Friday, March 29, 2024
29.7 C
Jayapura

Waspada, Jayapura Juga Berpotensi

Wawalkot Minta Warga di Bantaran Sungai, Daerah Resapan Air, dan di Perbukitan Hati-hati

JAYAPURA – Pernyataan Direktur Walhi Papua, Aiesh Rumbekwan terkait kondisi perubahan iklim dan hal lain yang berkaitan dengan banjir di Sentani dimana menurut Walhi banjir kali ini dianggap tak biasa direspon oleh Ketua Forum Peduli Port Numbay Green (FPPNG) Fredy Wanda. Ia sepakat dengan analisa Walhi dan menganggap bahwa ada keseimbangan yang terganggu di Cyclop sehingga melahirkan bencana. 

 Meski saat ini Sentani, Kabupaten Jayapura yang paling besar terkena dampaknya namun di Kota Jayapura juga menelan korban jiwa sebanyak 7 orang meninggal. Fredy Wanda menyebut bahwa Kota Jayapura harus belajar dari kejadian Februari tahun 2014 dimana banjir bandang melumpuhkan Kota Jayapura dan menewaskan 9 orang. Lalu di tahun ini hujan deras yang mengakibatkan longsor juga meminta korban jiwa. Disini Fredy menganalisa bahwa kondisi seperti di Sentani berpeluang terjadi di Jayapura jika melihat kondisi permukaan tanah yang berbukit dan gunung. 

Baca Juga :  Polda Papua Waspada dan Monitor Situasi Papua

 “Mungkin sebaiknya kita bicara sekarang ketimbang kembali jatuh korban jiwa baru saling menyalahkan. Jayapura pernah terjadi banjir bandang dan material menutupi jalur utama kota ketika itu dan ada juga yang meninggal. Harusnya ini jadi pelajaran,” katanya. Kawasan yang dianggap parah adalah Bhayangkara hingga Angkasa. “Pertanyaannya apakah ada aparat pemerintah yang sudah naik ke atas untuk menjelaskan ancaman dari aktifitas penebangan pohon secara liar termasuk menghentikan upaya penebangan pohon? Lihat gunung  Angkasa saat ini sudah seperti apa? Termasuk sepanjang jalan alternatif yang berdiri potongan-potongan kayu untuk dijual. Itu diambil dari pohon hidup,” tegasnya.

 Karenanya Fredy sangat sepakat dengan pernyataan Direktur WWF Benja Mambai yang memberi lampu kuning untuk Kota Jayapura dan Kabupaten Jayapura terkait kondisi hutan di Gunung Cycloop  saat ini. “Saya pikir peringatan yang sudah disampaikan WWF terbukti sekarang, tinggal kita renungkan semua,” pungkasnya.

 Di tempat terpisah, Wakil Wali Kota Jayapura Ir.H.Rustan Saru, MM., meminta kepada seluruh warga Kota Jayapura , agar tetap waspada dan berhati-hati, dengan kondisi saat ini, yang masih berpotensi hujan deras kapan saja.

Baca Juga :  Soal Pemekaran, MRP Minta Ditunda

 Rustan Saru mengimbau, jika rumah warga berada di dekat bantaran sungai, daerah resapan air, daerah rawan longsor di atas bukit. Jika terjadi hujan deras, harus tetap waspada, jika memang harus menyelamatkan diri, mengosongkan rumah tetap harus dilakukan jangan malah berdiam diri di rumah. Karena, hal ini bisa terdampak, jika terkena musibah, tentu yang rugi yang bersangkutan.

 “Jangan paksakan diri, dengan berdiam diri di rumah, jika terjadi hujan deras, harus selamatkan diri, dan pastikan barang-barang di rumah sebelum ditinggal sudah diatur dengan baik, jangan sampai kebanjiran atau tercecer,”ungkapnya, Senin(19/3) kemarin.

  Rustan Saru juga mengingatkan, jika ingin meminimalisir musibah, jika dalam membangun rumah harus benar-benar dipastikan daerahnya aman, bebas banjir dan longsor. Sehingga, jika nanti terjadi hujan deras tidak lagi panik atau was-was kalau terkena banjir dan tanah longsor.(ade/dil/wen)

Wawalkot Minta Warga di Bantaran Sungai, Daerah Resapan Air, dan di Perbukitan Hati-hati

JAYAPURA – Pernyataan Direktur Walhi Papua, Aiesh Rumbekwan terkait kondisi perubahan iklim dan hal lain yang berkaitan dengan banjir di Sentani dimana menurut Walhi banjir kali ini dianggap tak biasa direspon oleh Ketua Forum Peduli Port Numbay Green (FPPNG) Fredy Wanda. Ia sepakat dengan analisa Walhi dan menganggap bahwa ada keseimbangan yang terganggu di Cyclop sehingga melahirkan bencana. 

 Meski saat ini Sentani, Kabupaten Jayapura yang paling besar terkena dampaknya namun di Kota Jayapura juga menelan korban jiwa sebanyak 7 orang meninggal. Fredy Wanda menyebut bahwa Kota Jayapura harus belajar dari kejadian Februari tahun 2014 dimana banjir bandang melumpuhkan Kota Jayapura dan menewaskan 9 orang. Lalu di tahun ini hujan deras yang mengakibatkan longsor juga meminta korban jiwa. Disini Fredy menganalisa bahwa kondisi seperti di Sentani berpeluang terjadi di Jayapura jika melihat kondisi permukaan tanah yang berbukit dan gunung. 

Baca Juga :  Polda Papua Waspada dan Monitor Situasi Papua

 “Mungkin sebaiknya kita bicara sekarang ketimbang kembali jatuh korban jiwa baru saling menyalahkan. Jayapura pernah terjadi banjir bandang dan material menutupi jalur utama kota ketika itu dan ada juga yang meninggal. Harusnya ini jadi pelajaran,” katanya. Kawasan yang dianggap parah adalah Bhayangkara hingga Angkasa. “Pertanyaannya apakah ada aparat pemerintah yang sudah naik ke atas untuk menjelaskan ancaman dari aktifitas penebangan pohon secara liar termasuk menghentikan upaya penebangan pohon? Lihat gunung  Angkasa saat ini sudah seperti apa? Termasuk sepanjang jalan alternatif yang berdiri potongan-potongan kayu untuk dijual. Itu diambil dari pohon hidup,” tegasnya.

 Karenanya Fredy sangat sepakat dengan pernyataan Direktur WWF Benja Mambai yang memberi lampu kuning untuk Kota Jayapura dan Kabupaten Jayapura terkait kondisi hutan di Gunung Cycloop  saat ini. “Saya pikir peringatan yang sudah disampaikan WWF terbukti sekarang, tinggal kita renungkan semua,” pungkasnya.

 Di tempat terpisah, Wakil Wali Kota Jayapura Ir.H.Rustan Saru, MM., meminta kepada seluruh warga Kota Jayapura , agar tetap waspada dan berhati-hati, dengan kondisi saat ini, yang masih berpotensi hujan deras kapan saja.

Baca Juga :  Polisi Awasi Gudang Distributor Obat

 Rustan Saru mengimbau, jika rumah warga berada di dekat bantaran sungai, daerah resapan air, daerah rawan longsor di atas bukit. Jika terjadi hujan deras, harus tetap waspada, jika memang harus menyelamatkan diri, mengosongkan rumah tetap harus dilakukan jangan malah berdiam diri di rumah. Karena, hal ini bisa terdampak, jika terkena musibah, tentu yang rugi yang bersangkutan.

 “Jangan paksakan diri, dengan berdiam diri di rumah, jika terjadi hujan deras, harus selamatkan diri, dan pastikan barang-barang di rumah sebelum ditinggal sudah diatur dengan baik, jangan sampai kebanjiran atau tercecer,”ungkapnya, Senin(19/3) kemarin.

  Rustan Saru juga mengingatkan, jika ingin meminimalisir musibah, jika dalam membangun rumah harus benar-benar dipastikan daerahnya aman, bebas banjir dan longsor. Sehingga, jika nanti terjadi hujan deras tidak lagi panik atau was-was kalau terkena banjir dan tanah longsor.(ade/dil/wen)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya