Thursday, November 21, 2024
31.7 C
Jayapura

Puluhan Noken Rajutan 200 Pelajar dan Mahasiswa Dipamerkan

JAYAPURA-Puluhan Noken hasil rajutan 200 Pelajar dan Mahasiswa dari berbagai sekolah dan Perguruan tinggi  di Provinsi Papua dipamerkan pada acara pameran di Gedung Serbaguna Universitas Ottow Geissler Papua, Senin (18/11).

   Noken noken tersebut hasil Program Noken Masuk Sekolah (Nomase) yang digagas oleh Ketua Sanggar Rey May, Kabupaten Jayapura, Marshal Suebu.

  “Nomase ini mencakup tiga kegiatan, pertama itu kami lakukan sosialisasi ke setiap sekolah, setelah itu masing masing sekolah belajar merajut noken, dan kegiatan terakhir hari (senin red) yaitu pameran hasil rajutan mereka,” jelasnya.

  Ia mengaku bangga lantaran, melalui Program Nomase, para pelajar maupun mahasiswa di Provinsi Papua mulai mengetahui cara merajut noken. Selain itu mereka mulai mengenal tentang storitelling atau sejarah tentang noken itu sendiri.

Baca Juga :  Tinggalkan 6 Orang Anak, Tidak Adalagi Jajan Untuk Sekolah

   “Karena memang noken ini bukan tentang benda yang kita gunakan, tapi nilainya dan sejarahnya yang paling penting,” tuturnya.

  Selama proses belajar di ruangan kelas, berbagai kendala ditemukan, salah satunya proses merajut, maupun menganyam. Akan tetapi bagi Duta Noken Papua itu, perosolan tersebut bukan menjadi suatu problem, sebab tujuan utama dari Nomase memperkenal tentang nilai dan budaya noken kepada generasi muda, sebagaimana arahan dari Uniesco tentang plestarian noken itu sendiri.

   Selain itu nomase ini juga baru dijalankan 2 tahun, sehingga tidak heran Pelajar maupun Mahasiswa masih membutuhkan proses lebih untuk menjadi bisa merajut noken. “Karena memang tujuan dari kegiatan ini bukan untuk memaksa anak anak menjadi pengarin noken, tapi lebih kepada mamahami sejarah lahirnya noken sebagai warisan dunia tak benda,” jelasnya.

Baca Juga :  Ratusan Guru Ikuti  Pemeriksaan HIV-AIDS, Tercatat 149 Pelajar  Sudah Positif

   Selain itu Nomase salah satu program rutinitas. Dimana sesuai aturan, pasca Noken ditetapkan sebagai warisan dunia tak benda, maka wajib setiap 4 tahun sekali, perkembangannya di laporkan ke Unesco.

   Bukan hanya kegiatan Nomase, tapi pemerintah daerah maupun Indonesia, juga wajib melaporkan ke Unesco, perkembangan Noken sampai sekarang,kalau tidak di laporkan, maka Nomen ini hilang dari daftar Warisan Dunia,” tuturnya. (rel/tri)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

JAYAPURA-Puluhan Noken hasil rajutan 200 Pelajar dan Mahasiswa dari berbagai sekolah dan Perguruan tinggi  di Provinsi Papua dipamerkan pada acara pameran di Gedung Serbaguna Universitas Ottow Geissler Papua, Senin (18/11).

   Noken noken tersebut hasil Program Noken Masuk Sekolah (Nomase) yang digagas oleh Ketua Sanggar Rey May, Kabupaten Jayapura, Marshal Suebu.

  “Nomase ini mencakup tiga kegiatan, pertama itu kami lakukan sosialisasi ke setiap sekolah, setelah itu masing masing sekolah belajar merajut noken, dan kegiatan terakhir hari (senin red) yaitu pameran hasil rajutan mereka,” jelasnya.

  Ia mengaku bangga lantaran, melalui Program Nomase, para pelajar maupun mahasiswa di Provinsi Papua mulai mengetahui cara merajut noken. Selain itu mereka mulai mengenal tentang storitelling atau sejarah tentang noken itu sendiri.

Baca Juga :  Ribuan Umat Katolik Hadiri Pemberkatan Gereja Katedral 

   “Karena memang noken ini bukan tentang benda yang kita gunakan, tapi nilainya dan sejarahnya yang paling penting,” tuturnya.

  Selama proses belajar di ruangan kelas, berbagai kendala ditemukan, salah satunya proses merajut, maupun menganyam. Akan tetapi bagi Duta Noken Papua itu, perosolan tersebut bukan menjadi suatu problem, sebab tujuan utama dari Nomase memperkenal tentang nilai dan budaya noken kepada generasi muda, sebagaimana arahan dari Uniesco tentang plestarian noken itu sendiri.

   Selain itu nomase ini juga baru dijalankan 2 tahun, sehingga tidak heran Pelajar maupun Mahasiswa masih membutuhkan proses lebih untuk menjadi bisa merajut noken. “Karena memang tujuan dari kegiatan ini bukan untuk memaksa anak anak menjadi pengarin noken, tapi lebih kepada mamahami sejarah lahirnya noken sebagai warisan dunia tak benda,” jelasnya.

Baca Juga :  Masyarakat Diingatkan Soal Salah Pilih Susah Pulih

   Selain itu Nomase salah satu program rutinitas. Dimana sesuai aturan, pasca Noken ditetapkan sebagai warisan dunia tak benda, maka wajib setiap 4 tahun sekali, perkembangannya di laporkan ke Unesco.

   Bukan hanya kegiatan Nomase, tapi pemerintah daerah maupun Indonesia, juga wajib melaporkan ke Unesco, perkembangan Noken sampai sekarang,kalau tidak di laporkan, maka Nomen ini hilang dari daftar Warisan Dunia,” tuturnya. (rel/tri)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Berita Terbaru

Artikel Lainnya