Pembawa Bendera : Rossa Jeni Cordier De Cross Merauje (16), Asal Sekolah : SMA YPPK Teruna Bakti Jayapura. Pembentang : Leonardo Paschalino Anugrah Rumangun (16), Asal Sekolah : SMA Mandala Trikora Jayapura. Danton : Marsekal Juan Rahman Pagesa (17)
Asal Sekolah : SMA Negeri 3 Jayapura. Penggerek : Afgan Ardana Pasha (18),
Asal Sekolah : SMA Negeri 4 Jayapura.
Untuk petugas Penurunan bendera Pembawa Bendera : Annace Ani Yosefina Samalo Samay (18) Asal Sekolah : SMA Mandala Trikora. Komandan Paskibraka : Efata Nethaneel Esjrah Sinon (17) Asal Sekolah : SMA Negeri 2 Jayapura
Pembentang : Grafelian Farel Aditya Meldi (16), Asal Sekolah : SMA Negeri 2 Jayapura. Danpok : Stenli William Afaar (18) Asal Sekolah : SMA Gabungan Jayapura. Penggerek : Nuch Ramond Obama Howay (17). Asal Sekolah : SMK Negeri 3 Jayapura.
Upacara HUT RI ada yang berbeda kali ini, seluruh peserta upacara, mulai dari pelajar, pegawai pemerintah, hingga tamu undangan, mengenakan pakaian adat Nusantara. Sejak matahari terbit, suasana lapangan dipenuhi warna-warni kain tenun, koteka, mahkota bulu cenderawasih, hingga kebaya anggun khas suku bangsa yang ada di nusantara ini.
Setiap peserta seakan menjadi simbol keberagaman Indonesia yang berdiri kokoh dalam bingkai persatuan. Wali Kota Jayapura, Abisai Rollo yang hadir dengan pakaian adat Papua khususnya Kampung Skouw Yambe, menyampaikan pesan kebangsaan penuh makna.
“Hari ini kita merayakan kemerdekaan dengan cara yang istimewa. Pakaian adat bukan sekadar busana, tetapi cermin jati diri bangsa yang kaya budaya,” ujar Abisai Rollo melihat keanekaragaman yang ada di dalam momentum detik-detik proklamasi tersebut.
“Inilah wujud nyata bahwa perbedaan justru memperkuat persatuan kita,” lanjutnya dengan suara penuh semangat.
Momen paling mengharukan terjadi saat pasukan Paskibraka mengibarkan Sang Merah Putih. Dentuman lagu kebangsaan Indonesia Raya berkumandang, sementara masyarakat dengan khidmat memberi hormat.
Banyak warga yang tak kuasa menahan panasnya terik matahari namun dikalahkan dengan rasa syukur atas kemerdekaan setelah 80 tahun diraih. Bagi Abisai Rollo, memakai pakaian adat saat upacara kemerdekaan bukan hanya kebanggaan, tetapi juga sebuah pengingat.
“Kami ingin menunjukkan bahwa kemerdekaan ini milik semua suku dan semua budaya. Tidak ada yang tersisih, semuanya berharga bagi Indonesia,” pungkasnya.