelayan. Dengan Infrastruktur yang sudah dibangun oleh Kementerian PUPR setidaknya itu bisa dirawat dengan tidak nyampah sembarang dan memastikan bahwa lokasi tersebut layak untuk dijadikan salah satu destinasi wisata.
Rustan mengembalikan mimpi tersebut ke masyarakat apakah festival serupa bisa diterima atau cukup hanya sekali. Respon masyarakat sangat positif dan meminta festival serupa menjadi agenda tetap. “Ini yang perdana dan kami mencoba melihat animo masyarakat dan ternyata tinggi juga,” kata Rustan di hadapan hampir 1000 pengunjung akhir pekan kemarin. Rustan meminta festival ini dievaluasi dan ke depannya tenda-tenda diperbanyak dan ditata lebih apik.
Dari kegiatan dua hari ini memang ada banyak yang perlu dievaluasi dimana dari beberapa pantauan Cenderawasih Pos di lapangan dengan space yang tidak terlalu luas membuat banyak pengunjung berdesak-desakan. Selain itu MC berkali-kali mengingatkan untuk tidak bersandar di pagar karena bisa roboh. “Ini bisa jadi catatan karena MC juga mengatakan tak ada tim SAR yang disiapkan jika ada yang terjatuh. Artinya pengunjung datang ke lokasi wisata yang masih rawan. Harusnya semua disiapkan,” kata Marvin salah satu pengunjung.
Selain itu tak ada stage atau panggung induk yang menjadi perhatian utama mengunjung dan pengunjung dilarang melintas di belakang panggil mungil. “Nah ini juga, kalau dilarang harusnya itu jadi steril area dan dibatasi atau diberi pagar. Jangan dibiarkan terbuka kemudian melarang pengunjung berdiri di belakang,” bebernya. Selain itu MC hanya terlihat sibuk mengingatkan untuk jangan mengganggu kabel sound system artinya kabel sound harusnya berada di tempat yang memang tidak bisa dijangkau pengunjung agar tak ada peringatan ini.
“MCK juga tidak ada dan konsepnya sedikit membingungkan karena acaranya kampung nelayan tapi kekuatan isu nelayannya sangat kecil dibanding konten acara yang lain. Yang berkaitan hanya soal perahu hias. Tapi ini masukan buat panitia,” singkat Rose, satu pengunjung lainnya. (ade/wen)
MC Disibukkan Ingatkan Kabel Sound
JAYAPURA – Festival Kampung Nelayan (FKN) yang digagas Dinas Pariwisata Kota Jayapura, Ahad (23/2) resmi ditutup. Wakil Wali Kota Jayapura, Ir H Rustan Saru MM yang menutup acara tersebut menekankan untuk lebih menjaga keberadaan Kampung Nelayan. Dengan Infrastruktur yang sudah dibangun oleh Kementerian PUPR setidaknya itu bisa dirawat dengan tidak nyampah sembarang dan memastikan bahwa lokasi tersebut layak untuk dijadikan salah satu destinasi wisata.
Rustan mengembalikan mimpi tersebut ke masyarakat apakah festival serupa bisa diterima atau cukup hanya sekali. Respon masyarakat sangat positif dan meminta festival serupa menjadi agenda tetap. “Ini yang perdana dan kami mencoba melihat animo masyarakat dan ternyata tinggi juga,” kata Rustan di hadapan hampir 1000 pengunjung akhir pekan kemarin. Rustan meminta festival ini dievaluasi dan ke depannya tenda-tenda diperbanyak dan ditata lebih apik.
Dari kegiatan dua hari ini memang ada banyak yang perlu dievaluasi dimana dari beberapa pantauan Cenderawasih Pos di lapangan dengan space yang tidak terlalu luas membuat banyak pengunjung berdesak-desakan. Selain itu MC berkali-kali mengingatkan untuk tidak bersandar di pagar karena bisa roboh. “Ini bisa jadi catatan karena MC juga mengatakan tak ada tim SAR yang disiapkan jika ada yang terjatuh. Artinya pengunjung datang ke lokasi wisata yang masih rawan. Harusnya semua disiapkan,” kata Marvin salah satu pengunjung.
Selain itu tak ada stage atau panggung induk yang menjadi perhatian utama mengunjung dan pengunjung dilarang melintas di belakang panggil mungil. “Nah ini juga, kalau dilarang harusnya itu jadi steril area dan dibatasi atau diberi pagar. Jangan dibiarkan terbuka kemudian melarang pengunjung berdiri di belakang,” bebernya. Selain itu MC hanya terlihat sibuk mengingatkan untuk jangan mengganggu kabel sound system artinya kabel sound harusnya berada di tempat yang memang tidak bisa dijangkau pengunjung agar tak ada peringatan ini.
“MCK juga tidak ada dan konsepnya sedikit membingungkan karena acaranya kampung nelayan tapi kekuatan isu nelayannya sangat kecil dibanding konten acara yang lain. Yang berkaitan hanya soal perahu hias. Tapi ini masukan buat panitia,” singkat Rose, satu pengunjung lainnya. (ade/wen)