Lebih lanjut Prof Ary mengatakan kedepan RCOE memastikan kualitas pelaksanaan program MBG berjalan baik di Tanah Papua. “RCOE ini semacam lembaga yang di dalamnya ada beberapa pusat studi yang tergabung seperti pusat studi pembangunan, gizi, gender, dan pusat antropologi sehingga kami semua akan melakukan kajian terkait pelaksanaan MBG,” jelas Prof Ary, Senin (14/7).
Menurut Prof Ary, pelaksanaan program MBG di Papua tidak hanya dari sisi kesehatan saja, tetapi juga dilihat dari budaya masyarakat setempat sehingga tidak terjadi penolakan MBG di daerah.
Dia menjelaskan langkah awal yang akan dilakukan oleh lembaga tersebut adalah melakukan survei awal pada tiga daerah yang menjadi proyek percontohan, yakni Kota dan Kabupaten Jayapura serta Kabupaten Biak Numfor untuk mengambil data terkait status gizi dan pendidikan anak.
Ia menyebut kunci utama program MBG di Papua ini sebenarnya selain kebersihan, tetap jaga supplay chain (rantai pasok) seperti sayuran karena hal ini harus berkelanjutan. program MBG juga harus memberikan dampak terhadap peningkatan ekonomi lokal, sehingga pihaknya terus berkoordinasi dengan Institut Pertanian Bogor (ITB).
“Perlu diingat program ini harus berjalan terus, kalau tidak setengah mati. Ini yang kita cari solusi terbaik bagaimana menggabungkan produk ini dengan IPB,” pungkasnya.(jim/tri)
Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS https://www.myedisi.com/cenderawasihpos