Thursday, April 25, 2024
33.7 C
Jayapura

2019, Terjadi 2015 Kali Gempa Bumi di Papua

Kepala Stasiun Geoofisika Kelas 1 Jayapura, Margiono, S.SI (kedua dari kiri) memperlihatkan WRS NewGen di Stadion Geoofisika Kelas 1 Jayapura itu sendiri, Rabu (17/6) siang kemarin. ( FOTO: Erik / Cepos )

Kemarin, BMKG Luncurkan WRS NewGen

JAYAPURA – BMKG telah meluncurkan Warning Receiver System (WRS) NewGen generasi terbaru di 315 lokasi seluruh Indonesia pada tahun 2020. WRS dalah salah satu alat diseminasi informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami.

Sejak Tahun 2008 BMKG sudah memasang sebanyak 275 peralatan WRS. Namun demikian, mengingat peralatan WRS masih sangat dibutuhkan oleh Pemerintah daerah dan kantor Lembaga/Kementerian terkait, maka pada tahun 2020 ini, BMKG memasang WRS generasi terbaru di 315 lokasi.  

Kepala Kepala Stasiun Geofisika Kelas I Jayapura, Margiono, S.SI, mengatakan, pemasangan WRS generasi terbaru tahun 2020 di Wilayah Papua sebanyak 10 peralatan WRS. Sampai saat ini yang baru terpasang di 5 lokasi, yaitu di BBMKG Wilayah V Jayapura, Stasiun Geofisika Jayapura, BPBD Kota Jayapura, BPBD Kabupaten Jayapura, BPBD Keerom.

Sementara untuk 5 lainnya, kata Margiono akan dipasang di Stasiun Geofisika Nabire, BPBD Nabire, SAR Merauke, BPBD Mimika, BPBD Waropen. “Harapan kita dengan adanya percepatan penyebarluasan informasi gempabumi dan peringatan dini tsunami ini, maka akan dapat mempercepat respon dalam penanganan bencana, sehingga dapat memberikan manfaat nyata dalam menyelamatkan masyarakat dari bencana,” ungkap Margiono kepada Cenderawasih Pos saat ditemui disela-sela peluncuran WRS NewGen di Stasiun Geofisika Kelas I Jayapura, Rabu (17/6) kemarin.

Baca Juga :  Jaring Aspirasi, Ajak Dialog Mahasiswa

 Kata Margiono, WRS sebelumnya sangat berbeda jauh dengan WRS NewGen yang  memberikan informasi gempabumi secara lebih cepat karena bersifat “real  time” otomatis dari BMKG. 

“Percepatan penyebarluasan informasi gempabumi dan peringatan dini tsunami ini, memastikan stakeholder dapat mengambil langkah penting selanjutnya secara cepat dalam penanganan bencana, sehingga memberikan manfaat nyata dalam menyelamatkan masyarakat dari bencana,” ujarnya.

 Menurut Margiono, keunggulan WRS NewGen dapat menyajikan informasi dalam waktu kurang dari 3 menit, bahkan bisa dalam waktu 2 menit setelah terjadi gempabumi. Meskipun  parameternya bersifat sementara namun kata Margiono dapat digunakan oleh BPBD atau pemangku kebencanaan untuk segera mengambil respon cepat, guna melakukan langkah-langkah upaya mitigasi sehingga dapat mengurangi korban jiwa dan dampak gempa lainnya secara dini.

Selain itu, kata Margiono, wilayah Indonesia merupakan bagian dari jalur gempa dunia yang terbentang dari Sumatra, Jawa, Bali, Lombok, Flores, Alor, Laut Banda, Seram, Sulawesi, Maluku Utara, dan Papua.

Untuk wilayah Papua sendiri terletak pada ujung pertemuan 2 (dua) Lempeng tektonik, yaitu Lempeng Pasifik yang bergerak relatif kearah Barat dan Lempeng Indo-Australia yang bergerak relatif kearah Utara, menjadikan  wilayah Papua sebagai salah satu kawasan rawan gempa dan tsunami di Indonesia.

Baca Juga :  Anton Mote PTUN-kan  Gubernur dan BKN 

“Provinsi Papua memiliki banyak sumber gempa. Secara umum, kita memiliki 5 zona sumber gempa di wilayah Papua, antara seperti Zona Sesar Yapen, Zona Sesar Mamberamo, Zona Sesar dan Lipatan Papua, Zona Sesar Waipoga dan Zona Subduksi New Guinea (Palung New Guinea).

Margiono menurutkan, hasil monitoring BMKG-Stasiun Geofisika Jayapura menunjukkan selama tahun 2019, terjadi gempa sebanyak 2015 kali. Dengan rincian untuk Magnitudo 1,0-2,9 tercatat sebanyak 948 kejadian, magnitudo 3,0-3,9 tercatat sebanyak 880 kejadian, magnitudo 4,0-4,9 tercatat sebanyak  162  kejadian, magnitudo 5,0-5,9 tercatat sebanyak 20 kejadian dan magnitudo 6,0-6,9 tercatat sebanyak 5 kejadian.

 “Sedangkan untuk gempabumi dirasakan tahun 2019 tercatat 79 kejadian. Terkait kondisi wilayah yang rawan gempa dan tsunami ini, BMKG memiliki tugas dan kewajiban dalam menyediakan informasi gempa dan peringatan dini tsunami yang tertuang dalam UU No. 31 Tahun 2009, dan Perpres No. 93 Tahun 2019,” tandasnya. (eri/wen).

Kepala Stasiun Geoofisika Kelas 1 Jayapura, Margiono, S.SI (kedua dari kiri) memperlihatkan WRS NewGen di Stadion Geoofisika Kelas 1 Jayapura itu sendiri, Rabu (17/6) siang kemarin. ( FOTO: Erik / Cepos )

Kemarin, BMKG Luncurkan WRS NewGen

JAYAPURA – BMKG telah meluncurkan Warning Receiver System (WRS) NewGen generasi terbaru di 315 lokasi seluruh Indonesia pada tahun 2020. WRS dalah salah satu alat diseminasi informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami.

Sejak Tahun 2008 BMKG sudah memasang sebanyak 275 peralatan WRS. Namun demikian, mengingat peralatan WRS masih sangat dibutuhkan oleh Pemerintah daerah dan kantor Lembaga/Kementerian terkait, maka pada tahun 2020 ini, BMKG memasang WRS generasi terbaru di 315 lokasi.  

Kepala Kepala Stasiun Geofisika Kelas I Jayapura, Margiono, S.SI, mengatakan, pemasangan WRS generasi terbaru tahun 2020 di Wilayah Papua sebanyak 10 peralatan WRS. Sampai saat ini yang baru terpasang di 5 lokasi, yaitu di BBMKG Wilayah V Jayapura, Stasiun Geofisika Jayapura, BPBD Kota Jayapura, BPBD Kabupaten Jayapura, BPBD Keerom.

Sementara untuk 5 lainnya, kata Margiono akan dipasang di Stasiun Geofisika Nabire, BPBD Nabire, SAR Merauke, BPBD Mimika, BPBD Waropen. “Harapan kita dengan adanya percepatan penyebarluasan informasi gempabumi dan peringatan dini tsunami ini, maka akan dapat mempercepat respon dalam penanganan bencana, sehingga dapat memberikan manfaat nyata dalam menyelamatkan masyarakat dari bencana,” ungkap Margiono kepada Cenderawasih Pos saat ditemui disela-sela peluncuran WRS NewGen di Stasiun Geofisika Kelas I Jayapura, Rabu (17/6) kemarin.

Baca Juga :  Security Bank Ditemukan Meninggal di Kamar Mandi

 Kata Margiono, WRS sebelumnya sangat berbeda jauh dengan WRS NewGen yang  memberikan informasi gempabumi secara lebih cepat karena bersifat “real  time” otomatis dari BMKG. 

“Percepatan penyebarluasan informasi gempabumi dan peringatan dini tsunami ini, memastikan stakeholder dapat mengambil langkah penting selanjutnya secara cepat dalam penanganan bencana, sehingga memberikan manfaat nyata dalam menyelamatkan masyarakat dari bencana,” ujarnya.

 Menurut Margiono, keunggulan WRS NewGen dapat menyajikan informasi dalam waktu kurang dari 3 menit, bahkan bisa dalam waktu 2 menit setelah terjadi gempabumi. Meskipun  parameternya bersifat sementara namun kata Margiono dapat digunakan oleh BPBD atau pemangku kebencanaan untuk segera mengambil respon cepat, guna melakukan langkah-langkah upaya mitigasi sehingga dapat mengurangi korban jiwa dan dampak gempa lainnya secara dini.

Selain itu, kata Margiono, wilayah Indonesia merupakan bagian dari jalur gempa dunia yang terbentang dari Sumatra, Jawa, Bali, Lombok, Flores, Alor, Laut Banda, Seram, Sulawesi, Maluku Utara, dan Papua.

Untuk wilayah Papua sendiri terletak pada ujung pertemuan 2 (dua) Lempeng tektonik, yaitu Lempeng Pasifik yang bergerak relatif kearah Barat dan Lempeng Indo-Australia yang bergerak relatif kearah Utara, menjadikan  wilayah Papua sebagai salah satu kawasan rawan gempa dan tsunami di Indonesia.

Baca Juga :  Dikhawatirkan Hutan Bakau Habis Ditimbun

“Provinsi Papua memiliki banyak sumber gempa. Secara umum, kita memiliki 5 zona sumber gempa di wilayah Papua, antara seperti Zona Sesar Yapen, Zona Sesar Mamberamo, Zona Sesar dan Lipatan Papua, Zona Sesar Waipoga dan Zona Subduksi New Guinea (Palung New Guinea).

Margiono menurutkan, hasil monitoring BMKG-Stasiun Geofisika Jayapura menunjukkan selama tahun 2019, terjadi gempa sebanyak 2015 kali. Dengan rincian untuk Magnitudo 1,0-2,9 tercatat sebanyak 948 kejadian, magnitudo 3,0-3,9 tercatat sebanyak 880 kejadian, magnitudo 4,0-4,9 tercatat sebanyak  162  kejadian, magnitudo 5,0-5,9 tercatat sebanyak 20 kejadian dan magnitudo 6,0-6,9 tercatat sebanyak 5 kejadian.

 “Sedangkan untuk gempabumi dirasakan tahun 2019 tercatat 79 kejadian. Terkait kondisi wilayah yang rawan gempa dan tsunami ini, BMKG memiliki tugas dan kewajiban dalam menyediakan informasi gempa dan peringatan dini tsunami yang tertuang dalam UU No. 31 Tahun 2009, dan Perpres No. 93 Tahun 2019,” tandasnya. (eri/wen).

Berita Terbaru

Artikel Lainnya