Friday, April 26, 2024
32.7 C
Jayapura

Pemkot Lambat Naikan Tarif, Sopir Angkot Mogok

JAYAPURA – Pemerintah Kota Jayapura dan Provinsi Papua dinilai lamban dalam menerapkan harga tarif yang disepakati. Hal ini menyebabkan sejumlah sopir angkot di sejumlah trayek angkutan di Kota Jayapura, khususnya trayek Abe-Waena  memilih melakukan aksi mogok secara serentak.

Ketua Ikatan Keluarga Besar Sopir (IKBS) Abe-Waena Laode Yasis mengatakan aksi mogok  kemarin terkait tuntutan penyesuaian tari angkot. Menurutnya, tarif  yang berlaku sampai saat ini  Rp 5.000, tarif ini berdasarkan waktu ada premium dengan harga Rp. 6.450/liter. Namun, karena saat ini premium sudah ditiadakan, maka secara otomatis para sopir beralih ke pertalite dengan harga Rp.7.650 per liter.

  Menurut Laode Yasis, sebelumnya para sopir telah memperjuangkan agar ada peningkatan harga tarif penumpang, mengingat naiknya harga pertalite. Namun hingga saat ini belum ada respon dari pemerintah meski telah disepakati.

  “Perjuangan ini kami sudah minta kepada Pemerintah Kota Jayapura beberapa waktu lalu, dan rapat Walikota sudah 4 kali dan mendapat hasil kesepakatan, tetapi belum diterapkan sampai hari ini. Pertemuan ini, melibatkan Pertamina DPR Kota Komisi B, organda dan kami dari asosiasi sopir bersama wakil walikota, dan sudah dibicarakan dan sudah ada kesepakatan tetapi belum diterapkan,” katanya.

Baca Juga :  Niat Buang Air dari Jembatan Youtefa  Berujung Maut

   Menurut Yasis, untuk kesepakatan sendiri soal harga tarif disesuaikan dengan jarak tempuh.

“Yang kami sepakati untuk harga tarif bagi penumpang itu Rp 4.000 untuk pelajar dan Rp 6.000 untuk penumpang umum, kami sepakat Februari tanggal 9, tapi dengan berjalannya waktu sampai saat ini,  akhirnya teman-teman sopir tidak bisa menahan maka mereka lakukan mogok, karena tidak ada hasil,” katanya.

  Bahkan mereka juga mengatakan dengan tidak adanya ketegasan pemerintah membuat mereka harus menjadi korban dengan harga tarif yang tidak dinaikkan, sementara harga pertalite mengalami kenaikan. Hal ini tentu mempengaruhi ekonomi para sopir.

  “Apa yang kita sepakati itu tidak ada hasil, dan mereka sopir untuk membeli beras di rumah untuk anak istri malah harus dihabiskan hanya untuk membeli BBM, karena harganya Rp 7.650 dari harga awal hanya Rp 6.400, kerugian para Sopir itu sekitar Rp. 1.200 per liternya,” katanya.

Baca Juga :  Cegah Korupsi, Pemkot Wajibkan Pegawai Terapkan Enam Standar Kerja

  Hal ini berdampak hampir semua para sopir taksi dari wilayah Waena sampai dengan pasir 2 Dok  9,  maka mereka lakukan mogok dari pagi sampai dengan siang hari.

  “Jika sejak awal pemerintah tanggap dan cepat menyelesaikan hal ini, tidak mungkin  ada mogok dan masyarakat menjadi korban, tapi Pemerintah Kota Jayapura terkesan lambat dan jalan di tempat.” sesalnya.

  Awalnya mereka ingin melakukan mogok sehari penuh. Tetapi setelah ada kesepakatan bersama dan disepakati Kapolsek Heram juga menginstruksikan kepada kami untuk tetap saja menjalankan dengan harga yang telah ditetapkan, meski belum di-SK-kan karena menurutnya harga yang disepakati tersebut tidak akan berubah, sehingga meski belum di SK kan para sopir silahkan dengan harga yang telah disepakati untuk mengambil penumpang. Dari kesepakatan tersebut sehingga mereka kembali melakukan aktivitas seperti biasa.

   Akibat dari mogok itu, dari pantauan Cenderawasih Pos, banyak masyarakat terlantar di beberapa titik yang menjadi langganan mereka untuk menumpang   angkot sehingga aktivitas mereka pun terganggu. (oel/tri)

JAYAPURA – Pemerintah Kota Jayapura dan Provinsi Papua dinilai lamban dalam menerapkan harga tarif yang disepakati. Hal ini menyebabkan sejumlah sopir angkot di sejumlah trayek angkutan di Kota Jayapura, khususnya trayek Abe-Waena  memilih melakukan aksi mogok secara serentak.

Ketua Ikatan Keluarga Besar Sopir (IKBS) Abe-Waena Laode Yasis mengatakan aksi mogok  kemarin terkait tuntutan penyesuaian tari angkot. Menurutnya, tarif  yang berlaku sampai saat ini  Rp 5.000, tarif ini berdasarkan waktu ada premium dengan harga Rp. 6.450/liter. Namun, karena saat ini premium sudah ditiadakan, maka secara otomatis para sopir beralih ke pertalite dengan harga Rp.7.650 per liter.

  Menurut Laode Yasis, sebelumnya para sopir telah memperjuangkan agar ada peningkatan harga tarif penumpang, mengingat naiknya harga pertalite. Namun hingga saat ini belum ada respon dari pemerintah meski telah disepakati.

  “Perjuangan ini kami sudah minta kepada Pemerintah Kota Jayapura beberapa waktu lalu, dan rapat Walikota sudah 4 kali dan mendapat hasil kesepakatan, tetapi belum diterapkan sampai hari ini. Pertemuan ini, melibatkan Pertamina DPR Kota Komisi B, organda dan kami dari asosiasi sopir bersama wakil walikota, dan sudah dibicarakan dan sudah ada kesepakatan tetapi belum diterapkan,” katanya.

Baca Juga :  Delapan Tahanan Polsek Abe Non Reaktif

   Menurut Yasis, untuk kesepakatan sendiri soal harga tarif disesuaikan dengan jarak tempuh.

“Yang kami sepakati untuk harga tarif bagi penumpang itu Rp 4.000 untuk pelajar dan Rp 6.000 untuk penumpang umum, kami sepakat Februari tanggal 9, tapi dengan berjalannya waktu sampai saat ini,  akhirnya teman-teman sopir tidak bisa menahan maka mereka lakukan mogok, karena tidak ada hasil,” katanya.

  Bahkan mereka juga mengatakan dengan tidak adanya ketegasan pemerintah membuat mereka harus menjadi korban dengan harga tarif yang tidak dinaikkan, sementara harga pertalite mengalami kenaikan. Hal ini tentu mempengaruhi ekonomi para sopir.

  “Apa yang kita sepakati itu tidak ada hasil, dan mereka sopir untuk membeli beras di rumah untuk anak istri malah harus dihabiskan hanya untuk membeli BBM, karena harganya Rp 7.650 dari harga awal hanya Rp 6.400, kerugian para Sopir itu sekitar Rp. 1.200 per liternya,” katanya.

Baca Juga :  Jeda Kemanusian Cara Mengakhiri Konflik Bersenjata di Papua

  Hal ini berdampak hampir semua para sopir taksi dari wilayah Waena sampai dengan pasir 2 Dok  9,  maka mereka lakukan mogok dari pagi sampai dengan siang hari.

  “Jika sejak awal pemerintah tanggap dan cepat menyelesaikan hal ini, tidak mungkin  ada mogok dan masyarakat menjadi korban, tapi Pemerintah Kota Jayapura terkesan lambat dan jalan di tempat.” sesalnya.

  Awalnya mereka ingin melakukan mogok sehari penuh. Tetapi setelah ada kesepakatan bersama dan disepakati Kapolsek Heram juga menginstruksikan kepada kami untuk tetap saja menjalankan dengan harga yang telah ditetapkan, meski belum di-SK-kan karena menurutnya harga yang disepakati tersebut tidak akan berubah, sehingga meski belum di SK kan para sopir silahkan dengan harga yang telah disepakati untuk mengambil penumpang. Dari kesepakatan tersebut sehingga mereka kembali melakukan aktivitas seperti biasa.

   Akibat dari mogok itu, dari pantauan Cenderawasih Pos, banyak masyarakat terlantar di beberapa titik yang menjadi langganan mereka untuk menumpang   angkot sehingga aktivitas mereka pun terganggu. (oel/tri)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya