Sunday, May 19, 2024
27.7 C
Jayapura

Generasi Tua Harus Transfer Ilmu Merajut Noken

SENTANI-UNESCO telah menetapkan tas Noken Papua masuk dalam salah satu warisan dunia yang harus dilindungi. Tanggal 4 Desember hari noken ditetapkan menjadi warisan dunia dan sudah  masuk tahun ke-10.

Salah satu penggiat lingkungan sekaligus Ketua LSM Hiroshi Papua, Marshall Suebu mengatakan,  salah satu rekomendasi penting dari Unesco ,  Badan PBB yang menangani budaya, supaya noken tetap menjadi warisan budaya dunia. Salah satu dari beberapa poin penting yang disampaikan Unesco adalah bagaimana generasi tua menurunkan kecerdasan merajut noken dan memberikan memahami noken atau tas-tas Papua  ke generasi muda.

“Sampai dengan hari ini mungkin sedikit saja yang  melakukan kegiatan-kegiatan atau upaya-upaya ini. Karena itu kami dari komunitas noken Papua (Konopa) bersama-sama dengan teman-teman LSM dan juga sanggar budaya Reimai  di Papua Jayapura mempersiapkan salah satu kegiatan yang kita sebut dengan 100 remaja merajut noken,” ungkap Marsall Suebu kepada media ini di Sentani, Rabu (15/5).

Baca Juga :  22 Rescuer  SAR Jayapura Digembleng  Latihan  di Ruang Terbatas

Pria yang menjabat sebagai Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Pegunungan Bintang itu mengungkapkan,  keterlibatan 100 remaja ini untuk dilatih merajut noken ini juga perlu diberi pemahaman terkait nilai-nilai lokal yang terkandung di dalam noken itu.

“Kami harap di bulan Juli sampai  Oktober  ada kegiatan berskala nasional yang didukung oleh pemerintah pusat dalam hal ini  Kementerian  Pendidikan dan Kebudayaan,”ungkapnya. (roy/ary)

SENTANI-UNESCO telah menetapkan tas Noken Papua masuk dalam salah satu warisan dunia yang harus dilindungi. Tanggal 4 Desember hari noken ditetapkan menjadi warisan dunia dan sudah  masuk tahun ke-10.

Salah satu penggiat lingkungan sekaligus Ketua LSM Hiroshi Papua, Marshall Suebu mengatakan,  salah satu rekomendasi penting dari Unesco ,  Badan PBB yang menangani budaya, supaya noken tetap menjadi warisan budaya dunia. Salah satu dari beberapa poin penting yang disampaikan Unesco adalah bagaimana generasi tua menurunkan kecerdasan merajut noken dan memberikan memahami noken atau tas-tas Papua  ke generasi muda.

“Sampai dengan hari ini mungkin sedikit saja yang  melakukan kegiatan-kegiatan atau upaya-upaya ini. Karena itu kami dari komunitas noken Papua (Konopa) bersama-sama dengan teman-teman LSM dan juga sanggar budaya Reimai  di Papua Jayapura mempersiapkan salah satu kegiatan yang kita sebut dengan 100 remaja merajut noken,” ungkap Marsall Suebu kepada media ini di Sentani, Rabu (15/5).

Baca Juga :  Imbas Devisit, RAPBD Perubahan Belum diajukan ke DPRD

Pria yang menjabat sebagai Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Pegunungan Bintang itu mengungkapkan,  keterlibatan 100 remaja ini untuk dilatih merajut noken ini juga perlu diberi pemahaman terkait nilai-nilai lokal yang terkandung di dalam noken itu.

“Kami harap di bulan Juli sampai  Oktober  ada kegiatan berskala nasional yang didukung oleh pemerintah pusat dalam hal ini  Kementerian  Pendidikan dan Kebudayaan,”ungkapnya. (roy/ary)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya